Di manapun terjadi bencara, selalu
menimbulkan derita. Para pengungsi tidak hanya kehilangan anggota
keluarga, harta benda, kekurangan makanan, kedinginan ataupun terserang sakit. Psikologis
mereka pun terganggu. Kondisi yang serba terbatas membuat emosi para pengungsi mudah
terpicu, baik dengan orang lain, keluarga atau pasangannya. Apalagi,
jika kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi,. Hal ini bisa merenggangkan
keharmonisan rumah tangga.
Untuk itu alangkah baiknya bila di tempat
pengungsian disediakan bilik asmara. Dengan bilik asmara, minimal para
pengungsi dapat melupakan sejenak kepenatan. Keharmonisan keluarga tetap
terbangun, emosi terkendali. Setelah menyalurkan nafkah
batin, mereka lebih tahan menghadapi cobaan dan bersemangat membangun
kembali rumah serta lingkungannya.
Tulisan ini dimuat di Gagasan Jawa Pos 18 Pebruari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar