Meniru Pengorbanan Nabi Ibrahim –Ismail
Sabuah perjuangan selalu ada pengorbanan. Harapan mencetak generasi jujur terus mendapat godaan. Kekuatiran berlebihan banyak siswa tidak lulus, membuat tujuan pendidikan mencetak intelektual bermoral baik semakin jauh dari harapan. Dan sayangnya, justru PGRI sebagai pengayom terakhir idealisme guru merelakan guru berbuat curang (JP,15-4-2011)
Kalau UN belum dicoba dilaksanakan dengan jujur saja sudah takut, kapan bangsa ini mau belajar dan mengambil hikmah? Andai nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, semua pihak harus siap menerima hal terburuk. Memetik pelajaran sebagai cambur dan langkah awal perbaikan kualitas SDM Indonesia di masa datang.
Kita dapat meniru pengorbanan Nabi Ismail ketika harus rela disembelih ayahnya (Nabi Ibrahim) atas perintah Tuhan. Karena ketaqwaannya, Tuhan menggantinya dengan domba. Jadi bila kita bertekad UN dilaksanakan Jujuy dengan segala resiko, ini merupakan pembelajaran terbaik bagi bangsa. Sebagai penyadaran atas kepura-puraan keberhasilan pendidikan dari angka-angka. Kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Jangan menggunakan pepatah, segalaknya singa saja tidak tega makan anaknya, apa guru kalah dengan singa. Guru bukan singa, dan kasih sayang guru terhadap siswa bukan berarti mengajari siswa atau jadi tim sukses berbuat curang.
Minggu, 17 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar