Mobil
identik dengan status sosial. Tetapi, suatu ketika pemilik mobil bisa disebut
anti sosial. Seperti yang dialami pemilik mobil murah yang tinggal di
lingkungan masyarakat. Dengan kapasitas terbatas, mobil hanya mampu menampung
anggota keluarga sendiri.
Tentu mobil-mobil mini seperti ini hanya cocok
dipakai orang yang tinggal di perkotaan atau orang dengan mobilitas
tinggi. Bagi masyarakat umum, khususnya orang desa, keberadaan mobil murah
justru menciptakan masyarakat egois. Jangankan untuk tumpangan tetangga,
mengajak orang tua saja harus berdesakan.
Lebih baik program mobil murah tidak sekedar
menciptakan kendaraan mini ramah lingkungan, tetapi juga ramah sosial. Yaitu,
mobil (keluarga) yang bisa memuat penunpang lebih banyak, dengan komponen lokal
tinggi dan bahan bakar ramah lingkungan. Tulisan ini dimuat di Gagasan Harian Jawa Pos tanggal 5 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar