Hidup ini penuh tipu daya. Yang berbuat baik dicari-cari kesalahannya. Yang berbuat jahat malah dipuja-puja. Yang salah kadang melenggang bebas, sedang yang benar terkalahkan oleh nafsu angkara. Manusia baru menyadari tatkala semua telah terjadi dan dirinya sendiri terpojok dalam penyesalan.
Dan sepertinya sudah menjadi budaya lumrah di jaman edan ini. Saat berada dalam posisi kalam dan lemah, mengajak bersatu, melupakan masa lalu dan mengajak bangkit dari keterpurukan. Di saat berjuang, mengobarkan semangat perjuangan, menyuruh yang lain berjuang hingga darah penghabisan. Dan saat kemenangan, mulai meninggalkan teman seiring sejalan. Jika perlu mereka harus disingkirkan, agar diri sendiri dianggap pahlawan.
Para pahlawan sebenarnya dikungkung dalam jeruji kebebasan, hingga mereka lemah di makan jaman. Para pahlawan kesiangan itu sebenarnya pengecut. Yaang hanya membangun persengkongkolan, bukan persahabatan. Mereka biasanya akan memilih raja, tanpa mau dirinya duduk dalam singgasana. Tetapi seolah-olah menjadi penasehat bak dewa. Sang raja hanya berani memberikan titah, setelah mendapat restu dari dewan penasehat. Sang raja akan menrasa aman dan nyaman selama dewan penasehat rutin disetori upeti.
Tetapi mereka lupa, bahwa jalannya hidup tetap peru lampu penerang. Tanpa lampu jalan akan terasa gelap gulita yang akan menjurumuskan ke dalam jurang kehancuran. Lampu-lampu yang dikerangkeng tetap akan menyala meski berada dalam penjara.
Minggu, 08 Mei 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar