Kita ini kan kabarnya sudah swasembada beras. Malah mau ekspor beras. Kira-kira mungkin tidak ya... Padahal petani mau nanam saja, cari pupuk susahnya minta ampun. Bagaimana padinya bisa tumbuh? Bagaimana mungkin tanpa padi kita swasembada beras. Tdk mungkin lah yaw.... Makanya saya mencoba buat artikel. Penggembira ulang tahun bulog... Sekali kali mikir beras, tak hanya mikir unas.
Hidup adalah perubahan! Bersama kita bisa! Lebih cepat lebih baik. Itulah jargon-jargon terpopuler saat ini. Keberhasilan pembangunan dikedepankan. Swasembada beras dibeberkan. Rencana ekspor beras didengungkan. Kata-kata penggugah semangat dan kata-kata mutiara diobral manis untuk menarik simpati. Tanpa mereka tonjolkan siapa ujung tombak dibalik kesuksesan pembangunan di bidang pangan tersebut.
Yah, para petani adalah pahlawan tanpa tanda jasa, gelar yang selama ini melekat kepada guru. Petani sering menjadi pelengkap derita. Dikedepankan tatkala memulai program, terlupa ketika keberhasilan itu datang. Keberhasilan sering hanya menjadi konsumsi pejabat pemegang kekuasaan. Gudang-gudang BULOG jadi saksi bisu jerih payah bulir-bulir keringat petani yang harus berteduh di bawah terik matahari, bermain air tatkala hujan, meng-ijon-kan padi tatkala terbelit utang.
Percayakah masyarakat dengan bukti-bukti swasembda dan akuntabilitas penyelenggara penyangga pangan nasional ini? Jawabannya, belum! Seiring bergulirnya percaturan politik nasional, BULOG beberapa kali terkena sampur sebagai lumbung emas pemerkayaan diri dan golongan. Fragmen BULOG Gate, dan bagi-bagi fee kasus Wijanarko Puspoyo bukti nyata bahwa bulog masih menjadi sarang tikus. Anggapan aji mumpung sirna seiring reformasi belum terbukti. Tarik ulur kepentingan bisa menjadi preseden buruk bagi BULOG.
Sementara petani sering menangis meratapi padinya yang terkena banjir, serangan hama wereng, puso kekurangan air, harga panen jeblok tidak cukup menganti ongkos produksi. . Petani tidak tahu harus mengadu ke mana? Kalau pemerintah sudah mengeluarkan peraturan harga gabah hasil panen, kenapa BULOG tidak cepat turba menjemput bola membeli gabah petani? BULOG kalah cepat dengan tengkulak yang siap mengangkut gabah dari sawah? Kemana dana yang kabarnya sudah siap untuk membeli gabah petani? Jangan-jangan dana itu digunakan oknum BULOG yang kong kalikong dengan tengkulak atau membo-membo jadi tengkulak memborong gabah dengan murah. Toh kalau tidak segera terjual, petani jadi pusing tujuh keliling. Bingung harus cari modal untuk menanam padi berikutnya atau membayar biaya sekolah anak-anaknya. Kalau tidak ada yang membeli sesuai harga gabah yang ditetapkan pemerintah, mending dijual ke tengkulak saja yang sudah siap dengan dana segar. Yach, petani selalu dalam posisi tawar rendah.
Apa yang bisa diperbuat BULOG untuk petani dan bangsa ini? Petani tidak terlalu berharap lebih. Asalkan gabah-gabah mereka segera terbeli dengan harga pas untuk pengganti ongkos produksi, biaya sehari-hari anak-istri dan sedikit disimpan dalam laci, itu sudah cukup. Petani sebagai ujung tombak penyangga pangan nasional sudah selayaknya mendapat perhatian plus dari pemerintah. Bukan sebagai media kelinci percobaan program-program unggulan. Bukan sebagai background pencairan dana-dana bergulir dan bukan sebagai pengantar calon legislatif meraup kursi.
Bangsa Indonesia adalah bangsa besar dan cerdas. Masih segar ingatan kita beberapa waktu terakhir. Begitu banyak varietas unggul padi diluncurkan. Belum lagi katalisator penumbuh tanaman padi ditemukan. Varietas Super Toy, MSP, Nutrisi Saputra, berbagai varietas unggul dan zat-zat doping tanaman padi. Apa yang terjadi dengan penemuan-penemuan baru tersebut?
Bangsa Indonesia terlalu lama dijajah. Warisan politik pecah belah masih terbawa bahkan mungkin melekat pada sebagian bangsa Indonesia. Bukan bagaimana mengambil pelajaran dan segera bersatu saling menutupi kekurangan. Yang terjadi hanya saling kecam, mencemooh, mencari kekurangan temuan pihak lain. Temuan nutrisi tanaman yang diyakini dapat mempercepat masa tumbuh dan membanyak hasil produksi diributkan dan diperebutkan legalititas dan jalur distribusi semata hanya masalah birokrasi dan lagi-lagi rebutan fee.
Lantas kapan produksi pangan ini maju pesat? Mengapa penemu varietas padi tidak bertemu, berkumpul dalam satu team work, mengkaji kekurangan dan menciptakan varietas padi yang lebih super, hingga gudang-gudang BULOG selalu terisi penuh gabah petani dan para petani dapat menikmati kerja kerasnya.
Meski carut marut urusan pangan dan tetek bengeknya ini tidak mutlak urusan BULOG, tetapi BULOG merupakan bagian penting penyangga stabilitas nasional. Sektor pangan memang tidak berdiri sendiri. Banyak unsur-unsur terlibat didalamnya. Ada kepentingan yang lebih besar, yaitu tercukupinya stok pangan nasional dan kesejahteraan petani. Hari demi hari konsumsi beras makin meningkat, sementara berhektar-hektar lahan pertanian tiap tahun menguap, berubah fungsi. Akankah bangsa ini tidak segera bangkit, bersatu memikirkan kebutuhan pangan di masa depan?
Masalah pangan tidak saja menjadi persoalan bangsa Indonesia. Masyarakat internasional sudah mulai merasakan adanya krisis pangan global. Kalau bangsa Indonesia hanya gemar ribut-ribut, mencari kesalahan pihak lain atau bahkan memancing di air keruh, mencari keutungan di atas penderitaan kerja keras petani, bukan tidak mungkin Indonesia kembali menjadi konsumen dan importir beras terbesar di dunia.
Saat ini adalah saat bangkit dan berbenah. Politik boleh berubah, tetapi pembangunan pangan harus berkembang. Kita tidak boleh berbangga diri dan lengah di saat bangsa Indonesia telah berhasil swasembada pangan. Perum Bulog sebagai lembaga penyangga pangan nasional sudah selayaknya berbenah. Memperbaiki kekurangan dan menyusun strategi membangun SDM yang profesional, bersih, bebas KKN dan menciptakan sistem yang handal, serta melakukan diversifikasi usaha.
Negeri ini agraris, padi jadi andalan petani. Produk tanaman sawah dan perkebunan tidak hanya padi. Kalau selama ini BULOG fokus mengurusi gabah, bukan tidak mungkin di masa depan gudang-gudang BULOG sering kosong. Pergantian musim yang diiringi pergantian jenis tanaman, serta keaneka ragaman produk perkebunan merupakan peluang emas untuk dikelola BULOG meraup profit dan mensejahterakan petani.
Produk pertanian dan perkebunan yang beraneka ragam di bumi nusantara ini harus dikelola dengan managemen modern. Agar tidak melanggar undang-undang persaingan usaha dengan memonopoli barang dari hulu hingga hilir, BULOG harus bersinergi dengan institusi lain, agar produk pertanian dan perkebunan yang dikelola mempunyai nilai tambah. Belajar dari pengalaman seringnya petani dirugikan di kala panen raya dan sulitnya mencari modal memulai usaha pertanian dan perkebunan, sudah selayaknya BULOG menangkap peluang ini, daripada direbut dan dikuasai yang lain, apalagi pihak asing.
Dana yang biasanya disiapkan untuk membeli gabah bisa diinovasi menjadi modal dalam bentuk dana bergulir atau pinjaman lunak. Hingga ketika panen raya, petani tidak bingung mencari pembeli dengan harga tinggi.Tentu saja aturan main dan pengelolaan harus dibuat sengan seksama agar tidak menyalahi perundang-undangan yang berlaku. Karena Perum BULOG sebagai BUMN, sudah seharusnya berorientasi meraih profit dengan tetap melindungi dan mencukupi kepentingan petani yang hasilnya kembali kepada bangsa Indonesia. Kalau perlu BULOG juga berperan dalam menciptakan lahan pertanian atau perkebunan baru, agar ketersediaan lahan utamanya untuk tanaman pangan tercukupi.
Bisa dibayangkan, bagaimana jika 2020 nanti lahan sawah semakin sempit, produk pangan semakin kecil. Apa yang akan dilakukan BULOG? Apakah gudang-gudang BULOG beralih fungsi jadi mall atau gudang penyimpan barang produk-produk bukan hasil pertanian atau perkebunan? Akankah BULOG terbawa arus trend perekonomian dunia? Tentu kita tidak menginginkan hal demikian.
Untuk itu kita berharap BULOG semakin eksis di dunia nasional dan global. Pencitraan publik dengan trasnparasi dan accuntabilitas publik yang lebih baik akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada BULOG. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dijadikan BULOG sebagai komunikasi handal dan penciptaan sistem pelayanan yang cepat , akurat dan bersih dari KKN. Kalau tidak segera berbenah, BULOG akan ketinggalan dan ditinggalkan. Jika tidak dimulai berbenah dari dalam, bisa-bisa BULOG akan mati dan negeri ini bisa kolaps pangan. Bahkan dengan globalisasi dan pasar bebas, peluang pemanfaatn produk dan bahan pangan bisa dikuasai pihak asing dan rakyat bisa mati laksana anak ayam mati di dalam lumbung. Produk-produk pertanian kita di bawa keluar, seperti halnya modal dan uang rakyat yang dibawa lari konglomerat pengkianat bangsa.
Dengan dukungan petani-petani pekerja keras didukung IPTEK dan SDM BULOG profesional yang handal bersih KKN, BULOG bisa menjelma menjadi Holding Company yang membumi dan mengakar dibumi pertiwi.
Kamis, 04 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar