Sekolah merupakan pasar potensial bagi pemasaran pernak-pernik sekolah. Namun sayangnya peluang ini kurang dimanfaatkan secara optimal oleh pihak sekolah. Bahkan pihak luar leluasa mengambil keuntungan. Keuntungan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan sekolah untuk mendukung program kegiatan yang tidak terakomodir dalam BOS atau sumber dana lain.
Meski banyak sekolah sudah mempunyai koperasi siswa, namun keberadan dan pengelolaannya tidak dimenejemen dengan baik. Koperasi siswa pun tidak bisa berkembang dengan baik, kadang merugi. Sumbangan wajib dari siswa kadang hanya parkir menjadi barang modal yang balik ke siswa ketika lulus
Seyogyanya keberadaan koperasi siswa tidak hanya menyediakan kebutuhan primer seperti alat tulis dan perlengkapan sekolah. Tetapi juga memenuhi kebutuhan sekunder siswa selama jam pelajaran dan menyediakan keperluan kegiatan sekolah, baik intra maupun ekstra kurikuler. Di samping itu koperasi siswa harus dikelola dengan manajemen profesional mulai perencanaan sampai pertanggung jawaban. Memberdayakan siswa dan memposisikan guru sebagai komisaris dapat membuat siswa lebih kreatif dan belajar bertanggung jawab. Lewat kopsis juga dapat digunakan mendidik siswa sebagai calon entrepreneur yang kelak siap menjadi boss di masyarakat.
Sabtu, 17 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sejak saya masuk di SMA Negeri 7 Purworejo th 1991
BalasHapussebelumnya bertugas di Sei Limau Sumbar 1984.
Mulai Rapat pertama 13 Nop 1993 hanya bermodal uang dari siswa sebesar Rp 300,00,- Terakhir dilimpahkan guru lain tahun 2008 sudah terakumulasi harta lebih kurang Rp 80 juta.
Menurut saya itu masih bisa dikembangkan teruuuuus.
Dengan pengampu koperasi siswa yang baru, asal -asal saja, adanya kantin jujur malah merugi, maaf maaf saja mereka tidak tahu seluk beluk koperasi, apalagi akuntansinya ? ?
Mau maju dari mana ? tunggu saja bebrapa tahun berikutnya . . . . . . ??