Sudah 5 hari masih belajar puasa? Lebih pantas baru belajar agama. Seumur anak-anak sekolah kalau puasanya masih bolong-bolong, itu namanya Terlaluuu!!
Beda kalau masih anak kecil, termasuk yang belum baligh.
Mereka itu kadang kala masih belum tahu hal-hal yang membatalkan puasa. Masih sering melanggar. Wajrlah, namanya saj belum tahu. Malah kadang-kadang niru orang yang tidak puasa. Dikiranya orang yang melanggar aturan puasa itu sedang puasa. Padahal tidak.
Termasuk bagi kaum perempuan yang kebagian ngurusu dapur. Pasti tiap sore nyiapkan makanan buka.
Nah, yang sering waktu masak kan nyoba-nyoba masakan. Cuma sak ndulit, merasakannya. Kalau se piring itu namanya mokel. Yang benar kan habis merasakan langsung disembur keluar. Sampai tidak ada rasa di lidah.
Meski sedikit, kadang-kala yang nyoba kebablasan. Ketelan. Eman2, begitu kira alasannya.
Tapi kalau terus begini, jadi kebiasaan. Biasa membatalkan diri.
Masa setiap hari masak nggak tahu takaran bumbu. Kan bisa nyontoh para koki. Kalau masak sudah punya takaran tepat. Jadinya masakannya dengan menu sama rasanya tetap lezat. Jadi nggak selalu setiap masak dicicipi.
Itu kalau nyicipnya sendiri. Kalau ada anak-anak gimana.
Mereka pasti ngira, bahwa merasakan makanan cuma sak ndulit itu nggap apa2.Tidak membatalkan puasa.
Terus mereka niru. setiap mamanya masak, ikut-ikutan merasakan. Kalau yang dimasak 10 macam, masing-masing sak ndulit akhirnya kan bisa semangkuk. Apalgi yang di dulit barang yang lengket.
Akhirnya puasa yang kurang beberapa menit mubadzir, batal. Gara-gara sak ndulit.
Makanya hati-hatilah waktu masak. jangan meremehkan hanya karena sak ndulit!
Kamis, 27 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar