Setiap tahun, ratusan ribu hingga jutaan anak lulus SMA. Bagi yang bertekad melanjutkan kuliah, harus berebut memperebutkan ratusan kursi perguruan tinggi. Sisanya, mencoba peruntungan dengan bekerja atau bahkan menganggur. Mahalnya biaya kuliah dan minimnya ketrampilan lulusan
SMA membuat alumni SMA enggan kuliah tetapi sulit bersaing di bursa kerja.
Akhirnya banyak dari mereka bekerja di sektor non formal. Bekerja seadanya. Sebuah
dilema pendidikan. Salah satu sebabnya, dalam kurikulum SMA jarang sekali yang
menyediakan pendidikan ketrampilan. Kebanyakan bersifat kognitif. Perlu
pembaharuan kurikulum SMA.
Bila ada wacana penggodokan kurikulum, seyogyanya
untuk tingkat SMA disediakan mata pelajaran keahlian. Seperti di SMK, tetapi
lebih aplikatif dan pragmatis yang banyak dibutuhkan dunia usaha. Siswa diberi
pilihan sesuai dengan minat dan bakatnya. Tentu saja sekolah juga harus menyediakan
guru yang ahli di bidangnya. Sebelum SMA memiliki tenaga pengajar bidang
keahlian, untuk sementara bekerja sama dengan SMK.
Untuk menambah ketrampilan, di masa libur
sekolah para siswa magang di tempat usaha. Di akhir pendidikan SMA diadakan uji
kompetensi dan diberi sertifikat keahlian. Sehingga jika selepas SMA tidak
melanjutkan kuliah, mereka bisa langsung bekerja atau membuka usaha sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar