14 titik kesamaan dari sidik jari mayat yang tertembak di Solo korban penggerebekan Densus 88 menjadi alasan kuat bagi Polri untuk menyimpulkan. Bahwa satu dari 4 korban tewas adalah Noordin M Top. Gembong paling dicari selama 9 tahun terakhir.
Kalau ini benar, sekali lagi kalau ini benar, Polri patut diacungi jempol.
Para teroris yang terus bergerilya mencari tempat sembunyi dan menyusun strategi, terendus lokasinya setelah salah satu pengikutnya tertangkap satu hari sebelumnya. Kita akan melihat nanti, benarkah pernyataan pihak berwajib ini. Semoga tidak seperti satu bulan lalu. Setelah menggerebek dan memborbardir rumah di Temanggung dan menewaskan teroris. Setelah identifikasi beberapa hari ternyata yang mati bukan Noordin M TOP.
Kesimpulan yang cepat ditarik Polri ini semoga tidak meleset. Kalaupun nanti meleset jangan ada alasan, bahwa meski banyak kesamaan antara sidik jari mayat dengan sidik jari Nordin yang sudah ada. Ternyata Noordin telah menukar tangannya dengan orang lain lewat cangkok tangan. Wah kalau ini yang terjadi bukan dunia politik dan hankam yang gempar. Tapi dunia kedokteran. Dokter Indonesia sudah canggih, bisa nyambung tangan manusia. Dan kita semua berharap, pernyataan Polri tidak meleset.
Bravo Polri.
Di bulan suci Ramadan ini polri telah berjihad, menghancurkan teroris. Disaat Ramadan memasuki fase ketiga, pembebasan dari api neraka.
Dan kita jangan lengah, meski sang gembong telah tiada, tapi ancaman terror siap mengancam setiap saat.
Akankah yang mati juga mati sebagai seorang suhada yang sedang berjihad? Hanya Alloh lah yang tahu.
Matinya sang tokoh teroris bukan berarti lenyapnya teror di muka bumi. Teror tidak datang hanya dari seorang yang disebut teroris. Teror bisa datang kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja.
Kamis, 17 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar