Dalam satu bulan ke depan masyarakat kita masih disibukkan dengan suasana Idul Fitri, berhalal-bihalal. Berbagai kesibukan siap menunggu. Instansi pemerintah dan swasta memulai aktifitasnya bergeliat menuntaskan pekerjaan yang kian menumpuk. Sidak sudah terlewati. Dan kemarin saudara2 kita di Sumbar dan Jambi diguncang gempa. Musibah bak memperingati tragedi 30 September 44 tahun lalu.
Musibah yang seolah mengalihkan perhatian dengan satu peristiwa penting lain. Hari yang menunjukkan kedigdayaan Pancasila dari rongrongan komunis.
1 Oktober hari Kesaktian Pancasila. Momen penting yang mulai luput dari perhatian kita. Momen berharga yang mungkin kalau tidak ada peristiwa 1 Oktober 44 tahun lalu saat ini kita tidak bisa merayakan lebaran dengan suka cita. Yaach… 1 Oktober 1965 telah terjadi peristiwa besar. Peristiwa yang membuktikan Kesaktian Pancasila. Akankah peristiwa maha penting itu kita lupakan begitu saja. 1 Oktober 1965 adalah lembaran sejarah putih, sejarah suci yang wajib dikenang .
Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah). Apalagi Jasmerah yang putih. Sejarah hitam saja harus kita petik pelajarannya. Dalam suasana Idul Fitri yang waktunya secara kebetulan bersamaan patut kiranya kita bangsa Indonesia merenung sejenak dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Kita bangsa Indonesia yang Religi-Nasionalis bisa belajar dengan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Bangsa yang besar tidak melupakan sejarah yang secara defacto tak akan terbentahkan oleh siapapun.
Para penyusun Pancasila telah meletakkan fundamental negara ini dengan falsafah tinggi yang terkandung di dalamnya. Ada benang merah antara Pancasila dan nilai-nilai kehidupan beragama. Sila demi sila jika diterapkan dengan benar akan membentuk bangsa Indonesia yang aman, tentram, sejahtera mewujudkan Baldatun thoyyibatun warobbun Ghofurun.
Jikalau peringatan atau acara halal bihalal akan berlangsung sepanjang Syawal ini, yang mungkin banyak berbentuk acara tasyakuran/makan-makan. Akankah peringatan Kesaktian Pancasila juga diperingati di hari-hari mendatang?
Rasanya sayang kalau Kesaktian Pancasila dilupakan. Kalau saja Partai Komunis berkuasa sejak 1965, dasar kita diganti faham komunis kita tidak bisa hidup berdemokrasi Pancasila. Tidak bisa hidup beragama berdampingan. Tidak bisa hidup layaknya burung terbang. Kesaktian Pancasila memang tidak harus diperingati dalam bentuk ceremonial belaka. Mulai hari ini dan seterusnya mari kita merefleksi, apa yang sudah kita lakukan dan apa yang akan kita lakukan. Akankah selepas Ramadhan kita bisa berubah menjadi lebih baik? Atau tetap seperti yang dulu?
Idul Fitri 1 Syawal dan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober adalah gerbang menuju kemenangan. Kita sudah mendapat rohmat, maghfiroh, dan mungkin juga sudah mendapat jaminan terbebas dari api neraka. Tubuh kita telah sakti yang semoga sudah kebal terhadap godaan, kebal dari bujuk rayu setan dan kebal laksana Pancasila yang tak lapuk di makan jaman. Siap menjawab tantangan menuju Indonesia yang lebih cerah.
Kamis, 01 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar