Senin, 31 Agustus 2015

Gerakan Samigujar




            Uji Kompetensi Guru  (UKG) beberapa waktu lalu menyisakan PR. Banyak guru bersertifikat profesional tidak mencapai nilai minimal 70 dengan rata-rata hanya 44,55.  Untungnya untuk sementara belum ada tindak lanjut langsung dari hasil UKG tersebut. Pemerintah masih memberi kesempatan guru yang belum lulus untuk mengikuti UKG lagi. Termasuk guru yang gagal koneksi pada UKG periode pertama.
Belajar dari pengalaman kegagalan pada UKG sebelunya, para guru yang akan mengikuti UKG harus lebih menyiapkan sebaik mungkin. Terutama pada penguasaan IT dan materi. Para guru calon peserta UKG memanfaatkan Sabtu Minggu untuk belajar (Samigujar). Samigujar dilakukan bersama teman sejawat atau mengundang nara sumber. Gerakan Samigujar juga jangan hanya menjelang UKG. Secara periodek pada Sabtu/Minggu guru-guru menyisihkan waktu melakukan penyegaran dan peningkatan kelimuannya.

Kamis, 27 Agustus 2015

Dibutuhkan : Guru BK yang Laki



            Suatu waktu saya memvaca opini Anak Lelaki ”Lapar” Ayah. Hal ini mengingtakan saya akan peran peran guru, khususnya guru BK.  Keberadaan guru BK ibarat orang tua., tempat curhat dan membimbing siswa. Seiring perkembangan, kebanyakan guru BK sebagian besar wanita. Sehingga, pembimbingannya cenderung sebagai sosok ibu.  Lebih banyak menentramkan, tetapi dirasa kurang memahami perasaan siswa laki-laki. Setidaknya hal ini acap kali terlontar dari siswa laki-laki langganan BK.
            Kekurangan/ketidakberadaan guru BK laki-laki ini perlu disikapi sekolah dengan memberi tugas tambahan guru laki-laki sebagai guru BK. Guru yang diperbantukan dipilih yang bisa menjadi sosok ayah. Bisa sebagai teman, kakak, orang tua dan mengikuti perkembangan jaman. Jika guru BK tetap hanya perempuan, penanganan terhadap siswa laki-laki jangan menggunakan gaya feminisme. Guru BK harus laki di depan anak laki-laki.
           

Senin, 24 Agustus 2015

Penjatahan Air di WC Umum


Air semakin langka. Sudah banyak upaya penghematan air, namun masih saja yang boros. Salah satunya penggunaan air di WC umum. Hanya untuk buang air saja, berliter-liter air terbuang. Air dibiarkan mengalir dan terbuang. Padahal air yang dipakai dan yang terbuang lebih mahal dari tarif yang dibayarkan, yang hanya sekitar Rp 500,- atau Rp 1000,- sekali pakai..              
Untuk penghematan air di WC umum, sebaiknya pemakai diberi jatah. Misalnya Rp500, memperoleh satu wadah air berisi 1-2 liter yang cukup untuk membersihkan usai buang air kecil. Wadah dikembalikan ke petugas setelah buang hajat. Jika pengguna WC umum ingin air lebih banyak, pembayarannya menyesuaikan kebutuhan. Toh orang juga sudah terbiasa, hanya untuk 1 gelas air mineral rela membayar Rp 500,-. Sebagian uang hasil pemakaian untuk ongkos menjaga kebersihan dan kenyamanan WC umum. Dengan penjatahan ini pengguna belajar hemat dan menghargai arti penting air bagi kehidupan

Sabtu, 08 Agustus 2015

Asuransi Pertanian Bagi Petani



            Nasib petani tak kunjung lepas dari cobaan. Musim penghujan yang berlangsung hampir sepanjang tahun waktu lalu menjadi harapan petani untuk menanggung keuntungan. Namun apa daya, serangan hama wereng membuyarkan impian petani.
            Dan bukan kali ini saja petani mengalami gagal panen. Bencana alam, kekeringan atau serangam hama penyakit menghantui nasib mereka. Berbagai kesulitan seolah melekat pada petani. Mulai sulitnya mendapatkan pupuk, masalah air, murahnya hasil panen hingga gagal panen.
            Untuk itu petani perlu mendapat perlindungan. Salah satunya berupa asuransi pertanian. Para petani yang mengikuti program asuransi mendapat bantuan dana, pembinaan, penampungan hasil panen beserta jaminan harga penjualan yang layak. Biaya asuransi diambilkan dari keuntungan yang diperoleh. Sehingga antara petani dan penjamin asuransi terjalin simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Pemberi jaminan menerapkan pola asih, asah dan asuh kepada petani demi keberlangsungan ketahanan pangan nasional

Kamis, 06 Agustus 2015

Mengajarkan menulis tegak bersambung



          Seiring perkembangan teknologi, keindahan ataupun kerapian menulis mulai ditinggalkan. Jarang dijumpai tulisan anak-anak sekarang yang baik dan rapi. Bentuk tulisannya rata-rata huruf tegak tidak bersambung. Itupun tidak sedikit yang sulit dibaca. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengajaran menulis tegak bersambung, seperti pelajaran khusus menulis halus pada jaman dulu. Selain itu bapak/ibu guru jaman sekarang pada waktu mengajar juga sedikit menulis tegak bersambung. Akibatnya para siswa mengikutinya.
            Padahal menulis tegak bersambung diperlukan. Misalnya dalam membuat surat lamaran pekerjaan. Dengan menulis bersambung juga dapat membedakan bentuk tulisan seseorang.  Dari tulisan pula kepribadian seseorang bisa dibaca.
            Oleh karena itu, penulisan tegak bersambung perlu dibudayakan kembali. Para guru, khususnya guru bahasa Indonesia perlu menyelipkan pengajaran menulis tegak bersambung di kelas. Hal ini juga bisa membentuk karakter anak yang rapi, teliti, tekun dan telaten. Kalau tulisan siswa baik,  para guru lebih mudah membaca hasil pekerjaan siswa dan mengurangi kesalahan akibat salah baca.

Selasa, 04 Agustus 2015

Rotasi Mengajar di Sekolah



Hasil UKG (Uji Kompetensi Guru) jauh dari memuaskan, rata-ratanya berkisar 44 . Kabar ini setidaknya menjadi pelajaran berharga bagi guru dan sekolah. Dua unsur yang diujikan (Pedagogik dan profesional) sebenarnya sudah menjadi menu sehari-hari para guru. Kalau toh nilai UKG rendah, pasti ada sesuatu yang harus diperbaiki. Baik pribadi guru atau sistem manajemen pendidikan di sekolah.
Khusus sistem manajemen pendidikan di sekolah, masih banyak sekolah yang menganut faham senioritas. Guru senior mengajar kelas 3 SMP/SMA, sedang guru yunior mengajar kelas-kelas di bawahnya. Setiap pergantian tahun ajaran baru, jarang guru yang mau bertukar kelas. Alasanyannya, karena mereka sudah terlanjur hafal materi, juga keberatan membuat perangkat pembelajaran baru.  Otomatis materi yang dikuasai dengan baik hanya materi kelas tingkat tertentu. Akibatnya begitu UKG, para guru ini kelabakan dan tidak menguasai materi mata pelajaran dengan baik. Oleh  karena itu, sekolah perlu membuat rotasi mengajar secara rutin. Sehingga guru menguasai dengan baik semua materi di segala tingkat kelas. Dengan rotasi juga menghindari unsur senioritas antar guru.