Beginilah kalau guru tidak ada di kelas. Di tingkat dasar lagi. Menjadi kebiasaan jelek guru di sekolah, bahwa guru meninggalkan kelas tanpa tugas atau pengawasan. Akibatnya bisa ditebak. Kelas bisa amburadul.
Meninggalkan tugaspun kadang tanpa kontrol. Anak disuruh mengerjakan tugas dari buku. Padahal bukunya tidak ada. Kalaupun ada jumlahnya tidak memadai. Seperti yang menimpa anak saya tadi siang.
Sepulang sekolah saya jumpai wajah anak saya berhias cakaran. Cakaran tangan teman tentunya. Nggak mungkinlah cakaran harimau atau cakaran gurunya. Usut punya usut, si kecil tadi siang berkelahai dengan teman ceweknya. He...he.. puasa kok berkelai. Cewek lagi.
Hasil investigasi mamanya, ternyata ia bertengkar gara-gara diberi tugas gurunya yang sedang ada urusan lain untuk mengerjakan tugas dari buku. Lucunya, tugas kelompok itu tidak diimbangi dengan jumlah buku. Padahal inikan sudah satu bulan berjalan. Masa buku pelajarannya belum ada. Sudah begitu tidak ditunggui lagi. Payah..payah.
Namanya anak kecil, yang tidak punya mau pinjam. Eee yang punya dipinjam tidak boleh. Kontan saja mereka saling olok. Ujung-ujungnya bertengkar. Tidak cuma itu tangan mereka saling cari sasaran. Pukul dan cakar. Sementara temannya hanya nonton. Sampai akhirnya kedua anak menangis. Baru setelah terdengar ribut-ribut guru lainnya datang melerai. Terlambat, kayak di film saja.
Meski akhirnya bisa dilerai dan damai, namun bekas cakaran tetap ada. Meninggalkan jejak luka lumayan banyak. Moga2 saja bekasnya hilang.
Sekali lagi ini peringatan bagi guru. Jangan sembarang meninggalkan kelas. Memberi tugas saja tidak cukup. Perlu pengawasan dan kerjasama antar guru untuk mengawasi anak-anak. Guru tidak bisa digantikan dengan buku.
Senin, 16 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar