Alhamdulillah, hari ini tulisan saya terbit lagi di harian Jawa Pos. Seletah bulan Mei tidak ada tulisan saya yang dumuat media masa. Selengkapnya ada bawah ini!
Mengoptimalkan Pendidikan Agama
SAYA kurang sependapat dengan tulisan Sdr Zaenal, PMP Masuk Kurikulum Lagi (Jawa Pos, 3/6). Karena dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), sekolah memiliki hak otonom untuk mengembangkan materi dan muatan lokal sesuai dengan kondisi sekolah/daerah masing-masing. Jika ditambah mata pelajaran baru, tentu anak akan semakin terbebani.
Ada cara lain yang lebih elegan, yaitu mengoptimalkan pendidikan agama. Baik dalam pembelajaran, penilaian, maupun penambahan waktu atau pembiasaan hidup religius dengan tetap mengacu pada rambu-rambu KTSP. Dalam PKn (pendidikan kewarganegaraan) pun, pendidikan moral sudah inklusif.
Upaya lain adalah memfungsikan bimbingan dan konseling (BK) sekolah. Pendekatan secara humanis kepada siswa bisa membuat anak lebih hormat daripada model pendekatan yang mengambil jarak. Penegakan tata tertib sekolah yang mengatur kesopanan dan pembentukan moral anak serta teladan guru juga efektif untuk membentuk kultur sekolah yang baik. (*)
Abdul Hakim, guru SMPN 1 Dolopo, Madiun
Informasi : Pembaca yang ingin menyumbangkan opini atau gagasan, dapat dikirimkan melalui
>>> opini@jawapos.co.id
Harap sertakan foto diri, nomor rekening serta NPWP (kalau ada).
* Kastanisasi Pendidikan
* Kekerasan, Kerusuhan, dan Berita TV
* Hati Nurani pada Kasus Bibit-Chandra
HALAMAN KEMARIN
* Pancasila sebagai Etika Sistem Ekonomi
* PMP Masuk Kurikulum Lagi
* Paket Rp 15 Miliar Potensi Ladang Korupsi
* Melokalisasi Tragedi Marmara
* Memilih Pemimpin KPK
* Aremania Harus Peduli Keselamatan
* Sistem Ekonomi Pancasila
* Melahirkan Nilai Pancasila
* Mencari Manusia Super untuk KPK
* Nasi Jagung untuk Pejabat
Jumat, 04 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar