Sabtu, 10 Oktober 2009

HARI KESEHATAN JIWA DUNIA

Bangunlah jiwanya
Bangunlah raganya
Untuk Indonesia raya
…….
……
Syair dalam bait lagu Indonesia Raya itu menegaskan. Bahwa jiwalah yang pertama kali harus bangkitkan. Dengan jiwa yang sehat, raga dapat dibangunkan.
Ini berbeda dengan semboyan men sana in corpore sano. Dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Mana yang benar? Jiwa yang harus sehat dulu, apa raganya. Apakah dengan badan yang sehat jiwanya juga kuat? Bukankah banyak bandit dan orang2 yang menggangu ketertiban masyarakat badannya tega2 dan kuat. Mewakili badan yang sehat? Bagaimana dengan jiwanya. Bukankah mereka banyak jiwanya sudah rusak?
Tapi kalau jiwanya kuat, apakah badannya juga kuat2. Bagaimana kalau jiwanya kuat tetapi badannya penyakitan. Bagaimana memanfaatkan jiwa yang baik itu bila badannya tidak mampu berbuat banyak. Kalau badannnya saja tidak meyakinkan. Bagaimana orang mau mempercayainya?
Ini menunjukkan bahwa antara jiwa dan raga merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Bak telur dengan ayam. Mana yang duluan.
Di hari Kesehatan Jiwa Dunia 10 Oktober ini ada baiknya manusia merfleksi diri. Masih sehatkan jiwanya. Kesehatan jiwa yang dapat dideteksi dengan kepekaan diri, kemampuan mengendalikan diri, mengaktuali diri atau pun menempatkan diri di manapun manuisa berada.
Manusia2 yang sehat jiwanya bukan hanya mereka yang tidak tinggal di Rumah Sakit Jiwa. Yang tidak dipasung kakinya atau mereka yang tidak bertelanjang di jalan raya. Masih banyak orang2 yang tidak sehat jiwanya duduk di pucuk pimpinan, di kursi empat bermahkota, memakai lambang kebesaran dan jadi idola banyak orang.
Tetapi mereka2 itu masih banyak yang sakit jiwanya. Memanfaatkan kekuasaan, kedudukan, pengaruhnya untuk kepentingan pribadi. Menutup mata dengan keadaaan sekeliling yang masih merintih. Berfoya2 dengan keberhasilan semu. Menari di atas luka derita.
Mereka2 yang diidolakan banyak orang tak lagi menyuguhkan keteladanan. Membius para fans dengan polah tingkah di luar batas kesopanan.
Jiwa2 hanya pasrah kepada pembawa raga. Raga2 tak bisa berbuat banyak, kalau akal tak mau berbuat dan berbenah ke arah kebaikan. Jiwa2 akan berserah diri kepada nafsu yang tergantung hati dan pikiran.Jiwa-jiwa akan bersemayam dengan tenang didalam raga orang2 yang beriman.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar