November ini sekolah2 musim mid semester, buat evaluasi PBM. Setelah nilai mid dibagi, harapannya ada perubahan positif dari guru dan siswa.
Laporan yang dibagi kepada anak untuk diberikan kepada orang tua mereka ini mempunyai tujuan agar para ortu peduli dengan anak2 mereka. Tidak hanya pasrah bongkokan. Terutama anak2 mereka yang mempunyai prestasi kurang apalagi mendekati jurang kesengsaraan.
Masukan dari orang tua diperlukan sekolah sebagai umpan balik atas kinerja guru dan kebijakan sekolah dalam membangun pencitraan publik yang lebih baik. Citra baik yang tidak hanya diwujudkan dalam bentuk angka-angka. Apalah artinya angka kalau moral dan mental mereka masih jauh dari harapan.
Bagaimana tanggapan para ortu setelah menerima laporan mid semester? Adakah atau kalau boleh dikatakan, berapa banyak para ortu yang memberikan catatan dalam laporan mid yang dikembalikan ke sekolah? Apalagi datang ke sekolah menanyakan perkembangan anak2naya?Ternyata sangat jarang.
Hal yang menunjukkan kurangnya perhatian mereka. Bagi ortu yang putra-putrinya mempunyai nilai bagus sudah merasa bangga dan puas dengan deretan angka2 menggoda. Bahkan mungkin para ortu itu sudah menyiapkan hadiah buat angka2 itu.
Bagimana dengan ortu yang nilai putra-putrinya kurang? Inilah yang aneh. Mereka juga tidak memberi catatan dan mencari tahu mengapa anaknya memperoleh nilai seperti itu. Malah ditengarahi, para ortu itu sudah merasa cukup, karena mereka sendiri ketika sekolah juga mempunyai prestasi yang tida lebih baik dengan anaknya. Belum lagi oknum2 siswa yang belajar jadi penipu dengan memalsukan pengabsahan ortunya.
Hal-hal ini seperti bukan sekarang saja terjadi. Sudah membudaya di masyarakat. Ortu sebagai bagian masyarakat banyak yang tidak mau tahu apa itu pendidikan, bagaimana pendidikan bisa berlangsung baik dan ke mana anak2 mereka setelah mengenyam pendidikan di sekolah.
Mereka lupa dengan wejangan Jawa ”Anak Polah Bopo Kepradah”.
Kalau dari awal para ortu tidak peduli denga perkembangan anak2 mereka, suatu saat mereka pasti menyesal. Dan nantinya, yang paling disalahkan adalah sekolah, terutama guru.
Oleh karena itu perlu menciptakan hubungan harmonis antara pihak sekolah dengan ortu. Tidak hanyak menjalin kemitraan tatkala ada iuran komite sekolah. Tetapi menciptakan komunitas orang tua peduli anak dirasa lebih mempunyai nilai lebih.
Bagaimana membuat komunitas ortu peduli sekolah?
Kalau yang ini, ortu tidak perlu diajari. Nanti mereka dikira seperti anak-anak.
Ayo para orang tua, pedulilah dengan anak-anak anda dari sekarang. Dari pada menyesal di belakang.
Rabu, 18 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar