Rabu, 29 Juli 2009
BOM MARRIOT DAN RITZ CARLTON
BOM ITU MEMBUNUH NEGERIKU!
Apa yang dipikirkan banyak orang terkait bom di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton Jakarta 17 Juli lalu? Orang pun mulai berspekulasi dan mengkaitkan dengan pilpres, teroris kaki tangan Nordin M Top, Jamaah Islamiah bahkan dengan Osamah bin Laden. Kita semua patut menghujat pelaku bom ini. Di tengah bangsa kita mulai merangkak, bangkit dari keterpurukan ekonomi. Tiba-tiba usaha ini dirusak oleh segelintir pengecut. Pengecut yang tidak senang negeri ini aman dan tahan dari krisis ekonomi global. Harapan menatap masa depan yang lebih cerah sedikit terkikis. Hari ini, 29 Juli 2009 melalui sebuah blog sekelompok orang yang mengatasnamakan Al Qaida Indonesia menyatakan bertanggung jawab atas peristiwa pengeboman itu.
Berdalih, perbuatan itu terpaksa dilakukan kepada Amerika, atau apapun bentuknya yang berbau Amerika sebagai balasan atas perbuatan Amerika yang menindas kaum muslim di berbagai belahan dunia. Tentu saja kita bisa terperangah? Bagaimana bisa, sebuah kegiatan balas dendam terhadap negara/orang asing tetapi dilakukan di negeri sendiri yang mayoritas penduduknya muslim? Sungguh hal yang mengherankan. Sadarkah para teroris itu dengan dampak yang menimpa sebagian besar bangsa Indonesia yang muslim. Jika perbuatan mereka beralasan membela kepentingan kaum muslim?
Dengan pengakuan sementara lewat blog, kecurigaan beberapa pihak yang mengkaitkan bom dengan pilpres/penggagalan hasil pilpres minimal bisa tereduksi. Kecurigaan antar salah satu calon yang tidak puas dengan pelaksanaan pilpres apalagi bagi calon yang merasa tidak diuntungkan bahkan tidak menang bisa lenyap dengan sendirinya. Bahkan pada hari ini juga kedua capres yang tidak berhasil memenuhi syarat menjadi pemenang sudah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Yang mungkin saja salah sau tuntutannya menghendaki pilpres ulang meski tidak di seluruh daerah. Kita masih menunggu perkembangan. Apa jadinya kalau gugatan itu dikabulkan.
Akankah demokrasi kelihatan lebih nyata? Atau , ini hal yang paling tidak kita inginkan. Akan terjadi ledakan yang lebih besar, melebihi ledakan bom di Marriot 17 Juli lalu. Kita tidak habis pikir, mengapa pernyataan bersama sebelum pilpres ”Siap Menang dan Siap Kalah” tidak terwujud? Bahkan untuk menghadiri pengumuman penetapan suara oleh KPU 25 Juli saja mbak Mega dan Mas Prabowo tidak hadir. Inikah contoh demokrasi sesungguhnya? Akankah rakyat akan dibuat bingung hanya lantaran rebutan kursi yang bisa diperlombakan lima tahun sekali? Bukankah pemenang hari ini (SBY) sudah tidak nyalon lagi ditahun 2014? Mengapa energi hanya dihabiskan hanya untuk menuruti ego pribadi dan golongan? Akan lebih menarikkah pertunjukkan demokrasi negeri ini jika terjadi pilkada, pileg dan pilpres hingga beberapa ronde? Menunggu yang KO atau terpaksa di TKO kan? Bagaimana nasib perekonomian kerakyatan dan ekonomi nasional kita?
Masihkah negeri ini mempunyai daya magnet bagi investor? Masihkah negeri ini aman bagi pelancong? Bukankah Menchester United tidak jadi berkunjung ke negeri ini hanya lantaran ada bom di satu tempat kecil di jantung Ibu kota? Satu titik kecil berdampak besar. Bagaimana jadinya BOM-BOM itu meledak merata di seantero nusantara hanya lantaran tidak puas dengan plpres? Kalau ada pakar menyatakana dampak bom Mariot II berdampal melayangnya sekitar 20 T rupiah. Berapa kira-kira kerugian ekonomi nasional, apabila terjadi BOM nasional dampak ketidakpuasan pilpres? Manakah yang menjadi pertimbangan. Kerugian ekonomi atau kerugian demokrasi?
Kalau saja d’Masif merilis lagu baru, mungkin lagu teranyar bertitel Bom itu Membunuhku. Negeri ini bisa mati, pecah tercerai berai. Terkotak-kotak hanya untuk kepentingan sesaat. Siapa berharap demikian?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar