Maraknya demo guru belakangan ini menjadi keprihatinan dunia pendidikan. Apapun alsannya, demo merugikan banyak pihak terutama anak-anak. Meski guru yang demo masih menolerir demonya dengan tetap masuk mengajar bagi guru unas. Tetapi hal itu juga punya dampak lain. Karena kelulusan anak tidak ditentukan oleh pelajaran unas saja. Pelajaran lain juga berpengaruh.
Oleh karena itu disaat menjelang unas atau di waktu lain, penyaluran hak demokrasi guru janganlah diwujudkan demo. Di samping tidak memberi contoh baik kepada murid dan masyarakat, masih ada saluran lain yang digunakan guru menyampaikan aspirasinya.
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Guru selayaknya memberi teladan baik. Keberadaan guru daerah seiring otonomi daerah memang kadang nasibnya seperti dalam genggaman orang. Menurut berlawanan dengan hati nurani. Melawan, jabatan guru jadi taruhan.
Seperti guru-guru di Banyuwangi dan yang lainnya. Tuntutan guru terkait bupati Ratna birlah hukum yang bicara. Selama masih bisa ditempuh lewat koridor hukum, semua permasalahan pasti dapat diselesaikan. Guru-guru lebih baik segera mengajar demi nasib anak didiknya. Selama Banyuwangi tidak diubah menjadi Ratnawangi, guru-guru harus tetap menjadi insan yang wajib digugu dan ditiru.
Selasa, 09 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar