Minggu, 31 Januari 2016

Masuk perguruan tinggi jalur OSN



            Ada beberapa cara masuk perguruan tinggi, salah satunya melalui jalur prestasi dengan berdasar nilai rapor, prestasi dengan klasifikasi tertentu. Jalur Un yang digadang-gadang menjadi salah altrenatif pintu masuk PT, masih menuai penolakan. Tentuanya banyak pertimbangan, diantaranya melihat kualitas ujian nasional yang masih dibumbui kecurangan. Jalur seleksi prestasi melalui rapor pun juga tak lepas dari noda. Karena nilai rapor yang validitasnya belum baku, model ini dikuatirkan akan melahirkan bentuk kecurangan lain. Dampaknya, kualitas calon mahasiswa terpilih kurang sesuai dengan kualifikasi program pendidikan di PTN.
            Ada jalur lain yang dapat ditempuh untuk memperoleh bibit unggul. Yaitu  jalur OSN (Olimpiade Sains Nasional). Ajang kompetisi tahunan ini diikuti anak-anak unggulan dari setiap sekolah se-Indonesia. Kualitas mereka dijamin diatas kemampuan rata-rata. Peringkat terbaik pada setiap jenjang (mulai kabupaten hingga nasional), mendapat prioritas. Sedangkan peserta yang memenuhi batas tertentu di seleksi ulang oleh PTN sesuai  syarat program pendidikan yang dipilih. Hal ini untuk menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan melahirkan anak-anak terpilih berkualitas. Apalagi banyak anak-anak unggul ini berasal dari keluarga miskin. Program Bidik Misi PTN akan sangat membantu mereka.

Sabtu, 23 Januari 2016

PENYAKIT GURU MEMINTARKAN SISWA



Para guru tentu banyak yang bertanya dalam hati. Mengapa siswanya tidak  pintar2 meski gurunya merasa sudah mengerahkan segala tenaga. Apa lebih mudah menimpakan kesalahan kepada siswanya, bahwa siwanya memang bodoh. Menurut ilmu pendidikan, tidak ada siswa bodoh. Hanya tingkat kemampuan berpikirnya saja berbeda.

Kekesalan guru melihat siswanya tidak segera mengerti ketika diajar sebenarnya cermin guru itu sendiri. Boleh jadi ada penyakit pada guru sehinggu ilmu yang disampaikan tidak merasuk dalam otak siswa. Beberapa penyakit itu diantara :
1. Guru merasa dirinya sudah lebih baik dari yang lain. Merasa telah banyak berbuat kebaikan kepada siswa.
2. Cepat puas dengan hasil yang sudah diterimanya.
3. Tidak ikhlas dalam berkarya. Dan ini yang paling berat penyakitnya. Mudah mengatakan sulit melaksanakan.

Jika ketiga penyakit ini tidak segra dihilangkan, jangan harap siswa bapak/ibu guru menjadi pintar. Guru bukan menunjukkan kepintarannya di depan siswa, tetapi menjadi tugas guru memintarkan siswanya. Asal penyakit di atas diberangus

Selasa, 12 Januari 2016

PAHLAWAN TRI TURA



HAKIM YANG KU SAYANG

Tak bawa palu
Tak pakai senjata mesiu
Berbondong terjang tirani
Yang membelenggu jeritan anak negeri

Pekikkan tiga tuntutan nurani
Bubarkan PKI musuh abadi
Turunkun harga bentuk kabinet baru
Lahirkan orde baru

Dan kau
Jadi tumbal peluru
Terbujur kaku
Jasadmu jadi saksi bisu

Arief Rahman Hakim pahlawan Tritura
Jasamu selamatkan bangsa dan negara
Hakim-ku sayang engkau pejuang
Sepak terjangmu slalu kukenang

Minggu, 10 Januari 2016

Over kerja VS Over dosis



            Tidak ada keberhasilan tanpa usaha. Kadang untuk pencapaian sukses memaksa orang bekerja ektra keras, melebihi kemampuan badan. Tanpa disadari, bahwa kemampuan tubuh terbatas. Untuk mengatasi keletihan, biasanya orang memakai doping ringan, seperti minum suplemen. Namun jika pemakaiannya berlebih dikuatirkan berdampak buruk pada kesehatan. Bukan kebugaran yang didapat, tetapi penyakit mudah hinggap.
            Jika kebiasaan mengkonsumsi suplemen tidak terkendali, tubuh akan kecanduan. Apalagi jika pekerjaannya tidak kunjung tuntas, orang bisa stress. Dan ini yang berbahaya. Orang lari mencari obat penawar haram, seperti narkoba. Dari sekedar mencoba jadi terbiasa, akhirnya kecanduan. Oleh karena itu para pekerja harus memperhatikan kemampuan tubuhnya masing-masing. Tubuh manusia bukan robot, perlu istirahat. Bekerja keras boleh, tetapi jangan over kerja. Karena jika over kerja mudah terpengaruh menggunakan obat penguat termasuk obat terlarang. Pemakaian suplemen termasuk obat terlarang berlebihan bisa over dosis. Nafas kembang kempis, harapan hidup kian menipis.

Sabtu, 09 Januari 2016

POS DAN KISI-KISI UN 2016

Ujian Nasional 2016 sudah diambang pintu. Buat siswa, guru dan pemangku pendidikan, ada baiknya membaca kisi-kisi, POS dan permen terkait penilaian untuk kelulusan. Silakan buka bagian bawah ini!!







Rabu, 06 Januari 2016

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI



Kantin kejujuran mana yang berhasil? Dari pemberitaan di mass media, hanya sebagian kecil yang berhasil.  Sebagian besar gagal.  Modal kantin pun habis. Contoh, betapa kejujuran masih barang mahal.  Siswa jujur masuk kategori manusia langka
Mungkin itu yang menimbukan adanya sindiran buat dunia pendidikan. Bahwa korupsi berawal dari sekolah, harus berakhir pula di sekolah.  Kau yang mengawali, kau pula yang mengakhiri. Kalimat yang cocok untuk menggambarkan wabah korupsi yang dirasa sudah menjadi endemic di negeri kita.  Kenapa sekolah jadi awal tumbuhnya korupusi? Dengan kata lain, Apakah sekolah merupakan tempat belajar korupsi? 
Disadari atau tidak, pembentukan mental korupsi terbentuk di sekolah. Bukan karena ada pelajaran khusus bagaimana orang bisa melakukan tindak pidana korupsi.  Tetapi di sekolahlah  kepribadian anak mulai terbentuk. Malah yang lebih celaka lagi, para siswa juga belajar bagaimana  melakukan korupsi dan manipulasi.  Bagaimana anak-anak berusaha meraih nilai baik dengan berbagai cara yang tak terpuji. Nyontek, kerjasama dengan teman kalau perlu dengan oknum guru.  Malahan oknum guru juga mengajarkan bagaimana korupsi untuk nilai  Unas, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
Jika generasi muda sejak awal mulai diracuni virus korupsi, perlu usaha preventif agar mereka  tidak  mudah tertular virus korupsi.  Syukur menjadi pembasminya.  Maka tepatlah kiranya siswa yang duduk di bangku sekolah menjadi focus pendidikan antikorupsi. Disamping masih perlunya pemasyarakatan pendidikan anti korupsi lewat  jalur lain baik  formal maupun informal.
Dalam pendidikan antikorupsi, konsep utamanya adalah pembentukan mental dan moral yang baik serta bertanggung jawab melalui penanaman nilai-nilai keimanan maupun ketaqwaan. Dengan penekanan norma susila maupun budaya diharapkan para peserta didik tumbuh  sifat-sifat kejujuran yang menjadi pangkal dari sikap anti korupsi.
Untuk mencapai hal ini pendidikan anti korupsi tidak perlu menjadi pelajaran khusus di sekolah.  Pendidikan antikorupsi bisa diintegrasikan kedalam setiap mata pelajaran. Para guru dapat menyelipkan pendidikan antikorupsi bersamaan pembelajaran di kelas. Karena dalam pembelajaran ada hanyak hidden kurikulum yang bisa digali. 
Nilai kejujuran, hidup disiplin dan bekerja keras serta bertanggung jawab menjadi sebagian soft skill yang bisa dimunculkan dalam setiap kali tatap muka. Nilai-nilai tersurat dibalik yang tersirat dalam muatan materi pelajaran sedapat mungkin dikembangkan  guru bagaikan diorama yang bisa dicerna siswa dengan mudah.  Keteladanan  guru dalam bersikap dan bertindak yang jauh dari perbuatan korupsi adalah contoh terbaik dalam menumbuh kembangkan sikap antikorupsi. Disiplin waktu, pemberian nilai yang obyektif dan perlakuan yang adil adalah beberapa contoh kecil, bagaimana seharusnya seorang guru menjadi cermin bagi siswa-siswanya.  Siswa akan berkomentar omong kosong, jika pendidikan antikorupsi sekedar pengetahuan yang harus didengar dan dihafal.  Anak-anak lebih mudah mempraktekkannya, jika mereka sendiri bersama-sama seluruh warga sekolah mempraktekkanya  dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
Sesuatu yang baru jika dikenalkan kadang hanya akan menjadi bahan perbincangan, cemoohan bahkan penasaran.  Pendidikan antikorupsi harus menghilangkan rasa panasaran itu tanpa perlu mengajarkan bagaimana melakukan korupsi yang aman dan benar. Anak-anak tidak perlu praktek bagaimana korupsi itu bisa dilakukan.  Untuk itulah pengajaran antikorupsi tidak perlu disampaikan secara langsung sebagai satu mata pelajaran.  Pendidikan antikorupsi diajarkan sebagai muatan moral yang terintegritas dalam kehidupan.
Kurikuluam kita yang sudah gemuk, jangan lagi ditambah dengan mata pelajaran baru hanya lantaran ada misi baru. Begitu terjadi gempa, dekadensi moral, seks bebas, korupsi merajalela,  dan berbagai peristiwa yang jadi perhatian banyak pihak. Serta merta  banyak usulan, agar materi-materi  terkait dimasukkan ke dalam kurikulum.  Kurikulum anti gempa, budi pekerti, pendidikan seks dini dan entah berapa usulan lain. Kalau setiap kali ada hal baru diusulkan, lantas  jadi muatan kurikulum baru. Kurikulum kita jadi kurikulum latah.  Anak-anak sudah terlalu banyak beban.  Bukannya pengetahuan bertambah, tapi psikis mereka semakin lelah.
Satu kata kunci melawan korupsi adalah kejujuran.  Kejujuran tidak serta merta tumbuh dari siswa. Perlu penanam sikap positif dalam diri siswa agar mereka dengan sendirinya berlaku  jujur dalam kehidupan. Untuk pencegahan dini dari perbuatan berbau korupsi dan menumbuhkan kejujuran adalah dengan menanamkan nilai moral dan agama.