Ada gejala latah menimpa dunia olah raga Indonesia. Kita ikut-ikutan negeri tetangga. Menaturalisasi pemain asing demi mengangkat pamor bangsa lewat olah raga. Dan PSSI pun merencanakan naturalisasi pemain asing agar bisa membela merah putih di even internasional. Ini menjadi kado pahit bangsa dan melecehkan semangat Sumpah Pemuda yang baru diperingati.
Postur tubuh dan skill yang menjadi alasan gagalnya sepak bola bersinar, tidak bisa dijadikan alasan begitu saja. Spanyol yang postur pemainnya di bawah rata-rata pemain Eropa bahkan dunia, mampu menjadi jawara. Sebenarnya pemain sepak bola dalam negeri, talentanya tidak terlalu kalah kelas dengan pemain luar.
Yang perlu diperbaiki adalah pembinaan pemain, sistem kompetisi serta pembentukan tim PSSI yang solid. Pengurus yang mau mencurahkan segala daya untuk sepak bola. Bukan memanfaatkan sepakbola demi ambisi pribadi atau golongan. Membangun etos kerja, etika, estetika dan attitude para pemain. Memacu semangat berkompetisi antar pemain agar meningkatkan skillnya. Tidak memilih pemain yang cengeng dan manja. Memberi apresiasi tinggi kepada pemain yang mampu mengharumkan bangsa. Dengan demikian para pemain terlecut berprestasi dan bangga sebagai pemain sepak bola Indonesia. Dan kita tidak perlu menaturalisasi pemain asing.
Apalagi melihat prestasi Indonesia di ASIAN GAMES 2010 di Cina. Minimnya medali yang diraih bisa jadi akan menjadi alasan KONI untuk menaturalisasi atlet cabang olah lain. Jika ini terjadi, akan seperti apa neeri ini? Jangan heran kalau suatu saat atlit pencak silat kita dari Vietnam, Renang dari USA, Senam dari Rusia, Tinju daru Thailand, Bulutangkis dari Cina dsb.
Gagalnya prestasi seharusnya menjadi evaluasi. Bukan membuat oatah arang dan mencari cara instan. Akankan negeri ini hanya akan membari stempel Made in Indonesia untuk atlet-atlet Naturalisasi? Apakah atlet naturalisasi benar-benar bangga menjadi WNI? Atau hanya sekedar agar bisa mencari makan di Nusantara ini? Akan dikemanakan atlet asli pribumi? Ternyata susah juga menjadi atlet di negeri sendiri.
Selasa, 16 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
"Ternyata susah juga menjadi atlet di negeri sendiri".>>>>> Bener kang.... lha wong penduduk Indonesia kuwi sak bajeg.... lha kok golek wong 11 wae angele koyo nggoleki dhom neng njero kawul..... hehehehehehehehe
BalasHapusiki yo koncomu kang Hakim... konco SMPN Uteran sing lulus 87.......
BalasHapus