Ada yang aneh pada guru-guru kita. Ketika mengajukan
sertifikasi para guru banyak yang melampirkan KTI dan piagam mengikuti berbagai
diklat jurnalistik. Tetapi saat membuat KTI dan publikasi ilmiah untuk kenaikan pangkat banyak yang merasa keberatan. Akhirnya lari ke tukang jahit KTI. Anehnya lagi, tim penilai oke-oke saja, dan banyak yang lolos.
Di
tengah upaya peningkatan profesionalisme, kurangnya
penguasaan dalam penyusunan KTI dan membuat publikasi artikel dapat ditempuh
dengan memberi pelatihan pembuatan KTI dan pendidikan jurnalistik kepada guru.Untuk publikasi, para guru bisa memanfaatkan
mass media yang ada. Bahkan guru-guru juga dapat membuat majalah khusus guru
dengan mengoptimalkan MGMP dan dukungan dinas pendidikan. Tentu saja ini juga
akan memacu guru semakin kreatif menulis dan penerbitan artikel guru lebih
intensif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar