Senin, 28 Februari 2011

TALENTA DAI ANAK SEKOLAH









Tak disangka, di tengah pergaulan anak-anak remaja seusia SMP seperti sekarang ini masih ada anak-anak yang mempunyai talenta di bidang agama. Hal ini nampak pada peringatan maulud nabi Muhammad SAW pekan lalu di SMPN 1 Dolopo Madiun. Diperingati secara sederhana, diantaranya dengan mengadakan MTQ, lomba adzan dan lomba da’i dan da’iah anak-anak ini menunjukkan potensinya. Terutama dalam bidang cuap-cuap agama, alias menjadi dai.
Dengan mencontoh da’i idola baik yang muncul di TV, rekaman, siaran radio atau melhat tabligh akhbar di kampung, anak-anak ini mampu mempesona rekan-reknnya. Bahkan guru atau teman2 mereka tidak mengira. Jika di kelas sering jadi trouble makker, ternyata begitu tampil di panggung mampu menarik simpati penonton. Terbukti anak dan guru terkesima dengan cara penyampainnya.
Bila talenta anak2 ini diasah bukan mustahil kelak mereka akan menjadi orang besar. Sebagai apresiasi atas aksinya, sekolah memberi tali asih berupa hadiah. Kecil besarnya hadiah bukan segalanya. Tetapi menghargai prestasi sekecil mungkin dapat menjadi motivasi untuk berkembang lebih hebat lagi.

Minggu, 27 Februari 2011

Satu Hari Berbusana Daerah

Untuk memajukan pendidikan dan meningkatkan kompetensi siswa, sudah banyak program atau gerakan satu hari di sekolah. Mulai gerakan menabung, satu siswa satu tanaman, satu hari berbahasa daerah, satu hari berbahasa asing (Inggris), Jum’at bersih dan sebagainya. Program-program semacam ini jika dilaksanakan konsisten akan menciptakan anak berkepribadian mulia.

Disamping program tersebut terkait aspek ilmu pengetahuan, kegiatan pembiasaan dan pelestarian budaya bangsa perlu juga dicanangkan di sekolah. Salah satunya melestarikan busana daerah. Jika saat ini sudah banyak sekolah mempunyai seragam batik khusus ciri khas sekolah atau daerah, perlu juga anak-anak sekolah diprogramkan berbusana daerah. Satu hari dalam satu pekan atau dalam satu bulan, anak-anak memakai busana daerah masing-masing.

Dengan berbusana daerah, meraka akan mengenal, melestarikan dan mengembangkan budayanya masing-masing. Efek lain, industri atau kerajinan daerah yang memproduksi pernak-pernik busana daerah juga akan berkembang. Program satu hari berbusana daerah bisa juga diterapkan untuk semua instansi pemerintah daerah.

Sabtu, 26 Februari 2011

Susu Segar dan Susu Nabati untuk Balita

Sejak beredarnya kabar susu formula terkontaminasi bakteri enterobacter sakazaki, ibu-ibu banyak yang kuatir. Terutama yang mempunyai balita dan menggantungkan nutrisi putra-putrinya kepada susu formula. Tak terkecuali petugas posyandu di desa. Karena ketika kegiatan di posyandu terkadang balita di beri asupan tambahan susu formula.

Agar program peningkatan gizi bagi balita tetap berjalan, di posyandu para balita tetap diberi tambahan gizi. Susu formula digantikan dengan susu segar atau susu nabati. Untuk daerah yang mempunyai peternakan sapi atau kambing, ibu-ibu dianjurkan memberi susu segar. Jika tidak ada, membuat susu/sari kedelai. Dengan menggunakan produk alami produksi sendiri, ibu-ibu baik secara mandiri atau dikelola posyandu mengelola pengadaan susu segar atau susu nabati. Dengan usaha ini ibu-ibu bisa menghemat bahkan menghasilkan pendapatan, dan anak pun sehat,

Jumat, 25 Februari 2011

Mencegah Politisasi Reformasi PSSI

Melempemnya prestasi PSSI dibawah kepengurusan lama merupakan pertanda tidak kredibilitasnya manajemen dan pembinaan dalam tubuh PSSI. Keinginan mempertahankan kedudukan ketua umum yang ditengarai berbagai manuver seputar varifikasi calon dan tempat konggres dapat menjadi bumerang bagi PSSI.

Keinginan masyarakat sepakbola nasional yang menginginkan perubahan dalam tubuh PSSI seharusnya memberi penyadaran kepada pengurus lama. Penyegelan kantor PSSI adalah bentuk awal ketidakpuasan atas intrik-intrik pelanggengan kekuasaan. PSSI seharusnya berkaca pada reformasi yang bergulir di Afrika dan Timur Tengah. Bila aspirasi masyarakat pecinta sepakbola tidak diakomodir, jangan-jangan terjadi reformasi ala Tunisia dan Mesir. Lebih baik PSSI menyerahkan kepada badan independen untuk mereformasi kepengurusan baru. Membentuk PSSI lebih mandiri dan profesional serta menjauhkan sepakbola dari urusan politik dan kepentingan segelintir orang.

Kamis, 24 Februari 2011

POSISI TIDAK LAGI MENENTUKAN PRESTASI

Soal dan Posisi Duduk Ujian Nasional Berkeadilan
Ada langkah baru dalam Ujian Nasional (UN), soal dibuat lima jenis. Suatu upaya membuat UN semakin jujur. Namun demikian pemodifikian soal ini diharapkan benar-benar seimbang. Berbobot sama dan tidak hanya dilakukan dengan model acak. Sehingga UN benar-benar mampu mengukur kemampuan siswa secara mandiri. Di sisi lain, agar nantinya soal unas tidak menjadi kambing hitam, jika ada siswa tidak lulus.
Di samping itu, pengaturan posisi juga harus benar-benar adil. Agar tidak terjadi pengaturan posisi tempat duduk yang memungkinkan siswa saling contek. Tidak boleh ada siswa berkode sama duduk berdekatan. Pemberian kode berbeda setiap hari juga bisa mencegah kecurangan. Toh dengan teknologi pengkodean soal berbeda setiap hari untuk setiap anak bukan lagi masalah. Pada akhirnya ungkapan posisi menentukan prestasi tidak berlaku lagi. Persiapan dini kunci sukses ujian nasional.

Rabu, 23 Februari 2011

MOTOR NGEBUT ROBOHKAN TIANG




Selasa siang kemarin ada musibah. Sebuah kecelakaan antar dua sepeda motor yang terjadi di dekat SMPN 1 Dolopo Madiun. Duo Yamaha, Mio dan Yupiter saling bersenggolan. Begitu kencangnya laju Jupiter, seusai menyerempet Mio lansung terlempar dan terseret hingga lebih dari 30 meter. Dan akhirnya menerjang tiang teras rumah tepi jalan hingga tiang itu roboh. Masih untung motor tersebut tidak menambah korban. Karena kejadian ini bertepatan pulangnya anak-anak sekolah. Dan memang pengendara Jupiter ini bermaksud menjemput anaknya. Kontan saja ini menjadi tontonan.

Kecelakaan sepeda motor seperti ini belakangan memang sanagt sering terjadi terutama di jam berangkat dan pulang sekolah. Semua beradu dengan waktu. Pagi tidak ingin terlambat, siang tak sabar segera sampai rumah. Ditambah, karakter pengendara motor. Banyak anak yang belum punya SIM terpaksa mengendarai motor. Jelas saja nalar dan mental mereka belum jalan. Yang penting motor jalan dan ngebut. Kalau akhirnya badan mereka benjut beradu aspal, ya wajar saja.

Selasa, 22 Februari 2011

Uji Ulang Guru Sertifikasi

Lima tahun sudah program sertifikasi guru bergulir sejak 2006. Namun profesionalisme guru yang diharapkan belum menunjukkan hasil signifikan, seperti diakui Kemendiknas sendiri (JPNN, 20-2-2011). Ketidaktepatan waktu pencairan dana sertifikasi sebagai penyebab stagnannya profesionalisme guru seperti yang disampaikan ketua PGRI tidak sepenuhnya benar.

Ada faktor lain penyebabnya. Mulai proses rekrutmen, verifikasi, pengawasan hingga tiadanya sanksi. Model pembayaran rapel yang terjadi selama ini pun lebih banyak membuat guru konsumtif. Pengalokasian dana sertifikasi 10% untuk pengembangan diri guru, hampir tidak terwujud. Perlu pembaharuan dalam program sertifikasi agar tujuan memajukan pendidikan bangsa terwujud. Salah satunya melakukan uji ulang guru yang sudah tersertifikasi.

Layaknya mobil, STNK atau SIM, dalam periode tertentu harus dilakukan uji ulang. Bagi guru yang tidak menunjukkan peningkatan profesionalisme bahkan terbukti memalsukan berkas yang digunakan proses dan uji ulang sertifikasi diberi sanksi. Ditunda, ditangguhkan bahkan dicabut hak sertifikasinya. Dengan demikian guru semakin terlecut untuk berkreasi dan berprestasi.

Senin, 21 Februari 2011

Nasionalisasi Perfilman Nasional

Keputusan pemerintah menaikkan pajak bagi film impor harus didukung. Pemberhentian peredaran film asing, terutama dari Amerika merupakan moment untuk membangkitkan perfilman nasional. Bagaimanapun juga film nasional harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan seperti yang terjadi selama ini, Indonesia hanya menjadi pasar. Film nasional terpaksa berjibaku melawan serbuan film asing. Dampaknya, kualitas film nasional harus menuruti selera pasar, banyak berbau mistis dan mengumbar aurat.
Masyarakat memang butuh hiburan, tetapi bangsa Indonesia juga punya harga diri. Kita tidak boleh didikte bangsa lain. Dengan pajak barang film import lebih tinggi, kita akan memperoleh devisa buat rakyat dan mempertahankan kelangsungan film nasional. Kita juga bisa meniru India, yang mampu memproduksi film nasional secara massal.
Toh insan perfilman nasional tidak kalah dengan bangsa lain. Banyak pelaku sinematografi dan anak-anak muda yang mampu membuat film berkualitas dunia. Dengan tiadanya film asing diharapkan ini menjadi tantangan dan peluang memproduksi film nasional tanpa perlu menyuguhkan tontonan berbau pornografi. Semoga film nasional kembali jaya dan menjadi tuntunan.

Minggu, 20 Februari 2011

PT MENDIRIKAN INDUSTRI

Tengara bahwa sepertiga lulusan perguruan tinggi menyumbang pengangguran peringatan bagi dunia pendidikan. Beberapa program/ jurusan yang sudah jenuh hendaknya ditutup atau dikurangi kuota mahasiswa barunya. Tidak seimbangnya jumlah lulusan dengan laju perekonomian yang mampu menyerap angkatan kerja baru juga perlu diimbangi dengan usaha inovatif dari pihak PT itu sendiri.

Apalagi sering ada keluhan, bahwa hasil penelitian atau temuan PT belum mampu mengembangkan PT dan malah dinikmati industri tanpa bisa memberi sumbangan berarti bagi pengembangan PT. Ini yang perlu dimanfaatkan. Tantangan bisa dijadikan peluang. PT seyogyanya mendirikan industri sendiri.

Dimulai dari skala kecil. Memanfaatkan penemuan dan kreatifitas dosen beserta mahasiswa, PT bisa memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Dengan adanya industri milik sendiri, minimal lulusan dari PT sendiri terserap dan biaya masuk PT lebih murah. Tentu saja keuntungan yang diperoleh harus dapat meningkatkan kesejahteraan. Selain mempunyai nilai tambah, hak intelektual penemu karya ini dipatenkan menjadi milik civitas akademika PT.

Sabtu, 19 Februari 2011

PENYAKIT GURU MEMINTARKAN SISWA

Para guru tentu banyak yang bertanya dalam hati. Mengapa siswanya tidak pintar2 meski gurunya merasa sudah mengerahkan segala tenaga. Apa lebih mudah menimpakan kesalahan kepada siswanya, bahwa siwanya memang bodoh. Menurut ilmu pendidikan, tidak ada siswa bodoh. Hanya tingkat kemampuan berpikirnya saja berbeda.

Kekesalan guru melihat siswanya tidak segera mengerti ketika diajar sebenarnya cermin guru itu sendiri. Boleh jadi ada penyakit pada guru sehinggu ilmu yang disampaikan tidak merasuk dalam otak siswa. Beberapa penyakit itu diantara :
1. Guru merasa dirinya sudah lebih baik dari yang lain. Merasa telah banyak berbuat kebaikan kepada siswa.
2. Cepat puas dengan hasil yang sudah diterimanya.
3. Tidak ikhlas dalam berkarya. Dan ini yang paling berat penyakitnya. Mudah mengatakan sulit melaksanakan.

Jika ketiga penyakit ini tidak segra dihilangkan, jangan harap siswa bapak/ibu guru menjadi pintar. Guru bukan menunjukkan kepintarannya di depan siswa, tetapi menjadi tugas guru memintarkan siswanya. Asal penyakit di atas diberangus

Jumat, 18 Februari 2011

SALAH ASUH

SALAH ASUH

Cantik menggoda
Jalang rayu hidung belang
Liar mencari mangsa
Masuk kamar dalam bayang samar
Vulgar tak terbatas
Dan kau dibayar

Kamis, 17 Februari 2011

RESEP HIDUP SUKSES

Hidup di jaman serba instans ini ada saja tips dan trik untuk memenangkan persaingan. Sering terjadi untuk memenangkan kompetisi harus mengorbankan lawan dengan cara apapun. Yang menag menepuk dada, yang kalah bercucuran air mata. Sesuatu yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Diperluka kesiapan dan ketabahan, agar manusia siap menerima apapaun yang terjadi, meski itu pahit. Untuk itu diperlukan resep, agar kehidupan manusia mencapai sukses. Ada resep hidup sukses dunia akherat :
1. Hati yang Tulus Ikhlas)
2. Ibadah harus Bagus (Wajib plus Sunnah)
3. Hidup harus Lurus (istiqomah)
4. Usaha (ikhtiar harus Serius
5. Tobat Terus (Istighfar)

Pesan Resep ini kiriman dari pak Guntur buat siapapun yang menginginkan ketentraman.

Rabu, 16 Februari 2011

KIAMAT SUDAH DEKAT

KIAMAT SUDAH DEKAT

Bumi tersulut magma membara
Kerak luluh tanah merekah
Tanah terbenam laut memanjat
Buntal bumi tenggelamkan umat

Manusia kocar-kacir kalang kabut
Lari pontang panting cari selamat
Tak ada tempat sembunyikan umat
Semua penghuni bakal hancur lumat

Gambaran kiamat ingatkan manusia
Siapkan diri perbanyak pahala
Kabar burung bikin orang merana
Ramalan suku Maya dikipasi sang Mama

Waktu kiamat memang kian dekat
Manusia tak lagi malu pamerkan maksiat
Tunggu terompet ditiup malaikat
Bumi hancur awal kiamat

Tak ada yang tahu kapan kiamat tiba
Rahasia penguasa tunggal alam semesta
Ingatlah mati siapkan diri
Berserah diri...bermunajat ke hadirat Ilahi Robbi

Selasa, 15 Februari 2011

BIDIK MISI BERJENJANG

Program pemerintah yang memberi jatah siswa miskin berprestasi masuk perguruan tinggi menemui kendala. Sebagai contoh ITB dan UNY, kuotanya tidak terpenuhi. Ternyata siswa miskin berprestasi tidak banyak. Hal ini sekaligus pembenaran, untuk berprestasi perlu dukungan dana. Sekaligus sebagai penyadaran, bahwa banyak anak-anak Indonesia yang perlu uluran dana dari tingkat sekolah dasar, agar mereka mampu berprestasi.
Jika kuota program ini tidak terpenuhi, sebaiknya dananya dialihkan untuk memberikan beasiswa bagi anak-anak SMA miskin. Programnya menjadi Bidik Misi berjenjang. Dipilih anak miskin yang mempunyai bakat dan minat melanjutkan ke perguruan tinggi. Diharapkan dengan pembinaan dari awal, anak-anak ini dapat menunjukkan prestasinya. Sehingga ketika diadakan seleksi masuk PT, mereka bisa mengisi kursi di PT. Agar ungkapan anak miskin di larang kuliah tidak lagi melekat pada orang miskin.

Senin, 14 Februari 2011

VALENTINE’S DAY UNTUK ORANG TUA DAN GURU

Ada budaya dari manca yang tiap tahun dirayakan para remaja, yaitu Valentine’s Day 14 Februari. Di hari kasih sayang ini mereka meluapkan kasih sayang diantara teman dekatnya. Sayang, perwujudannya sering melebihi batas norma kehidupan bangsa Indonesia. Tidak lagi sekedar saling memberi hadiah, para remaja ini mulai melanggar susila dan agama.
Perlu pengawasan ketat terhadap remaja disaat mereka merayakan Valentine’s Day. Apalagi sebagian besar yang merayakan anak-anak usia sekolah. Di hari VD, guru dan orang tua harus memberikan perhatian lebih sebagai bentuk kasih sayang yang dibutuhkan remaja. Agar remaja tidak mencari kasih sayang yang salah sebagai pelarian.
Atau sebaliknya, para remaja dan anak-anak sekolah ini diarahkan untuk mewujudkan kasih sayang tidak hanya kepada teman sebaya. Kasih sayang itu lebih baik ditujukan kepada orang tua dan guru-gurunya. Tidak harus memberi hadiah coklat cinta atau dalam bentuk barang apapun. Memberikan rasa hormat yang lebih kepada guru serta membantu pekerjaan orang tua di rumah, akan lebih bermanfaat untuk merayakan Valentine’s Day ala Indonesia. Kelak dari doa guru dan orang tua, remaja usia sekolah ini sukses menempuh Unas.

Minggu, 13 Februari 2011

COKLAT CINTA

COKLAT CINTA

Gelap menghias sisi
Manis meresap isi
Indah rayu selera
Jadi perlambang tanda cinta

Coklat cinta wujudkan asa
Kasih sayang kawula muda
Kado terindah di hari istimewa
Valentines day satukan rasa

Coklat cinta
Membuat hati berbunga
Laksana anggur penyejuk sukma
Terbang melayang gapai nirwana

Sabtu, 12 Februari 2011

SUSU TERCEMAR ENTROBACTER SAKAZAKI

Menggiatkan Kembali Gerakan Minum ASI
Maraknya pemberitaan susu dan produk susu yang terkontminasi bakteri enterobacter sakazaki. membuat ibu dan anak-anak resah. Khususnya ibu dan wanita karier yang punya bayi. Kesibukan mereka membuat bayi terpaksa mengkonsumsi susu formula. Gencarnya promosi kelebihan susu formula dan trend wanita menjaga penampilan, membuat sebagian ibu enggan memberi ASI eksklusif untuk anaknya.
Jika beberapa waktu lalu ada gerakan agar para ibu yang punya bayi memberikan ASI ekslusif, hal ini perlu digiatkan kembali. Masa emas di awal kehidupan anak ditentukan pula oleh perhatian ibu terhadap bayinya. Disamping murah meriah, ASI juga dapat menyehatkan bagi ibu itu sendiri.
Tempat bekerja juga diwajibkan memberikan tempat penitipan bayi sekaligus tempat menyusui. Disamping asupan ASI tercukupi, para wanita ini juga lebih tenang bekerjanya. Sehingga tempat bekerjanya pun mendapat keuntungan.

Jumat, 11 Februari 2011

Mengontrol Sekolah Agama Aliran

Ke-Bhinneka Tunggal Eka-an tercoreng. Perbedaan tidak lagi menunjukkan keindahan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemahaman agama yang salah. atau kefanatikan berlebih menimbulkan korban. Kerusuhan di Cikeusik dan Temanggung menggambarkan hal itu. Ketidaktaatan kepada hukum yang melarang pengikut aliran agama melakukan aktifitas yang dapat meresahkan masyarakat serta penodaan terhadap agama lain menimbulkan kemarahan dan berujung tindak anarkisme.

Tidak bisa dicegahnya kejadian ini karena masyarakat melihat sendiri hal-hal yang dianggap menyimpang atau menyinggung rasa keagamaan mereka. Terlebih beberapa aliran agama ini juga mendirikan atau pelaksanakan pendidikan bagi pengikut beserta keluarganya. Termasuk juga mendirikan sekolah sesuai platform aqidahnya. Sehingga secara otomatis, usaha memutus mata rantai penyebaran dan pewarisan ajarannya terhambat.

Untuk itu perlu aturan jelas terkait pendirian sekolah agama bercirikan khusus agar tidak terjadi eksklusifimisme dalam pendidikan. Disamping itu anak tidak mudah terkontaminasi oleh virus agama mematikan yang dapat membelokkan aqidah dan tujuan pendidikan. Kontrol pemerintah dan masyarakat dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Kamis, 10 Februari 2011

FILTER PEMBERITAAN ASUSILA

Belakangan ini semakin banyak kejadian yang diekspos media terkait masalah asusila. Mulai perbuatan selingkuh, video porno, kehidupan remang-remang ataupun pemerkosan. Yang memprihatinkan, perbutan itu melibatkan anak usia sekolah, bahkan anak di bawah umur.
Masyarakat tentu membutuhkan informasi yang terbru dan mengibur. Nah, karena media cetak telah menjadi kebutuhan semua kalangan, diharapkan pemberitaan jangan terlalu vulgar. Apalagi menayangkan gambar yang mempertontonkn kejadian tersebut. Termasuk, menceritakan kronologi perbuatan asusila itu secara detail
Masyarakat mengharapkan press memberitakan kejadian dengan jujur, bertanggung jawab dan santun. Filter berita ada di tangan para jurnalis. Semoga di hari Pers 9 Februari, pers Indonesia menyampaikan berita yang sesuai kepribadian bangsa Indonesia.


Tulisan ini dimuat di Gagasan Jawa Pos edisi Kamis, 10 Februari 2011

PAJAK KENTUT

Target tinggi dipatok
Pajak melekat di sebarang pojok
Dari urusan perut hingga
sekitar katok
yang belum
pajak bersin ..... buang angin
dan
pajak kentut

Rabu, 09 Februari 2011

LOMBA MENULIS TOKOH

Kreatifitas menulis kembali mendapat ujian. Beredarnya buku seri Pak SBY di Jateng dipermasalahkan. Meski buku tersebut telah mendapat pengesahan dari BSNP, namun karena proses dan peruntukannya kurang tepat akhirnya menjadi konsumsi politik. Terlepas sistem pengadaan dan siapa yang dijadikan tokoh penulisan, seharusnya terbitnya sebuah buku diapresiasi positif. Karena di Indonesia sendiri judul buku yang terbit setiap tahun masih kalah dengan negara lain.
Daripada mempermasalahkan terbitnya buku, lebih baik masyarakat dirangsang untuk membuat buku. Agar pemunculan seorang tokoh tidak diirikan dan tokoh-tokoh berjasa yang tidak populer lebih dikenal masyarakat, setiap daerah membuat sayembara penulisan tokoh. Mulai tokoh tingkat kampung hingga nasional.
Untuk uji kelaikan standarisasi buku, diserahkan ke badan berwenang. Pemerintah atau badan nir laba yang peduli buku membantu pembiayaan penerbitan. Bukunya disalurkan ke perpustakaan daerah dan sekolah. Tidak lupa penulis diberi royalti.

Selasa, 08 Februari 2011

NILAI ULANGAN HIMPUNAN

Untuk ank2 kelas 7F hasil ulangan harian Himpunan dapat di buka di bawah ini!

Nilai UH 7F

PROFESIONALISME SEKOLAH SWASTA

ALUMNI JADI PENDONOR DANA SEKOLAH

Aturan penggunaan dana BOS 20% untuk honor/gaji guru memang sangat memberatkan, terutama sekolah swasta. Apalagi jika sekolah tidak diperkenankan untuk menarik dana orang tua siswa. Tentu sekolah kebingungan.

Namun demikian kebijakan itu ada nilai plusnya. Sekolah swasta dipacu profesional. Untuk memenuhi gaji guru, melalui program sertifikasi honor guru swasta sudah tercukupi. Asal guru tersebut memenuhi kriteria sertifikasi. Diantaranya guru mengajar mata pelajaran sesuai ijazah guru. Menjadi introspeksi sekolah swasta untuk memperbaiki sistem pendidikannya. Karena masih banyak guru mengajar tidak sesuai kompetensinya. Termasuk juga bagi guru itu sendiri agar mengembangkan profesionalismenya.

Kebijakan ini juga bisa sebagai ajang seleksi alam bagi sekolah. Sekolah yang dikelola secara profesional akan sanggup bertahan. Serta agar seseorang/lembaga tidak gampang mendirikan sekolah, tetapi di tengah jalan tidak mampu mempertahankan hidupnya. Dari segi pembiayaan, sekolah juga dapat mengembangkan usaha mandiri serta menjalin alumni sebagai pendonor dana

Senin, 07 Februari 2011

WANITA KARIER

”BERKARIER YES, KELUARGA OKE!”
Bukan lagi jamannya wanita hanya berkutat urusan dapur, sumur dan kasur. Tak ada wanita yang suka hidup di sangkar emas. Tentunya, ungkapan dalam sebuah lagu bahwa wanita dijajah pria sejak dulu sudah tidak layak tayang. Wanita bukan sosok manusia lemah lagi. Wanita tak boleh dipandang sebelah mata. Simak saja eksistensinya di percaturan global.
Emansipasi wanita telah membawa diri seorang hawa sebagai seorang multi fungsi. Keberadaanya kini mulai menggurita. Terlau kasar memang. Tetapi itulah kenyataannya. Hampir tidak ada posisi di muka bumi ini yang tidak tersentuh wanita. Mulai kuli bangunan hingga presiden. Bahkan tukang becak pun dilakoni kaum perempuan demi mempertahankan hidupnya. Yaa, dunia sudah mengubah wanita. Terpaksa, dipaksa ataupun memang diniatkan wanita itu sendiri. Keadaan, kesempatan dan peluang membuat wanita menjadi perkasa. Melakoni bidang pekerjaan yang sebelumnya seperti tabu ditangani wanita. Meski masih sering terdengar diskriminatif, perlakuan pelecahan bahkan kekerasan terhadap wanita pekerja. Tetapi hal ini tidak menyurutkan tekat wanita untuk bekerja dan berprestasi.
Wanita bukan lagi sekedar pajangan. Penghias sampul muka majalah, iklan pemikat konsumen ataupun sekretaris pendamping boss. Perkembangan jaman yang menuntut persaingan keras telah mengubah budaya dan retorika kehidupan. Feminimisme wanita bermetamorfosis. Dari sekedar wanita pekerja menjelma menjadi wanita karier. Tangan dan tutur kata lembut wanita berubah menjadi senjata pamungkas. Kelemah lembutan wanita bisa membuat pesaingnya terpedaya. Itu juga sebagai salah satu modal utama wanita meniti karier mengalahkan kaum pria.
Hampir tidak ada batas lagi antara pria dan wanita dalam berkarya. Walau disana-sini ada perbedaan penghargaan terhadap keprofesionalan kerja, namun juga banyak bukti. Bahwa sentuhan wanita mampu membawa perubahan positif di bidang yang ditanganinya. Keraguaan kaum pria terhadap kompetensi wanita ditepis dengan bukti nyata hasil oleh pikir dan olah kerjanya.
Nilai lebih wanita dalam berkarya terletak pada ketaletaan, keuletan dan kesabarannya. Ini membuat wanita semakin memperbesar porsi kebutuhan tenaga wanita di bursa kerja. Maka tidak heran, di bursa kerja sering menawarkan lowongan pekerjaan bagi wanita. Tak terkecuali untuk bekerja ke luar negeri sebagai TKW. Dengan kelebihannya wanita mampu menggungguli kaum pria dalam memperebutkan posisi. Karier pun cepat melejit. Satu sisi keberhasilan wanita.
Seiring peningkatan karier, ekonomi keluarga terangkat. Berlimpah harta benda. Nama besar dan kepopuleranpun disandang. So pasti aktifitas juga meningkat. Baik terkait bidang karier ataupun kegiatan sosial kemasyrakatannya. Ini juga semakin menyita waktu seorang wanita. Dampak negatif ikutannya pun timbul. Terutama waktu untuk keluarga. Keharmonisan terganggu. Waktu mendidik putra-putrinya tersita. Rumah seperti tempat numpang lewat. Makan, tidur, mandi, bersolek dan buang air. Frekuensi bersua dengan keluarga semakin kecil. Berangkat, anak belum bangun, pulang sudah tidur. Suami pun hanya teman mendengarkan dengkur. Nafkah batin terkorupsi. Awal bencana keluarga mengancam. Apakah kesuksesan wanita karier seperti ini yang diharapkan?
Masih ada parameter lain untuk mengukur kesuksesan seorang wanita. Apalah artinya jika karier sukses bila anak dan rumah tangganya hancur. Tidak ada pemimpin laki-laki yang sukses tanpa pendamping handal. Tidak ada pula wanita karier sukses tanpa suami yang setia. Begitupun, tidak ada anak berhasil tanpa sentuhan kasih sayang seorang ibu. Sesibuk apapun seorang wanita karier harus menyempatkan waktu melaksanakan tugas wajibnya. Baik sebagai seorang istri ataupun ibu. Ada rasa berbeda yang dirasakan anak, jika seorang ibu mau menyempatkan diri mendidik secara langsung. Apalagi bagi sang suami.
Yang diperlukan oleh seorang wanita karier dan pasangannya adalah bekerja sama. Saling berbagi tugas untuk urusan rumah tangga dan anak. Saling percaya, menghargai dan mau mengalah untuk hal tertentu. Meminimalisir keegoan dan mampu mengendalikan diri dalam berkarier. Tidak aji mumpung. Bagaimanapun juga, kesuksesan berkarier perlu ada batasan. Apalah artinya jika kesuksesan itu hanya untuk diri sendiri. Wanita harus mengatur dirinya sendiri.
Setiap kesuksesan pasti perlu pengorbanan. Hanya saja, jangan sampai pengorbanan itu mempunyia nilai negatif lebih besar dibanding kesuksesannya. Keseimbangan antara karier dan keluarga menjadi kunci wanita karier meniti kehidupan yang normal dan bermartabat. Menuju terciptanya keluarga sakinah, mawaddah warohmah. Karier mulus, datang fulus. Suami tulus, anak lulus, sekeluarga terasa mak nyuusss.

Minggu, 06 Februari 2011

APOTEK HIDUP DI SEKOLAH

Semakin kritisnya lingkungan telah menyadarkan banyak pihak berupaya menyelamatkan lingkungan. Mulai gerakan penanaman pohon, pembersihan lingkungan serta memasukkan pendidikan lingkungan hidup dalam kurikulum sekolah.
Pendidikan Lingkungan Hidup yang kini mulai diaplikasikan di sekolah perlu nuansa tambahan. Setidaknya sekolah juga harus menyediakan lahan ataupun memanfaatkan lahan sekitar sekolah yang tidak digunakan dengan ijin pemerintahan setempat untuk menggunakannya. Sehingga PLH tidak hanya teori dan sekedar praktek menanam tumbuhan.
Tetapi perlu juga mengenalkan tanaman asli Indonesia yang bermanfaat.
Kegiatan ini diwujudkan dengan membuat apotek hidup. Dengan apotek hidup anak juga diajarkan membuat obat-obatan tradisional. Bila lahan apotek hidup luas, bukan tidak mungkin melibatkan masyarakat sekitar dan hasilnya bisa dipasarkan. Sekolah dan anak-anak mendapat keuntungan ganda. Mendapat ilmu dan belajar berwirausaha.

Sabtu, 05 Februari 2011

FORMULA KELULUSAN 2011

MENYELAMATKAN ANAK BANGSA, MENGUJI IDEALISME GURU

Ujian Nasional (UN) rasa baru, begitu kira-kira pendapat sebagian orang mengomentari UN 2011. Polemik unas yang tak berkesudahan untuk sementara harus diakhiri. Sebagian aspirasi masyarakat sudah ditampung Kemendiknas, agar UN tidak terlalu membebani kelulusan siswa.

Menganut asas komprehensif dan kontinuitas pendidikan, nasib anak bangsa ini diwujudkan dalam bentuk formula kelulusan. Formula ini berupa nilai kelulusan (NA), yaitu gabungan antar nilai UN dan nilai sekolah. Dengan rumus, NA = 0,6NU + 0,4NS, UN nilai ujian nasional dan NS nilai sekolah. NS = 0,6S + 0,4R, S nilai ujian sekolah dan R rata-rata nilai rapor semester 1 sd 5 untuk SMP dan 3 sd 5 untuk SMA. Dengan batas rata-rata nilai kelulusan NA minimal 5,50 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Masih ditambah lagi nilai kepribadian siswa. Sedang kritria kelulusan dalam ujian sekolah ditentukan satuan pendidikan.
Itulah formula terakhir yang diharapkan bisa menolong siswa dari kekuatiran nasib anak banyak ditentukan nilai unas. Namun formula kelulusan ini tidak berdiri sendiri. Simak pasal-pasal dalam Permendiknas nomor 45 tahun 2010, seperti pasal 5 dan 6 berikut.

Pasal 5
(1) Peserta didik dinyatakan lulus US/M SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK apabila peserta didik telah memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan Nilai S/M.
(2) Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari gabungan antara
nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan semester 5 untuk
SMP/MTs dan SMPLB dengan pembobotan 60% (enam puluh persen) untuk
nilai US/M dan 40% (empat puluh persen) untuk nilai rata-rata rapor.
(3) Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari gabungan antara
nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan semester 5 untuk
SMA/MA, SMALB dan SMK dengan pembobotan 60% (enam puluh persen)
untuk nilai US/M dan 40% (empat puluh persen) untuk nilai rata-rata rapor.

Pasal 6
(1) Kelulusan peserta didik dalam UN ditentukan berdasarkan NA.
(2) NA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari nilai gabungan antara
Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan Nilai UN, dengan
pembobotan 40% (empat puluh persen) untuk Nilai S/M dari mata pelajaran
yang diujinasionalkan dan 60% (enam puluh persen) untuk Nilai UN.
(3) Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua NA
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencapai paling rendah 5,5 (lima koma
lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol).
Selengkapnya silakan baca Permendiknas No 45 tahun 2010 atau buka website BSNP di http://bsnp-indonesia.org

Membaca Permendiknas tersebut, para guru harus bersyukur. Bahwa jerih payah guru membelajarkan anak selama tiga tahun dihargai. Nilai rapor dalam proses belajar diapresiasi. Apalagi anak-anak, mungkin mereka riang gembira menyambutnya, merasa ada dewa penolong datang lebih dini.

Formula ini diharapkan mengurangi keresahan masyarakat apalagi siswa. Semoga tidak terjadi lagi siswa berprestasi bernasib buruk, tidak lulus gara-gara nilai UN-nya tidak memenuhi batas minimal kelulusan. Pengalaman tahun lalu menyadarkan pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan prestasi anak selama menuntut ilmu.

Prestasi ini tentunya lebih mudah diamati dari rapor siswa. Pretasi lain yang diraih lewat kejuaran dianggap sudah terwakili. Meski masih ada sisi kelemahannya. Bagaimana jika prestasi anak tersebut tidak langsung berhubungan dengan aspek penilaiaan kelulusan yang dituangkan dalam bentuk angka? Semisal prestasi anak di bidang olah raga, seni atau lainnya. Sementara anak tersebut sangat lemah di bidang lain. Batas minimal nilai 4,00 terasa sulit dilalui.
Meski guru mempunyai hak untuk ikut memberi pertimbangan terutama terkait aspek kepribadian, namun penentu utamanya tetap angka-angka NA. Guru hanya bisa menentukan vonis tidak lulus bagi anak yang NA-nya memenuhi syarat kelulusan tetapi aspek kepribadiannya buruk. Namun, bagaiman jika anak tersebut NA-nya sudah tidak memenuhi syarat lulus? Guru hanya bisa pasrah, berdo’a dan memberi nasehat agar anak yang tidak lulus tabah.

Di sisi lain, penggunaan rapor dikuatirkan mempunyai efek negatif. Seperti diungkapkan pak Nuh kala menyampaikan formula kelulusan ke media akhir Desember lalu. Bahwa koefisien nilai sekolah yang menggunakan nilai rapor lebih kecil koefisien bobot nilai ujian nasional. Karena berdasar penelitian untuk penetapan koefisien tersebut diketahui terjadi keanehan diantara sekolah terakreditasi. Hampir tidak ada ada perbedaan signifikan diantara sekolah-sekolah tersebut terakreditasi A, B, C. Semua memberi nilia aman bagi siswanya.
Menjadi rahasia umum, ketika nilai rapor digunakan dalam penentuan kelulusan terjadi anomali nilai. Anak yang kemampuanya biasa bahkan rendah diberi nilai tinggi sedang anak yang benar-benar pandai nilai rapornya dibiarkan apa adanya, tidak jarang malah kalah bagus. Para guru terlalu sayang dengan anak-anak. Jika biasanya pelit ketika memberi nilai ulangan dan nilai rapor di kelas 1 dan 2, begitu membuat nilai untuk rapor kelas 3 berubah 180 derajat. Obral nilai, demi kelulusan siswa tercinta. Hal seperti ini terjadi waktu model ujian nasional masih bernama Ebtanas.

Jika rapor mulai kelas 7 (untuk SMP) dan kelas 11 (SMA) digunakan kembali dalam penentuan, dikuatirkan terjadi lagi pengkatrolan nilai. Manipulasi kemampuan dalam dalam bentuk angka. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan sebagai parameter kompetensi anak juga akan bergeliat, dinaikkan hinggá batas aman. Indikator riil untuk menentukan KKM tidak lagi ada gunya. Remidi lambat laun akan lenyap. Apa gunanya remidi berulang, jika akhirnya terpaksa rapor anak harus mencapai batas aman.

Formula baru benar-benar akan menguji idealisme guru. Sisi profesional dan rasa kemanusian akan berperang. Mana yang akan menang? Mengalah demi kemashlahatan atau mempertahankan idealisme demi profesionalisme guru pemegang sertifikat guru profesional. Yang jelas segala upaya untuk menyelamatkan nasib anak tidak terletak pada formula kelulusan. Persiapan yang matang menghadapi ujian nasional serta belajar dengan baik sejak awal masuk sekolah adalah kunci kesuksesan siswa.

Tulisan ini dimuat di majalah Media edisi Februari 2011

Jumat, 04 Februari 2011

BOLA KASIH SAYANG

Bundar menggelinding
Melaju tergiring
Di ujung sepatu runcing
Dua puluh dua insan terpancing
Di satu benda penting

Bola melaju terkendali
Bergerak dari kaki ke kaki
Direbut tuk buat satu tujuan
Jebol gawang lawan
Raih kemenangan

Satu bola satukan hati
Rebut simpati ... walau sejenak
Rekrut anak negeri sendiri
Bela merah putih rebut juara
Apa daya direbut Malaya

Bola-bola kesima semua
Lupakan perbedaan satukan dukungan
Kalah menang bukan tujuan utama
Berjuang hingga titik darah penghabisan
Hasil akhir ditentukan Yang Kuasa
Garudaku sayang moga kelak jadi juara

Kamis, 03 Februari 2011

Pasar Murah Imlek

Kamis 3 Februari 2011 warga keturunan Tionghoa merayakan Imlek. Seperti biasanya, perayaan tahun baru ini dirayakan dengan saling memberi angpao antar anggota keluarga dan warga sekitar. Semangat saling berbagi dan pambauran yang digaungkan beberapa tahun lalu setidaknya membuat kehidupan bermasyarakat kaum Tionghoa semakin diterima masyarakat asli. Apalagi setelah Gus Dur memberi pengakuan atas keberadaan mereka di Indonesia.

Di saat barang kebutuhan masyarakat sehari-hari mahal, ada baiknya kaum Tionghoa merayakan Imlek dengan menggelar pasar murah. Seperti halnya pada perayaan hari kemerdekaan atau hari besar keagamaan lainnya. Sebagai golongan yang menguasai perdagangan, dengan menggelar pasar murah minimal bisa mereda gejolak harga untuk meringankan beban hidup sebagian besar masyarakat Indonesia.

Rabu, 02 Februari 2011

Seragam Sekolah Jangan Mirip Militer

Busana membawa jiwa. Ungkapan untuk menggambarkan kekuatan busana dalam mempengaruhi kepribadian seseorang. Bukan tidak asing lagi, saat ini banyak anak sekolah memakai seragam beserta atributnya menyerupai pakaian militer. Mulai sekolah dasar hingga setingkat perguruan tinggi. Ada identitas, asesoris berbagai keorganisasian yang diikuti dan pangkat tanda tingkat kelas.
Meski atribut-atribut ini sebagian menunjukkan prestasi dan kebanggaan dengan almamaternya, namun bisa menyulut permusuhan. Tidak jarang jatuh korban. Tanda kepangkatan yang menunjukkan kesenioran membuat pemakainya merasa mempunyai kekuasaan lebih.
Untuk itu perlu penertiban pemakaian atribut sekolah. Boleh dipasang sekedar menunjukkan identitas pribadi dan sekolah dalam bentuk sederhana. Melarang pemakaian tanda-tanda kepangkatan atau asesoris lain menyerupai militer. Anak bukan tentara. Kesederhanaan berbusana membuat mereka belajar hidup bersahaja dan menghargai sesama.

Selasa, 01 Februari 2011

Profesionalisme Penilik dan Pengawas sekolah

Usia pensiun lebih lama untuk jabatan fungsional, seperti penilik dan pengawas sekolah membuat posisi ini kadang menjadi pelarian sebagian pejabat struktural. Bahkan di era otonomi daerah, bukan aneh lagi pejabat dari luar pendidikan menduduki jabatan strategis di lingkungan dinas pendidikan.
Padahal dunia pendidikan dituntut profesional. Untuk menciptakan insan-insan pendidikan dan sekolah berkualitas utamanya guru, memang perlu pembinaan. Dalam hal ini, penilik dan pengawas sekolah memegang peranan penting. Bila penilik dan pengawas berasal dari pejabat yang berevolusi dadakan, dikuatirkan kinerjanya tidak sesuai harapan. Malah menimbulkan pemimpin penderita post power sindrome.
Pemerintah seharusnya mencegah eksodus pejabat/pegawai berlabel mutasi hanya demi memperpanjang usia pensiun. Penilik dan pengawas harus didisi orang berkulitas yang mengerti pendidikan, bukan orang sisa-sisa. Lebih baik diisi guru-guru terpilih, berkarier cemerlang dan diseleksi.