Jumat, 11 Desember 2009

NILAI SEBUAH PERTANYAAN

Bertanya adalah awal dari sebuah kemajuan. Penemuan-penemuan besar diperoleh dari sebuah pertanyaan kecil. Jangan dilihat siapa yang bertanya, tapi perhatikan apa yang ditanyakan. Malu bertanya sesat di jalan sesal kemudian tiada berguna.Terlalu banyak bertanya tidak akan memalukan.

Ketika putra putri bapak ibu pulang dari sekolah, pertanyaan apa yang paling sering disampaikan kepada mereka? Tadi diajar apa, nak? Ada ulangan tidak? Dapat nilai berapa? Ada PR? Uang sakunya masih apa tidak? Tadi nakal tidak? Pulang dengan siapa? Begitu juga bapak ibu guru di kelas. Ada pertanyaan wajib yang sering dilontarkan kepada peserta didiknya. Ada pertanyaan? Sudah faham? Mana yang belum jelas? Siapa yang tidak masuk? Dan berbagai pertanyaan rutinitas lain.
Sebuah pertanyaan tidak sekedar menginginkan jawaban. Pertanyaan bisa suatu basa-basi, interogasi, investigasi, ataupun suatu bentuk manifestasi interaksi komunikasi. Kepuasan yang diperoleh penanya tentu jawaban yang tepat dan menyenangkan. Sebagai guru atau orang tua pertanyaan kepada anak menjadi salah satu alat deteksi ampuh untuk mengetahui umpan balik. Agar pertanyaan dapat ditangkap dengan baik, perlu kaidah yang benar.
Karena pertanyan pula anak akhirnya harus pandai menjawab. Bahkan sesuai perkembangan umur, anak juga akan mencari jawaban yang benar, menyenangkan dan menyelamatkan. Mengapa? Yaa, karena tanpa disadari guru dan orang tua, anak dilatih mencari jawaban yang bisa menyelamatkan. Atau mungkin juga anak sudah belajar dari orang tua atau gurunya yang sering tidak menjawab pertanyaan murid dan berkilah dengan alasan tertentu karena tidak perlu menjawab, belum waktunya bahkan karena memang tidak bisa menjawab.
Kalau pertanyaan-pertanyaaan seperti di atas sudah sering orang tua atau guru lontarkan kepada anak, maka jawaban rutin dengan lancar mengalir dari bibir mereka. Dan, tanpa disadari pula orang tua dan guru tertipu. Berbeda dengan anak kecil yang dengan jujur menjawab pertanyaan apa adanya. Anak-anak yang menginjak remaja mulai merasa bahwa pertanyaan orang tua atau guru sebagai suatu bentuk pengawasan. Anak mulai menemukan jati dirinya, punya malu, gengsi dan harga diri.
Bagaimana reaksi anak ketika diberi pertanyaan? Langsung menjawab, berfikir atau tidak bisa menjawab sama sekali. Hal ini juga tergantung dari bobot pertanyaan atau dapat juga sebagai pertanda kesiapan anak untuk menjawab sesuai kemampuannya. Pada akhirnya juga dapat dilihat nilai kejujuran anak itu sendiri. Pertanyaaan yang tidak bisa di jawab, mungkin pertanyaannya tidak jelas, terlalu sulit dan bisa juga anak mengakui hal yang sebenarya dilakukan atau diketahui. Guru tentu senang jika siswa segera menjawab pertanyaan. Kecepatan anak menjawab pertanyaan dapat dijadikan ukuran tingkat responnya. Meski juga harus dilihat essensi jawabannya.
Bagaimana sebaliknya jika siswa atau anak kita sering bertanya? Jawaban tentu beragam. Sebagai guru yang sering bertanya kepada siswa kadang bersifat kontradiktif ketika menghadapi demikian. Banyak guru tidak senang siswa banyak bertanya. Murid dianggap cerewet, tidak tahu tempat, dianggap menguji guru dan sebagainya. Suatu hal yang disesalkan. Kita dapat memetik hikmah dari lagu yang dibawakan BIMBO, tentang Anak Bertanya Kepada Bapak.
Orang tua ataupun guru yang baik selalu dapat menajwab pertanyaan yang diajukan oleh anak ataupun siswanya. Jawaban guru menunjukkan tingkat keorangtuaan, kebijaksanaan dan bahkan menunjukkan tingkat kecerdasan guru. Termasuk juga nilai kejujuran. Guru bukanlah manusia super yang bisa menjawab segala pertanyaan. Tidak perlu malu mengakui kekurangan, karena tidak bisa menjawab. Lebih baik mengaku belum bisa menjawab dan akan dicari jawaban di lain waktu. Daripada menjawab dengan jawaban ngawur dan salah, dan membiarkan kesalahan itu di bawa siswa hingga masa tuanya.
Karena kejengkalan seorang guru jangan sampai melarang siswa untuk tidak bertanya. Karena kemampuan dan kemauan bertanya siswa menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk maju. Pepatah lama mengatakan malu bertanya sesat di jalan, jangan diplesetkan terlalu banyak bertanya memalukan. Sesungguhnya orang yang mau bertanya pertanda ia mau belajar untuk maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar