Hari-hari ini orang tua mulai sibuk
mencarikan sekolah untuk putra-putrinya. Bagi orang tua mampu biaya tidak
menjadi masalah. Mereka leluasa menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang ia
mau. Baik negeri maupun swasta. Sedang orang tua pas-pasan harus berjuang,
bersaing memperebutkan kursi berbekal nilai anaknya. Itupun masih diiringi
perasaan cemas. Jika nantinya diterima, bagaimana biaya untuk membelikan
seragam sekolah, alat tulis menulis serta biaya operasional sehari-hari.
Karena program pendidikan gratis
memang baru untuk biaya operasional siswa di sekolah. Sedang biaya pribadi
menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Sementara banyak orang tua
siswa yang penghasilanya hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Jika ini tidak
mendapat empati dari yang lain, dikuatirkan nantinya banyak siswa putus
sekolah. Apalagi jika yang drop out itu siswa berprestasi. Kita semua merugi.
Untuk itu perlu digaungkan dan
digiatkan kembali pola kemitraan orang tua asuh. Baik itu dari kalangan
perorangan ataupun, perusahaan ataupun badan usaha. Setiap perusahaan di daerah
wajib menyisihkan keuntungannya untuk memberi beasiswa kepada anak kurang mampu
utamanya berprestasi di daerah sekitarnya. Dengan demikian perusahaan untung,
pendidikan anak tertampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar