Jumat, 15 Mei 2015

Seragam sekolah: OSIS + Pramuka saja!



Tawuran anak sekolah yang belakangan marak terjadi sangat memprihatinkan. Selain mengganggu masyarakat, juga jatuh korban bahkan meninggal. Penyebabnya pun sepele. Mulai urusan  pacar, ego remaja hingga fanatisme berlebihan pada sekolah. Parahnya lagi tawuran pelajar ini menimbulkan dendam kesumat. Tidak aneh, jika suatu waktu tanpa ada sebab, siswa dari satu sekolah menyerang siswa sekolah lain hanya karena melihat seragamnya. Apalagi saat ini sekolah-sekolah mempunyai seragam khusus yang beda dengan sekolah lain.
Jika keberadan seragam khusus menimbulkan mudlarat, pemberlakuan pakaian seragam sebaiknya dikembalikan kepada khittahnya. Membentuk siswa yang disiplin, rapi dan santun. Anak sekolah cukup berseragam OSIS dan pramuka. Dengan berseragam sama akan menumbuhkan kebersamaan. Dengan hanya dua jenis seragam juga menghemat biaya. Identitas sekolah cukup memasang badge kecil di lengan atau di dada.

Minggu, 10 Mei 2015

Bintalima Usai UN



            Ujian Nasional  bagi anak SMP/SMA usai dilaksanakan, tinggal menunggu hasil UN. Nah, di sela waktu menunggu pengumuman kelulusan, guru dan orang tua dipusingkan dengan keberadaan anak. Di sekolah tidak ada kegiatan akademik sedang di rumah tidak ada yang mengawasi. Waktu anak mubadzir dan menimbulkan rasa was-was.
            Untuk mengatasi hal ini seyogyanya sekolah bersama orang tua membuat program bina mental dan ilmu agama (Bintalima). Caranya, usai UN anak-anak diberi kegiatan positif. Seperti memberi materi tambahan untuk persiapan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, magang kerja atau melakukan kegiatan kemanusian. Untuk menambah pengetahuan agama, guru agama yang sudah tidak banyak tugas mengajar memberi materi agama. Jika pengajar agama kurang bisa mendatangkan ustad dari pesantren. Sekolah atau orang tua juga bisa mengirim putra-putrinya ke pondok pesantren atau ke kampung khusus yang mempunyai program unggulan bagi anak sekolah. Semisal ke kampung Inggris di Pare Kediri. Dengan bintalima anak-anak bertambah pengetahuan, lebih berkarakter, siap menunggu pengumuman UN dan berkompetisi melanjutkan pendidikannya.

Jumat, 08 Mei 2015

Hari Pilihan



Hari Pilihan

Tak ada janji mengikat
Tak ada upeti tuk disunat
Tak ada titipan dari pejabat
Gerakkan hati dengan satu niat

Satu waktu harus putuskan
Pilih satu sbagai pilihan
Serangan fajar jadi ancaman
Edaran kunci penggoda iman
Hanya satu penguat keyakinan
Siap siaga berbekal iman

Hari  itu harus diputuskan
Satu pilihan ditetapkan
Arsiri jajaran lingkaran
Penentu nasib dalam ujian

Yang kupilih berdiam diri
Tak bergeming tak terintimidasi
Tak ada yang sama di kanan kiri
Masa depan ditentukan  diri sendiri

Nasib lulus tak tergantung vulus
Rajin belajar bekerja  tulus
Jujur ujian  di jalur lurus
Restu orang tua  jadi pemulus
Berharap aku bisa lulus

Kamis, 07 Mei 2015

UANG PARKIR di SEKOLAH UNTUK PENGEMBANGAN SISWA



            Saat ini tidak sedikit siswa ke sekolah mengendarai sepeda motor. Meski menurut aturan kebanyakan dari mereka belum mempunyai SIM karena faktor umur. Namun keadaan memaksanya. Tidak mencukupinya angkutan umum saat jam sekolah serta kesibukan orang tua menuntut siswa yang rumahnya jauh berangkat dengan sepeda motor. Meski  ada yang naik sepeda ontel.
            Tetapi masih ada permasalahan lain. Sekolah (utamanya SMP) tidak berani menampung parkir sepeda motor bagi anak yang belum punya SIM C. Kuatir disalahkan karena mengijinkan siswanya mengendarai sepeda motor tanpa SIM. Akibatnya, sepeda motor diparkir di tepi jalan atau di rumah penduduk dekat sekolah. Otomatis uang parkir dinikmati orang luar. Padahal uang parkir tersebut bila dikelola sekolah bisa untuk pengembangan fasilitas atau kegiatan siswa. Selain itu dengan parkir di sekolah keamanannya lebih terjamin. Kalau sekolah dilarang menarik pungutan karena sudah ada BOS, uang parkir tidak termasuk kategori ini. Uang parkir merupakan dana non bugeter dan gratifikasi dari siswa untuk almamaternya. Uang parkir juga tidak perlu SPJ rumit seperti BOS.
Sekolah berkoordinasi dengan kepolisian untuk memberi toleransi terhadap siswa yang belum memiliki SIM C dan terpaksa bersepeda motor  ke sekolah. Asal tidak melanggar tata tertib berlalu lintas. Sedang di luar jam sekolah dan tidak memakai seragam sekolah ditilang..

Sabtu, 02 Mei 2015

Pelepasan kelulusan dengan kaum dhuafa



Sudah menjadi tradisi sekolah, setiap melepas lulusan mengadan acara perpisahan yang dikemas dalam bentuk wisuda dan pentas seni. Tidak sedikit sekolah yang mengadakan perpisahan di tempat dan dengan acara mewah. Hal yang sebenarnya tidak cocok bagi siswa.
Sekolah sebaiknya mengadakan perpisahan secara sederhana. Sebagai wujud syukur dan membangan karakter siswa untuk berempati dengan sesama, ketika mengadakan acara wisuda juga mengundang anak yatim piatu dan kaum dhuawa. Dalam acara wisuda diselipkan acara doa bersama dan penggalangan dana. Sehingga pada diri siswa tertanam rasa kemanusiaan. Memacu semangat belajar para lulusan untuk belajar dan berprestasi. Agar kelak bisa mengajak para yatim piatu dan kaum dhuafa untuk mengenyam pendidikan lebih baik lagi. Di samping itu hal ini juga akan memotivasi anak-anak yatim lebih termotivasi belajarnya.