Ada
fenomena menarik setiap menjelang dan pada bulan Ramadan. Marak ada sumbangan
keliling. Tidak hanya dari sekitar tempat tinggal, malah banyak dari luar
daerah bahkan luar propinsi. Ada yang berlatar belakang kegiatan sosial,
pembangunan tempat ibadah dan pendidikan, panti asuhan atau sekedar meminta
sedekah seikhlasnya. Tetapi masyarakat sering meragukan keabsahan dari
surat-surat beserta proposal yang dibawanya. Meski pemerintah daerah atau desa
sudah membuat aturan penarikan sumbangan dari masyarakat luar, cara ini kurang
manjur. Pelaku sumbangan keliling ini memanfaatkan rasa empati masyarakat yang
mengharap pahala berlipat utamanya di bulan Ramadan.
Untuk
menghindari modus tarikan sumbangan keliling abal-abal, ada beberapa hal yang
bisa dijadikan pedoman untuk melihat apakah sumbangan itu asli atau abal-abal
alias palsu. Diantaranya dialek tidak sesuai dengan daerah asal dalam surat,
cara bicara dibuat cepat mungkin biar calon penyumbang tidak begitu jelas dan
langsung menyumbang, stempel dan tanggal
surat kabur, mengaku-ngaku kenal tokoh ternama, cara jalan saat di dekat dan setelah
jauh dari rumah dibuat-buat atau tidak dsb. Dengan tanda seperti itu para
penyumbang bisa bijak saat menyumbang. Memberi sekedar belas kasihan atau
memang berharap ridho dari Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar