Terapi terbaru bagi pengidap diabetes. Harga gula dinaikkan.
Siapa sangka harga gula mencapai 11 rb. Padahal ini lagi musim giling. Di daerah yang dekat pabrik gula saja untuk menikmati manisnya kristas tebu ini harga gula tak terkendali. Apalagi yang jauh dari produsen.
Mahalnya gula mungkin malah menjadi berkah. Buat siapa? Petani tebu? Tidak juga . Harga tebu tak berbanding lurus dengan laju harga gula. Petani tebu tidak menikmati manisnya gula. Malah di musim kemarau begini, kalau tidak hati-hati tebu malah cepat kering. Bobot berkurang dan kalau sial, tebu mudah terbakar.
Ibu2 jadi kelimpungan. Menu buka puasa bisa jadi berubah. Makanan manis sebagai menu pembuka terimbas. Tapi itu tak mengapa.Apa pun yang terjadi, semua patut disukuri.
Bagi penderita diabetes dan yang sehat pun mahalnya gula merupakan berkah. Harga mahal merupakan terapi praktis. Yang sehat konsumsi gulanya berkurang. Bagi penderita, tidak mudah tergoda mencicipi gula.
Jadi kita tidak perlu kuatir dengan mahalnya gula. Biarlah jatah takjil, manisnya berkurang. Menjelang lebaran, ibu2 tidak usah repot2 buat kue yang manis2. buat saja kue yang asin. Moga2 kalau penguasa gula tahu banyak ibu2 tidak lagi buat masakan yang pakai gula. Harganya lekas turun. Kalau tidak turun, pasti Tuhan akan memberi peringatan bagi penimbun gula. Gulanya biar dikerubuti semut. Dan kita sama2 tidak lagi merasakan manisnya gula. Minimal kadar gula darah kita untuk sementara waktu masih normal.
Selasa, 01 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar