Bagi siswa, materi
matematika yang dianggap paling sulit adalah geometri. Cabang matematika yang
satu ini tidak hanya memerlukan kemampuan hitung, tetapi juga menuntut kemampuan
imajinatif. Guru tidak cukup hanya berceramah, menggambar dan memberi contoh
soal ketika membelajarkan materi geometri, terutama geometri ruang. Seperti
ketika guru mengajarkan materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII semester
dua. Para guru matematika pasti merasakan
bagaimana susahnya membelajarkan geometri ruang tanpa menggunakan media yang
sesuai.
Untuk materi jaring-jaring
bangun ruang sisi datar pada bangun kubus misalnya, para guru biasanya
menugaskan siswa menemukan/membuktikan jaring-jaring berdasar gambar yang sudah
ada pada buku sumber atau LKS. Dari gambar-gambar seperti di bawah ini siswa disuruh membuktikan, apakah
gambar tersebut jaring-jaring kubus atau bukan.
.
.
Untuk membuktikan
gambar mana yang merupakan jaring-jaring dan yang bukan, siswa ditugaskan
menyalin gambar pada sebidang kertas. Gambar tersebut digunting pada sisi
luarnya dan dirangkai/dilipat kembali menurut garis sisi. Berikutnya diteliti, jika setelah potongan tersebut dilipat-lipat
dapat membentuk kubus, maka gambar yang dimaksud merupakan jaring-jaring kubus,
atau sebaliknya.
Cara ini tidak
membelajarkan siswa belajar kreatif. Siswa cenderung hanya sebagai perangkai
bagaikan tukang jahit, bukan seorang pemikir ataupun penemu. Karena gambar yang
diberikan tinggal dipotong dan dilipat. Untuk itu siswa perlu diberdayakan.
Apalagi dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific, cara lama
tersebut memasung kreatifitas siswa. Sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk
berkreasi dan berinteraksi di lingkungan belajarnya. Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Dienes dalam Ismail (1998:10), bahwasannya matematika sebagai sebuah
ilmu kreatif, sebaiknya dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
Untuk membelajarkan
jaring-jaring kubus, siswa diberi kesempatan berkreasi menemukan pola
jaring-jaring sendiri. Menemukan sebanyak mungkin model jaring-jaring hasil
penelitian bersama teman-temannya. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan
memberi pembimbingan seperlunya. Proses yang dilakukan siswa ini seperti yang
dilakukan dokter bedah orthopedi. Ketika dokter bedah tulang mengoperasi pasien
yang mengalami patah tulang (bahkan tulangnya patah tak beraturan), dokter
bedah tulang akan membuka daging, menata dan merakit tulang hingga membentuk
susunan seperti semula serta menutup kembali daging pembungkus tulang. Dokter
juga perlu kemampuan, kreatifitas dan jiwa seni agar hasil operasinya berhasil
dan memuaskan pasien.Hal itu pula yang dilakukan siswa. Meniru langkah-langkah
dokter bedah tulang, siswa dapat melakukan bedah bangun ruang untuk membentuk
jaring-jaring. Diperlukan imajinasi dan jiwa seni agar pemotongannya bangun
ruang sisi datar menghasilakan jaring-jaring dengan bentuk bervariasi.
Adapun langkah-langkah
yang dilakukan untuk pembelajaran jaring-jaring bangun ruang (misal kubus/balok)
dengan tehnik bedah orthopedi sebagai berikut:
1.
Membentuk kelompok siswa, misal satu
kelompok 4 anak. Untuk menyingkat waktu, pada pertemuan sebelumnya setiap anak
diberi tugas membuat kubus/balok dengan ukuran tertentu atau membawa barang
bekas berbentuk kubus/balok minimal 4. Agar mudah dan seragam kubus/balok yang
dibuat dibuat berdasar satu jaring-jaring yang sederhana. Guru memberi pola
dasar jaring-jaring yang ada lidahnya (seperti membuat kotak kue), agar kubus/balok
tertutup rapat dan bisa dilem antar sisinya.
2.
Setiap anak dalam kelompok memberi nama
pada titik-titik sudut kubus dengan nama yang sesuai (Misal: ABCD.EFGH)
3.
Siswa dalam kelompok diberi tugas
memotong rusuk-rusuk kubus/balok hingga kubus/balok terbuka dan tidak ada
bidang yang terlepas. Dalam satu
kelompok disuruh membuat sebanyak mungkin membuka kubus/balok dengan pola berbeda. Jika hasil pemotongan
kubus/balok sama dengan sebelumnya, siswa disuruh membuka kubus/balok lainnya. Semakin banyak pemotongan berbeda semakin baik. Pola yang
sudah jadi ditempel pada selembar karton
4.
Potongan yang terbentuk polanya digambarkan
pada kertas berpetak.
5.
Kelompok yang sudah selesai menempelkan
karyanya di papan tulis
6.
Setelah waktu untuk membuat
jaring-jaring cukup, diantara kelompok mempresentasikan karyanya. Kelompok lain
menanggapi dan membandingkan hasil karyanya
7.
Setelah presentasi, guru bersama-sama
siswa mendiskusikan hasil kerja bersama dan menarik kesimpulaan
Gambar aktifitas
dan hasil bedah orthopedi
Penerapan tehnik
orthopedi ini membuat anak-anak aktif belajar. Semua terlibat langsung
berkarya. Mereka saling berdiskusi mencari pola berbeda. Disitulah kemauan
bersosialisasi dan kemampuan berfikir kreatif siswa nampak. Pembelajaran dengan
tehnik bedah orthopedi ini merupakan bentuk aktivitas kreatif karena didalamnya
melibatkan suatu pendekatan yang baru
atau unik, dan hasilnya berguna dan dapat diterima (Alan J Rowe, 2005:12).
Tentunya aktifitas kreatif memerlukan pemikiran kreatif juga.
Bagi siswa yang tingkat
kreatifitasnya tinggi akan cepat menemukan pola berbeda. Dengan belajar
bersama-sama kemampuan kreatif itu ditularkan kepada temannya. Yang mempunyai
kemampuan lebih akan merasa senang jika mampu menyampaikan ide-ide kepada
temannya. Guru cukup berkeliling dan
membimbing seperlunya sambil melakukan penilaian berdasarkan rubrik. Diantaranya
menyangkut kerjasama, keaktifan/peran siswa dalam kelompok, kerapian dan hasil
akhir. Diantara mereka kadang ada yang mampu menemukan semua pola yang bisa
membentuk jaring-jaring dan ada yang menemukan beberapa saja. Hasil akhir bukan
tujuan utama. Tetapi proses menemukan lebih bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar