BURUNG MERAK ITU AKHIRNYA PERGI
Dunia satwa semakin lama kehabisan spesiesnya. Beberapa diantaranya akhirnya benar-benar lenyap dari muka bumi. Termasuk diantaranya burung. Beberapa jenis masuk kategori hewan dilingungi. Jalak Bali, elang, cendrawasih, merak, adalah beberapa jenis burung yang jadi incaran para kolektor. Semakian langka semakain mahal nilai jualnya. Semakin unik semakin banyak yang mencari.
Entah karena apa, burung sering menjadi lambang / simbol gengsi seseorang bahkan suku, golongan dan negara. Padahal yang suka berburu burung itu sudah punya burung juga. He…he…..he…..Apa mereka tidak takut, kalau burungnya sendiri diburu orang! Apalagi kalau dikeroyok rame-rame. Pasti yang punya burung lari terbirit-birit.
Burung-burung itu sebenarnya lebih suka hidup bebas dari pada dipenjara tuannya. Semewah apapun huniannya, burung lebih senng hidup di alam bebas. Mereka bias mengekspresikan diri sepuasnya. Mengeoakkan sayapnya lebar-lebar. Melayang tinggi menggapai langit, mencari makan dengan keringtnya sendiri dan mengoceh seenaknya sendiri.
Coba kalau kita lihat lomba kicau burung. Kicaunya saja dipaksa sesuai selera empunya burung. Pemenangnya tergantung selera juri. Tidak asal ngoceh. Mungkin dari sini juga terpilih, siapa burung yang vocal dan siapa burung yang mbebek.. Maksud saya burung yang hanya nuruti perintah tuannya atau berkicau sesuai selera juri. Ngga lucu lah yaw burung bersuara kayak bebek. Burung jenis ini termasuk burung yang tidak punya pendirian. Kuatir tidak dberi makan bossnya. Kelaparan dan siap dimasukkan wajan panas. Jadi menu santapan sang Boss. Itulah repotnya burung yang suka mbebek. Beda lagi burung yang suka mbebeki. Burung jenis ini sebenarnya ternasuk burung lumayan baik. Meski tidak bisa diandalkan. Lha awong sukanya Cuma mbebekki. Ngrepoti orang.
Kalu anda mau memilih seyogyanya cari burung yang vocal. Burung jenis ini alami. Mereka akan berkicau apa adanya. Asli tanpa zat pewarna, tanpa pengawet dan tanpa borak atau formalin. Dengan begitu orang bisa menikmati kicau burung dari perspektif pendengarnya. Tidak asal komentar, bahwa kicau burung tertentu menurut orang tersebut jelek. Asal tidak tidak tuli orang dapat mendengar suara aslinya. Kalau sudah takdirnya tuli minimal dapat melihat keindahan gerak atau warna bulunya. Jadi burung demikan akan tetap ada penggemarnya. Tanpa dibanding-bandingkan dengan jenis burung lainnya. Sebagai kalimat pamungkas, bagaimanapun bentuk, jenis, suara, dan keindahannya, burung akan mati. Burrung mati meninggalkan……………
Kaitannya dengan burung ini saya teringat dengan salah satu penyair kawakan Indonesia., WS Rendra. Sayang tadi malam 6 Agustus 2009 beliau meninggal. Inna lillahi wa inna ilaihin rooji’un. Indonesia kehilangan lagi seorang seniman. Srang sastrawan yang telah banyak melahirkan ribuan kata penuh makna. WS Rendra telah tiada. WS Rendra si Burung Merak itu pergi meninggalkan kita. Burung Merak yang Indah warnya, yang hampi punah itu tak pernah peduli dengan iming-iming sangkar emas yang ditawarkannya. Biurung Merak yang selalu vocal menyuarakan jeritan hati rakyatnya. Kicau Si Burung Merak tidak hanya merdu didengar. Tapi syairnya mampu menyusup hingga tulang. Hanya orang-orang yang bisa dan tuli hatinya yang tidak tersentuh oleh coretan pena di atas kertas.
Burung-burung merak sebagain masih bebas berkeliaran di hutan. Menghindar dari incaran orang yang hanya mengambil keuntungan bulu-bulunya. Sementara Si Burung Merak kalu dulu selalu menjadi incaran penguasa, kini tidak bisa mengelak dari incaran malaikat pencabut nyawa. Burung Merak itu akhirnya pergi. Menghadap Ilahi. Semoga engkau jadi ahli surgawi.
Jumat, 07 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar