Setengah tahun terakhir, saya mencoba medan baru. Kalau biasanya berkutat dengan angka-angka, saya pikir sebagai guru matematika hal itu sudah biasa. Malah2 kadang merasa jadi guru bodoh. Lha wong ketemu soal kelas berat, nggak ketemu jawabannya. Kalaupun ketemu, enggak pede. Bener enggak jawaban saya itu. kalau begini, jadinya mikir. Guru kok kalau buat soal sulit-sulit. Kalau muridnya enggak bisa jawab, gurunya merasa paling pinter. Kalau muridnya bisa jawab, gurunya malah curiga. Dari mana anak-anak itu bisa ngerjakan. Tapi yang namanya guru kadang sukanya menang sendiri.
Nah dari pada bergulat dengan angka, mending pindah haluan. Latihan nulis. Nulis apa saja. Dulu kalau ada ide. paling banter nyorat-nyoret di lembaran kertas. Tapi ya itu, meski tulisan itu saya anggap baik, karena nggak terbiasa ngarsip, tulisan terbuang. Nah, kalau sekarang punya blog, begitu mau nulis, ya nulis saja di blog atau di simpan di file2 tulisan iseng. Kalau pantas di upload, dikirim ke mass media atau diikutkan lomba.
Dari beberapa kali ngintip di mbah google, ternyata begitu banyak ajang adu kreatifitas tulis menulis. Dari yang ngepop sampai KTI yang jlimet penuh aturan Tapi yaa itu tadi. Kalau kita tidak perah mencoba, kapan kita mulai?
Satu persatu even lomba saya coba. Dasar guru matematika, membuat kalimat saja susahnya minta ampun. Maupunya to the point. Belum lagi kalau ikut lomba KTI. Banyak salahnya dari benarnya, itu menurut kaidah penulisan KTI.
Makanya wajar saja, dari beberapa kali ikut lomba tidak ada yang nyantol. Jangankan juara, masuk final saja belum.
Masih untung beberapa tulisan mejeng di koran dan majalah. Rasanya semangat menulis ini masih menyala. Meski belum membara. Lumayanlah, kata anak2 gurunya jadi dikenal. Malah kadang dibilang, narsis. Dasar anak2. Unjuk kreatifitas kok dibilang narsis.
Nah, hari ini ada kabar gembira buat saya. Ada sepucuk surat dai pak Pos. Bahka KTI saya lolos seleksi. KTI tentang karya kreasi dan inovasi media pembelajaran bagi guru SMP. Nanti tanggal 9 sd 13 November ke Bogor. BABAK FINAL!!
Soal kalah menang itu urusan nanti. Yang penting berusaha. Alloh pasti meberikan jalan terbaik buat umatnya.
Guru ndeso ke Bogor tentunya sudah punya nilai tersendiri. Tapi buat apa kalau menghabiskan energi kalau tidak berprestasi. Jangan asal ke Bogor sekedar setor SPJ. Tapi membuktikan bahwa guru bisa berkreasi meski belum ikut sertifikasi. Tidak perlu dengan label guru profesional, untuk menjadi guru mencipta karya fenomenal. Tak harus membuat karya fenomenal hanya untuk tunjukkan diri. Berkarya dan berkarya tanpa berharap nantinya akan berbuah apa, itu lebih baik. Demi masa depan pendidikan yang lebih cerah.
Sabtu, 31 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar