Sabtu, 31 Desember 2011

TUTUP BUKU

TUTUP BUKU

Hari-hari tlah berlalu
Isi cerita lembaran buku
Melaju ikuti sapuan bayu
Tuju penghujung waktu

Pahit getir menghiasi
Romantika silih berganti
Tetapi neraca kehidupan masih merugi
Dan kita hanya bisa menyesali diri

Kenangan kelam ini kututup abadi
Lupakan masa yang tak bisa kembali
Sambut asa yang terpampang
Buka lembaran baru

Selasa, 27 Desember 2011

Uji sertifikasi dukun bayi

Keberadaan dukun bayi, utamanya di pedesaan tidak boleh dipandang sebelah mata. Meski ada indikasi, tingginya kamatian ibu melahikan karena tradisi lokal masyarakat yang mengguakan jasa dukun bayi ini (JP, 20/12). Namun, bagaimanapun juga tindakan para dukun bayi dalam persalinan sangat membantu. Belum meratatanya penyebaran bidan dan kurang higienisnya alat bantu persalinan para dukun sebagai penyebab tingginya angka kematian perlu dibijaksanai. Disamping menambah bidan atau memposisikan dukun bayi sebagai pembantu bidan, para dukun bayi ini juga perlu pelatihan. Utamanya di daerah terpencil.

Karena pengadaan bidan baru dan penyebarannya membutuhkan waktu lama, tergantung kebijakan dan kemampuan daerah, maka dukun bayi ini perlu diberdayakan. Para dukun bayi ini dilatih dan diberi peralatan memadai yang memenuhi standar minimal alat bantu persalinan. Setelah itu dilakukan uji sertifikasi. Bagi yang lulus diberikan sertifikat untuk membantu persalinan. Yang tidak lulus sebagai tenaga pembantu persalinan. Dukun bayi pemegang sertifikan ini diberi tunjangan layaknya guru bersertifikasi profesional yang menerima tunjangan profesi pendidik.

Selasa, 20 Desember 2011

Ulangan Lisan Bagi Siswa

Ulangan Uraian Dan Lisan Bagi Siswa
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, evaluasi hasil belajar sudah diarahkan dalam bentuk uraian. Namun karena ujian nasional menggunakan pilihan ganda, sekolah-sekolah banyak mengikutinya. Apalagi dengan adanya scanner beserta software untuk menolah nilai beserta analisisnya, peran guru mulai tergantikan. Meski sebenarnya model pilihan ganda bisa berdampak negatif kepada siswa. Anak kurang semangat belajar, ngawur memilih dan mudah melakukan kecurangan.
Oleh karena itu model evaluasi di sekolah seyogyanya meminimalkan soal pilihan ganda. Para guru disarankan menggunaka tes uraian atau lisan. Dengan kedua model ini menuntut anak belajar lebih giat, melatih anak menulis, mengurangi kecurangan, serta menempa mental anak. Guru juga bisa lebih dekat dan mengenal karakter anak. Pertanyaan yang diberikan juga fleksibel, sesuai dengan kemampuan anak yang sudah dikenal guru. Bahkan dengan evaluasi secara lisan, guru bisa langsung menganalisa tanpa menunda waktu.

Selasa, 13 Desember 2011

Mobil pemerintah dan pribadi pakai BBM non subsidi

Berbagai rencana untuk menerapkan aturan pemakaian BBM bersubsidi tidak juga menemui kata sepakat. Molornya rencana penerapan terbatas pemakaian BBM bersubsidi justru menimbulkan efek negatif. Cadangan BBM bersubsidi semakin menipis, tinggal untuk 2 pekan lagi (JP, 08/12). Ini pelajaran berharga jka tidak segera dilakukan pembatasan pemakaian BBM bersubsidi.

Oleh karena itu pembatasan pemakaian BBM bersubsidi perlu segera diterapkan. Jika menaikkan harga BBM atau pembatasan bagi mobil tertentu bahkan untuk sepeda motor dilakukan dapat menimbukan gejolak di masyarakat. Lebih diputuskan yang tidak boleh memakai BBM bersubsidi adalah mobil pemerintah dan mobil pribadi. Berapapun tahun pembutannya. Karena masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi dianggap sudah mapan kehidupannya. Kalau bisa membeli mobil pasti bisa membeli BBM non subsidi. Otomatis kendaraan umum, Industri yang diperuntukkan masyarakat banyak, transportasi massal serta sepeda motor masih bisa membeli BBM bersubsidi. Agar subsidi BBM benar-benar dinikmati yang masyarakat kecil.

Rabu, 07 Desember 2011

Membukukan karya inovasi Guru

Untuk memudahkan pembelajaran kepada siswa diperlukan inovasi oleh guru. Baik dalam metode maupun medianya. Dan sudah banyak guru yang menghasilkan karya terbaiknya. Inovasi guru itu terbukti dapat memotivasi siswa serta mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Guru-guru inovator ini berkarya tanpa pamrih. Yang penting siswanya bisa belajar dengan baik.
Sayang, karya-karya terbaik itu belum terpublikasikan. Sehingga guru lain tidak dapat mengadopsi maupun mengembangkannya. Kebanyakan hanya melalui lomba atau forum terbatas, karya tersebut dapat diadopsi guru lain. Setelah kegiatan hasil karya hanya tersebut menumpuk di gudang panitia.
Oleh karena itu, perlu upaya mensosialisasi / mempublikasikan karya inovasi guru. Kementrian pendidikan dan Kebudayaaan, Dinas pendidikan, pihak penerbitan atau pihak yang berkompeten memverifikasi hasil karya guru. Yang lulus uji dibukukan dan disalurkan ke sekolah-sekolah. Guru inovator memperoleh royalti atas hak karya intelektualnya. Sehingga guru menjadi pahlawan dan dihargai jasanya.

Jumat, 25 November 2011

Honor Minimal GTT

Kabar tidak sedap menerpa para guru tidak tetap (GTT). Mereka yang tidak dibiaya APBN/D serta yang tidak ber-SK yayasan terancam kehilangan tunjangan profesi pendidik (TPP). Bahkan bisa juga harus mengembalikan TPP-nya bila melanggar ketentuan (JP, 24/11).
Namun demikian langkah ini juga harus ada solusi. Tidak mungkin pemerintah mencerdaskan anak bangsa tanpa peran GTT. Keterbatasan sekolah (negeri dan swasta) dan belum tercukupinya kebutuhan guru untuk mata pelajaran tertentu (misalnya TIK, bahasa daerah serta agama) memaksa sekolah mengangkat GTT. Itupun honor untuk GTT ini masih jauh dari kebutuhan hidup yang layak. Hal ini disebabkan dana komite sekolah belum cukup serta alokasi penganggaran dalam BOS juga terbatas ( maksimal 20% BOS untuk honor kegiatan sekolah bagi PNS dan GTT).
Jika pemberian TPP dihentikan (khususnya bagi GTT) perlu ada penetapan honor minimal GTT. Besarannya minimal sama dengan UMR buruh. Dana GTT diambilkan dari komite atau BOS. Sehingga pembatasan penggunaan BOS untuk GTT perlu dikaji ulang. Sekolah diberi wewenang menerapkan menejemen berbasis sekolah dan memberdayakan komite sekolah sebagai bagian learning community.

Kamis, 24 November 2011

SELAMAT PAGI PAK GURU

SELAMAT PAGI PAK GURU

Selamat pagi Pak Guru
Terucap kata manis di bibir
Sambut ilmu yang segera mengalir
Agar kebekuan otak mencair

Selamat pagi Pak Guru
Kubukakan pintu penutup kalbu
Kau tuntun diriku di titian ilmu
Yang haus kucuran petuahmu
Ujung pena itu menggores pikiranku
Buat buka cakrawala masa depanku

Selamat pagi Pak Guru
Terasa hampa dunia ini kurasa
Ketika Pak Guru tinggalkan kelasku
Kan kuikuti jejak langkahmu
Abdikan diri cerdaskan bangsaku

Senin, 14 November 2011

Tadarus Al qur’an di awal pelajaran

Tadarus Al qur’an di awal pelajaran
Pembentukan mental spiritual kini menjadi fokus utama dalam pendidikan karakter. Siswa tidak boleh hanya mengandalkan intelelektual saja. Minimnya jam pelajara agama perlu diimbangi dengan membuat budaya religius di sekolah. Diantaranya dengan menganjurkan siswa mengenakan busana yang santun atau menutup aurat serta membiasakan siswa mendengar ayat-ayat Tuhan. Seperti yang sudah dilakukan di sekolah kami dalam satu setengah tahun terakhir. Di awal pelajaran dibacakan ayat suci Al Qur’an selama 15 menit.
Selain membuat suasana lingkungan terasa lebih sejuk, mengalunkan ayat-ayat suci Alqur’an diyakini dapat membentuk jiwa seseorang menjadi lebih baik. Sehingga apabila dikumandangkan pagi di awal pelajaran, anak-anak akan lebih terbuka mata hati dan pikiran dalam menerima pelajaran. Setiap siswa membawa Al quran. Tadarus Al quran dapat dilakukan secara sentral atau langsung dibimbing guru di dalam kelas. Bisa juga siswa terpilih dipercaya membaca Alquran untuk membangun rasa percaya diri siswa serta menjadi teladan siswa lain.

Kamis, 10 November 2011

Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011

Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011 :
Kado yang Tersisa Buat Guru

Kabar gembira bagi guru penerima TPP. Kewajiban mengajar 24 jam mandiri di depan kelas yang semestinya berlaku mulai tahun pelajaran 2011/2012 mendapat dispensasi. Terbitnya Permendiknas Nomor 30 tahun 2011 menjadi payung hukum untuk pencairan TPP. Karena kalau tidak, angan-angan menikmati kucuran TPP hilang musnah. Simak saja inti perubahan Permendinas Nomor 39 tahun 2009, seperti tertera berikut ini.
Pasal I
Ketentuan Pasal 5 dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan diubah sehingga berbunyi sebagi berikut:
Pasal 5
(1) Dalam jangka waktu sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, guru dalam
jabatan yang bertugas selain di satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 3, dalam keadaan kelebihan guru pada mata pelajaran tertentu di
wilayah kabupaten/kota, dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka dengan cara:
a. Mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain;
b. Menjadi tutor program Paket A, Paket B, Paket C, Paket C Kejuruan atau program pendidikan keaksaraan;
c. Menjadi guru bina atau gur pamong pada sekolah terbuka
d. Menjadi guru inti/instruktur/tutor pada kegiatan kelompok kerja guru/musyawarah guru mata pelajaran (KKG/MGMP);
e. Membina kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan praja muda karana (Pramuka), olimpiade/lomba kompetensi siswa, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja (KIR), kerohanian, pasukan pengibar bendera (Paskibra), pecinta alam (PA), palang merah remaja (PMR), jurnalistik/fotografi, usaha kesehatan sekolah (UKS), dan sebagainya;
f. Membina pengembangan diri peserta didik dalam bentuk kegiatan pelayanan sesuai dengan bakat, minat, kemempuan, sikap, dan perilaku siswa dalam belajar, serta kehidupan pribadi, social, dan pengembangan karir diri;
g. Melakukan pembelajaran bertim (team teaching) dan/atau;
h. Melakukan pembelajaran perbaikan (remedial teaching).

(2) Dalam jangka waktu sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota dan kantor wilayah kementerian agama dan kantor kementerian agama kabupaten/kota harus selesai melakukan perencanaan kebutuhan dan redistribusi guru, baik di tingkat satuan pendidikan maupun di tingkat kabupaten/kota.

Permendiknas yang ditandatangani 1 Agustus 2011 ini menjawab kegelisahan pemegang sertifikat guru profesional. Karena berdasar fakta di lapangan, begitu tahun ajaran 2011/2012 dimulai pertengahan Juli 2011, ketercukupan jam mengajar tatap muka di kelas secara mandiri sulit terpenuhi. Dan nampaknya hal ini didengar dan diapresiasi pemerintah pusat.
Jadi berbahagialan bagi orang (guru) yang hidup di Indonesia. Sebagai bangsa yang bertekad menegakkan supremasi hukum, seringkali terlihat dan terasa hukum bukan sesuatu yang harus ditakutkan. Menggunakan falsafah, kalau bisa dipermudah mengapa harus dipersulit, banyak produk hukum yang pada akhirnya melunak ketika berhadapan atau berbenturan dengan kenyataan. Tak terkecuali produk hukum bagi guru.
Setelah era terbitnya UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, TPP bagaikan hadiah dari langit. Bisa dilihat pada guru penerima TPP periode awal. Mereka rutin menerima TPP meski kinerjanya tidak jauh berbeda dengan guru lain. Bagaimana hal demikian dibiarkan? Salah satunya karena belum ada produk hukum yang mengatur secara tegas beban tugas atau sanksi jika penerima TPP tidak melakukan tugas sesuai aturan. Dan hal ini kini menjadi pemikiran pemerintah pusat. Rencananya pada tahun 2012 nanti ada evaluasi kinerja terhadap guru penerima TPP (Kompas.com)
Karena saat ini realita menunjukkan, masih banyak guru penerima TPP yang dengan santainya sambil ongkang-ongkang kaki menunggu guru lain yang sibuk melengkapi berkas portofolio atau mengikuti PLPG. Sebuah kemudahan legal. Begitupun setelah terbitnya Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan. Para penerima TPP ini masih dengan enjoynya bekerja. Kewajiban mengajar 24 jam tertata apik dalam pembagian tugas mengajar guru yang dilampirkan untuk pencairan TPP. Namun faktanya beban ini masih banyak disiasati terutama dengan team teaching. Bahkan tidak sedikit para guru yang sebenarnya hanya beberapa jam saja di sekolah. Tugasnya dilaksanakan guru lain (GTT) dengan iming-iming mendapat kecipratan rejeki TPP. Tetapi begitu cair?
Jam tatap muka guru menjadi 27,5 jam?
Beberapa alasan mengemuka mengapa hal ini terjadi. Diantaranya, memang secara riil di lapangan jumlah guru sudah melebihi kebutuhan jam mengajar. Sementara dengan otonomi daerah, kadang pemda masih melakukan rekrutmen guru untuk guru mapel yang sudah lebih sekalipun. Lagi-lagi, masalah klasik politik. Hal ini diperparah dengan belum kelarnya pemetaan guru.
Oleh karena itu terbitnya Permendiknas No 30 tahun 2011 ini jangan dianggap sebagai pelegalan praktik-praktik kotor dalam pendidikan. Permendiknas ini hanya seumur jagung. Pembaca bisa menerka, apa yang terjadi setelah batas waktu permendiknas tersebut berakhir pada 31 Desember 2011 nanti. Sudahkah pemetaan guru usai dilakukan? Bagaimana dengan rencana moratorium penghentian pengangkatan CPNS, kecuali bagi guru dan tenaga kesehatan? Sepertinya para guru akan harap-harap cemas.
Bagaimana tidak. Sosialisai Permendiknas No 30 tahun 2011 ini saja mungkin belum sampai ke seluruh pelosok tanah air, ada kabar lebih mengagetkan lagi. Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara menelurkan wacana agar jam tatap muka guru di kelas menjadi 27,5 jam (Kompas.com, 9 September 2011). Sebuah upaya mendisiplinkan guru agar ada keseimbangan dengan beban jam kerja PNS 37,5 jam.
Wacana ini langsung mendapat reaksi. Tak kurang PGRI pusat juga sudah menanggapi. Jika Kemenpan menetapkan hal tersebut, dikuatirkan hanya 30% saja guru yang mampu memenuhi (Kompas.com,26-9-2011). Selebihnya siap gigit jari. Ini disebabkan pedoman 24 jam tatap muka guru di depan kelas terlalu kaku diterjemahkan dari UU No 14 tahun 2005. Jika kewajiban jam kerja PNS 37,5 jam dan guru juga harus melaksanakannya, aktifitas guru dalam persiapan mengajar dan evaluasi harusnya juga diperhitungkan. Tidak mungkin guru hanya mengajar 24 jam di depan kelas tanpa persiapan dan tindak lanjut.
Makanya pak Nuh cukup bijak menanggapi wacana jam tatap muka 27,5 jam ini. Asal persiapan dan evaluasi juga diperhitungkan, beban itu tidak masalah, sudah tercukupi (Kompas.com, 9-9-2011) Bisa jadi jam kerja guru melebihi jam kerja PNS lain.
Penilaian Kinerja Guru dan Pengawas Lintas Daerah
Kemendiknas sendiri juga mengakui, bahwa pemberian TPP hingga kini belum sesuai harapan. Berbagai upaya untuk mengoptimalkan program ini terus digodok. Salah satu hal mendasar adalah belum adanya tindakan bagi guru yang tidak menunjukkan keprofesionalismenya dan juga pemanfaatan TPP-nya.
Oleh karena itu rencana Kemendiknas yang akan mengevaluasi kinerja guru (terutama yang sudah menerima TPP) harus segera dilaksanakan. Selain evaluasi diri guru itu sendiri, penilai kinerja guru yaitu kepala sekolah, siswa dan pengawas menjadi penentu layak tidaknya TPP guru diperpanjang. Kejujuran, transparansi dan ketegasan menjadi penentu nasib guru.
Hanya saja perlu sedikit sentuhan dalam penilaian oleh pengawas. Sebaiknya penilaian oleh pengawas dilakukan pengawas eksternal, pengawas lintas daerah. Dengan pengawas ekternal penilaian lebih obyektif. Sehingga guru lebih terpacu dalam meningkatkan keprofesionalannya. Tidak sekedar memenuhi beban mengajar tatap muka di depan kelas.
Guru juga jangan terlalu berharap kepada kemudahan atau kebijakan yang tertuang dalam produk hukum positif. Anggap saja Permendiknas No 30 tahun 2011 ini sebagai kado yang tersisa bagi guru menjelang hari Guru dan tidak ada lagi permen-permen hanya untuk kepentingan sesaat yang justru membuat guru lupa dengan kewajiban dan jati dirinya.
Guru bukan anak yang senang dengan permen. Kalau terlalu banyak permen yang mendispensasi kewajiban guru, kinerja guru bisa melempem dan ompong. Layaknya anak kecil yang terlalu banyak permen gula-gula, giginya jadi ompong. Saatnya guru Indonesia berkarya dan berbakti. Selamat ber-hari Guru!

Tulisan ini dimuat di majalah Media Dinas pendidikan prop jatim edisi November 2011

Jumat, 04 November 2011

Telepon Umum di Sekolah

Sejak merebak berbagai kejadian akibat penggunaan handphone (HP) oleh siswa, telah dilakukan berbagai upaya untuk mencegah terulangnya penyalahgunaan alat komunikasi itu. Diantaranya melarang siswa membawa HP atau merazianya. Namun, upaya tersebut juga memerlukan solusi. Sebab, alasan utama orang tua memberikan HP kepada putra-putrinya adalah agar mudah berkomunikasi untuk antar jemput ke sekolah. Termasuk memantau keberadaan putran-putriya ketika ada kegiatan ekstra di sekolah.

Jika siswa dilarang membawa HP, di sekolah perlu dipasang telepon umum. Dengan telepon umum anak juga lebih konsentrasi belajar. Tidak bermain-main memanfaatkan fasilitas HP: game, musik, dan film, bahkan merekam hal-hal negatif. Yang lebih penting lagi, anak-anak diwajibkan merawat telepon umum agar awet dan multi guna. Jika mungkin, koperasi siswa membuka wartel. Keuntungannya dapat dipakai untuk kegiatan siswa.


Tulisan ini dimuat di Jawa Pos tanggal 3 November 2011

Selasa, 01 November 2011

Pertukaran Pelajar dan Pemuda Antar Daerah

Keberadaan pemuda dan pelajar sangat penting dalam perjuangan Indonesia. Persatuan dan kesatuan mereka melahirkan daya juang luar biasa dalam mewujudkan dan mengisi kemerdekaan. Sayangnya belakangan ini citra pemuda dan pelajar mulai luntur. Terutama terkait nasionalisme dan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa. Jika hal ini dibiarkan dapat membahayakan keutuhan NKRI.
Perlu peng-eratan persatuan, agar sebagai bangsa bisa saling menjaga dan berjalan seiring untk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Upaya ini dulu pernah dilakukan dengan kegiatan pertukaran pelajar ataupun pemuda antar propinsi/daerah. Terbukti program tersebut banyak nilai positifnya.
Untuk itu program pertukaran pelajar/pemuda perlu digalakkan kembali. Teruatama antar daerah yang maju dengan yang belum serta antar daerah yang antar pemudanya sering berselisih. Selain bisa saling mengenal budaya antar daerah, juga ada transfer ilmu dan pengalaman. Manfaat yang lain bisa meminimalisasi terjadinya perseteruan karena berbagai perbedaan multi budaya.

Kamis, 27 Oktober 2011

Jajanan Kantin Sekolah dari Siswa Gakin

Keberadaan kantin di sekolah sangat diperlukan. Baik dikelola koperasi siswa atau pihak luar yang bekerja sama dengan sekolah. Namun tidak jarang barang dagangan yang dijual merupakan titipan pedagang luar, bahkan dagangan guru. Tentu saja sebagian keuntungan dinikmati pihak lain. Padahal di sekolah masih banyak siswa yang berasal dari keluarga miskin (Gakin). Sebagian Gakin ini ada yang mendapat bantuan, baik dari BOS atau dana bantuan khusus keluarga miskin. Karena terbatasnya jatah, sebagian tidak mendapatkannya.
Melihat hal ini, sekolah perlu membuat kebijakan dengan memanfaatkan keberadaan kantin sekolah. Yaitu dengan memberi kesempatan kepada siswa Gakin membawa jajanan hasil olahan (orang tua)-nya untuk dijual di kantin/koperasi sekolah. Jika perlu untuk keluarga yang sangat miskin diberi kesempatan berjualan di lingkungan sekolah. Model ini tidak hanya membantu biaya pendidikan siswa Gakin, tetapi juga akan melatih siswa belajar hidup mandiri. Jajanan hasil olahan sendiri juga lebih sehat. Tidak banyak mengandung zat membahayakan. Siswa sehat yang miskin juga senang.

Selasa, 25 Oktober 2011

Nilai UTS sm gasal

Bagi anak-anak 7a, 8j dan 9g, nilai uts bisa dilihatb di bawah ini. Jangan bangga jika nilainya bagus dan jangan putus asa bagi yang kurang. Selamat menikmati.

Nilai uts sm gasal

Kamis, 13 Oktober 2011

CINTA TAK BERMATA AIR

CINTA TAK BERMATA AIR

Angin itu terasa keras
Menerpa wajah yang menerawang jauh
Terpukau kilaunya fatamorgana
Membawa angan menembus angkasa

Kemarau ini hantarkan debu
Yang terbawa sapuan bayu
Menyusup ke dalam pori-pori
Bangkitkan halusinasi

Butiran cinta itu bersemi
Menyebar di hamparan hati
Yang kering
Menyerap asmara yang tersisa

Tertatih ku merengkuh
Bermodal energi tak bernutrisi
Merayap ....
Demi seteguk air yang menetes
Coba basahi kerongkongan
Yang hampa
Tapi .... dahaga ini tak terhapus
Oleh cinta tak bermata air

Sabtu, 08 Oktober 2011

PENGUMUMAN PLPG RAYON 15 TAHUN 2011

Bagi peserta PLPG rayon 115 UM Malang, hasil diklatnya bisa dilihat di website htpp://psg15.um.ac.ad.
Selamat bagi yang lulus. Bagi belum lulus dan harus mengulaang jangan putus asa. Tetap semangat!!!
Yang di bawah ini rombongan satu sekolah yang lolos !

605 11050815410848 SUPRAPTI SMP N 1 DOLOPO PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 5
606 11050806210849 MUHAMMAD SARIFUDIN SMP N 1 DOLOPO BAHASA DAERAH 5
607 11050818010850 MAHFUR SMP N 1 DOLOPO MATEMATIKA 1
608 11050806210852 ANGGARWATI SMP N 1 DOLOPO BAHASA DAERAH 5
609 11050809710853 HERY MUROTIBAH SMP N 1 DOLOPO ILMU PENGETAHUAN ALAM 5
610 11050818010854 ABDUL HAKIM SMP N 1 DOLOPO MATEMATIKA 1
611 11050809710856 RINI PURWANDARI SMP N 1 DOLOPO ILMU PENGETAHUAN ALAM 5

Jumat, 07 Oktober 2011

Siswa wajib menguasai satu seni tradisional

Kesenian tradisional merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan. Namun sayangnya minat terhadap seni tradisional tidak begitu banyak. Pendidikan kesenian yang diterapkan di sekolah kebanyakan masih dalam tingkat pengetahuan. Hal ini karena kurangnya sumber daya manusia mumpuni beserta sarana prasarana.
Oleh karena itu perlu upaya lebih intensif agar seni budaya utamanya seni tradisional tetap lestari. Salah satunya dengan mewajibkan anak sekolah menguasai minimal satu seni tradisional. Seni tradional yang dikuasai bisa dalam bentuk membuat atau memainkan alat musik tradisional, tari, seni peran ludruk, ketoprak, dongkrek dsb. Untuk menambah greget, penguasaan seni tradisional itu dinilai dalam ujian praktek sebagai syarat kelulusan.
Sedang keterbatasan tenaga pendidik yang menguasai seni tradisional diatasi melalui kerja sama dengan pihak yang kompeten. Diantaranya para pelaku seni dan pengrajin alat kesenian tradisional. Sekolah, dewan kesenian daerah bersama komite sekolah perlu bahu membahu mendukung program ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kesenian tradisional. Program ini juga sebagai bentuk pendidikan karakter yang kini tengah digalakkan.

Kamis, 06 Oktober 2011

Sholat istisqo’ nasional

Musim kemarau tahun ini lebih panjang dari biasanya. Hampir tidak ada hujan kiriman. Berbagai musibah pun menimpa. Mulai kekeringan, gagal panen hingga kebakaran. Belum ada tanda-tanda hujan segera turun. Jika tidak segera diatasi, akan semakin banyak rakyat menderita. Petani kesulitan menanam, air bersih langka dan penyakit mudah terjangkit.
Jika beberapa waktu lalu marak diadakan istighosah ketika banyak bencana menimpa atau menjelang hajatan nasional seperti pemilu, pilpres atau pilkada, seyogyanya pendekatan kepada Tuhan juga perlu dilakukan ketika kemarau panjang menerpa. Perlu dihimbau kepada seluruh masyarakat untuk memohon hujan dengan menjalankan sholat Istisqo secara nasional.
Dengan sholat istisqo juga sebagai bentuk pengingatan atas segala kesalahan dan agar segera memohon pengampunan dari Alloh. Sehingga Tuhan tidak akan bosan melihat perbuatan manusia yang bangga dengan dosa-dosa (pinjam istilah Ebit). Semoga hujan segera turun, agar petani bisa segera bercoco tanam. Kita juga terhindar dari kelangkaan pangan dan tidak perlu mengimpor beras.

Kamis, 29 September 2011

Tutup rantai yang aman bagi sepeda motor

Sepeda motor keluaran pabrik tentunya dirancang sesuai standar kenyamanan dan keselamatan pengendaranya. Tampilan yang trendy dan sporty menjadi favorit konsumen. Tetapi bila kita cermati lebih seksama, ada spare part sepeda motor produksi sekarang yang belum menjamin keamanan, yaitu tidak memadainya penutup rantai. Berbeda dengan sepeda motor keluaran beberapa tahun lalu yang rantainya tertutup rapat. Sehingga aman ketika berhenti ataupun saat berkendara.

Penutup rantai sepeda motor keluaran terbaru hanya menutup sebagian kecil rantai bagian atas. Dengan kondisi seperti ini bisa membahayakan. Baik ketika berhenti maupun berjalan. Anak-anak yang bermain roda atau rantai tanpa pengawasan bisa terjepit. Ketika berjalan, tali sepatu, ujung celana, selendang bahkan kaki yang dibonceng bisa terjerat rantai. Rantai juga cepat kering.
Untuk itu pihak pabrikan sepeda motor perlu mengubah rancangan sepeda motor dengan memasang penutup rantai lebih rapat. Model dan gaya boleh saja, tetapi keselamatan harus dinomor satukan. Dengan penutup rantai yang aman akan menyukseskan safety riding.

Selasa, 27 September 2011

Komunitas Pria Siaga

Masih maraknya pemerkosaan yang menimpa kaum hawa menjadi keprihatinan kita bersama. Dicipta sebagai makhuk yang mempunyai kelemahan, wanita sering kali mendapat gangguan. Sayangnya perlindungan terhadap wanita belum optimal. Apalagi kesetaraan gender yang didengungkan membuat wanita berkarier di luar rumah lebih banyak. Dan ini justru bisa menganncam keselamatan perempuan itu sendiri.
Untuk itu perlindungan terhadapa wanita harus dioptimalkan. Bagaimanapun wanita akan merasa aman jika ada pria. Kita bisa mencontoh program suami Siaga (Suami Siap Antar Jaga) bagi ibu hamil yang segera melahirkan. Kapan dan di manapun para pria harus melindungi wanita.
Salah satu caranya dengan membentuk Komunitas Pria Siaga (KPS). Para anggota KPS membantu melindungi wanita. Misalnya mendampingi wanita yang pulang malam atau jalan sendiri. KPS membentuk Hotline servis yang siap dipanggil kapan dan di manapun diperlukan bila ada wanita memerlukan pengamanan untuk pulang atau pergi ke suatu tempat. Tentu saja anggota KPS harus di seleksi agar tidak terjadi pagar makan tanaman.

Kamis, 22 September 2011

LOMBA KREASI DAN INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN GURU SMP TINGKAT NASIONAL 2011

LOMBA KREASI DAN INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN GURU SMP TINGKAT NASIONAL 2011

Deadline: 30 September 2011
Tema:
Media pembelajaran untuk menciptakn proses pembelajaran yang efektif , efisien dan mengembangkan karakter peserta didik.

LINGKUP LOMBA
Karya (Media) yang dilombakan merupakan hasil kreasi atau inovasi media pembelajaran atau hasil penelitian, termasuk penelitian tindakan kelas dan lesson study yang melibatkan pengembangan/penciptaan, inovasi, dan pemanfaatan media pembelajaran baik media sederhana atau multimedia untuk pembelajaran mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, dan PKn. Media Pembelajaran tersebut telah digunakan dalam proses pembelajaran dan secara empiris telah memfasilitasi pembelajaran yang efektif, efisien, interaktif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta mengembangkan karakter.

KERANGKA KARYA KREASI DAN INOVASI MEDIA
1. Bagian Awal: halaman judul, halaman pengesahan, surat pernyataan keaslian hasil karya, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, dan abstrak
2. Bagian Inti:
a. Pendahuluan: latar belakang dan tujuan kreasi dan inovasi media
b. Kajian pustaka: kajian teori yang relevan termasuk hasil penelitian sebelumnya, deskripsi rinci media, dan keefektian media dalam meningkatkan mutu pembelajaran
c. Metode
1). Melalui penelitian: jenis, waktu dan tempat, subyek, prosedur penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data (kualitatif dan/kualitatif)
2). Bukan melalui penelitian: langkah-langkah pengembangan, deskripsi penggunaan media, data, teknik dan isntrumen pengumpulan data, teknik analisis data
d. Hasil penelitian dan pembahasan (penyajian data dan analisis hasil penelitian dan pembahasan)
e. Kesimpulan dan saran
3. Bagian akhir: daftar pustaka, lampiran foto media (benda) atau software yang dikembangkan dan data penunjang lain, lampiran biodata peserta

KETENTUAN LAIN
1. Lomba dapat diikuti perorangan atau kelompok guru negeri/swasta seluruh Indonesia
2. Karya lomba berupa hasil penelitian, PTK, dan lesson study 2 tahun terakhir (2010 dan 2011)
3. Peserta lomba hanya mengirimkan 1 naskah sesuai bidang tugasnya
4. Diketik 2 spasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Laporan pada mapel Bahasa Inggris ditulis dalam bentuk bahasa Inggris
5. Panjang karya maksimal 20 hal kertas A4 (Time New Roman 12) tidak termasuk bagian awal dan lampiran
6. Naskah lomba dijilid dan diberi sampul hijau muda (IPA), hijau tua (IPS), biru muda (Bahasa Inggris), biru tua (Bahasa Indonesia), abu-abu (PKn) dan kunng (Matematika)
7. Peserta mengirimkan karyanya ke:
Penitia Lomba Kreasi dan Inovasi Media Pembelajaran Kementrian Pendidikan Nasional
Direktorat Pendidikan Dasar
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
Gedung E. Lantai 16 Kemendiknas
Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan
Telp 021-57900083, 5725685, 57900342
8. Karya (naskah) dapat diterima oleh panitia sejak 1 September 2011 dan selambat-lambatnya 30 September 2011

PENILAIAN
Penilaian babak I (naskah/laporan karya ilmiah): 50 %
Penilain babak II ( presentasi dan wawancara): 50 %

JADWAL
1. Penerimaan karya: 1 – 30 September 2011
2. Penilaian Babak I : 10 – 14 Oktober 2011
3. Pengumuman kontestan yang lolos babak II (melalui surat): 24 – 28 Oktober 2011
4. Penilaian babak II: 15 – 19 November 2011

PENGHARGAAN
Pemenang mendapat hadiah uang dan piagam dari Kementrian Pendidikan Nasional. Pajak ditanggung Pemenang
Biaya transport dan akomodasi selama lomba berlangsung ditanggung panitia

Rabu, 17 Agustus 2011

Angkutan lebaran khusus ibu hamil, menyusui dan balita

Setiap menjelang lebaran angkutan umum menjadi transporatsi favorit masyarakat. Suasana berdesakan dan tidak nyaman tidak lagi masalah. Yang penting bisa pulang kampung. Untungnya sekarang ada pelayanan istimewa bagi perempuan. Dengan adanya gerbong khusus, wanita lebih nyaman dan terjamin keamanannya.

Memperhatikan sisi positifnya, model ini perlu dikembangkan. Yaitu dengan menyediakan angkutan khusus bagi ibu hamil, menyusui dan balita. Karena banyak dijumpai ketika di dalam angkutan umum, ibu-ibu menyusui terpaksa mengeluarkan (maaf) payudaranya di depan umum. Meski dengan perasaan malu, terpaksa dilakukan demi bayinya. Sedang ibu hamil rawan keguguran.

Selain itu perlu juga disediakan angkutan bagi balita bersama orang tuanya. Anak-anak di bawah umur ini biasanya rewel kalau bercampur dengan banyak orang. Dengan berkumpul dalam satu ruang bersama anak sebayanya, mereka akan merasakan seperti di play group. Orang tua dan penumpang lain pun bisa menikmati perjalanan.

Minggu, 14 Agustus 2011

GURU (TIDAK) DILARANG MEMBERI NILAI KURANG

SEBUAH RENUNGAN !

Jangan apriori dulu membaca judul di atas. Memang tidak ada aturan resmi tentang larangan guru memberi nilai kurang kepada siswa. Belum jelas sanksi yang diterima bagi guru yang memberi nilai kurang. Tetapi bapak ibu guru mengalami ada larangan memberi nilai kurang.

Ketika guru memberi ulangan harian, dan ada siswa mendapat nilai kurang, menjadi kewajiban guru memberi remedial. Namun jika beberapa kali siswa tidak mampu memenuhi KKM, apa daya itulah hasil terbaik siswa. Toh dalam kriteria kenaikan yang menjadi wewenang sekolah tercantum, siswa bisa naik kelas jika maksimal terdapat beberapa nilai kurang dari KKM. Suatu kebijakan untuk menolerir batas kemampuan anak multi talenta.

Hingga rapat guru akan menentukan nasib anak yang belum memenuhi kriteria kenaikan. Wajar anak yang nilainya tidak memenuhi syarat apalagi nakal tidak naik kelas. Memberi pelajaran terbaik bagi pendidikan. Tidak hanya kepada anak yang tinggal kelas, tetapi juga yang lain.

Nilai Kurang Bukan Barang Tabu

Namun apa yang terjadi akhir-akhir ini? Setelah formula kelulusan mengakomodir nilai rapor serta nilai ujian sekolah, nilai-nilai kurang itu dianggap tabu bagi pendidikan. Apa sebab? Mudah diterka. Sekolah kuatir, jika nilai rapor dan nilai ujian sekolah rendah, akan banyak anak yang gagal lulus sekolah.
Angka-angka pun bermetamorfosis. Angka-angka kurang yang biasa melekat pada anak berkemampuan rendah lenyap bagai tersapu angin. Kalau secara statistik nilai anak ini biasanya berdistribusi normal, kali ini miring ke kanan. Baik semua. Parahnya ketika diverifikasi dan dilakukan tindakan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kelulusan), biasanya justru anak-anak yang nilainya sangat kurang dan nakal mendapat hibah nilai lebih banyak. Yang belum dipikirkan secara masak, bagaimana tanggapan anak, orang tua atau siapapun, ketika suatu saat membaca nilai anak-anak yang biasanya di bawah standart tiba-tiba melonjak drastis?

Ada cerita, ketika acara menganugrahkan kepada lulusan terbaik, yang tampil sebagai pemuncak sebagian diisi anak-anak yang biasanya langganan remedial dan nakal. Tidak hanya teman, guru atau orang tua, masyarakat awam yang sudah mengenal anak-anak seperti ini kaget. Jangan heran bila ada orang memberi sindiran bahwa guru waktu memberi nilai matanya terpejam. Ini menunjukkan masyarakat awam tidak antipati terhadap nilai kurang. Asal nilai itu diperoleh melalui proses benar dan proporsional dengan kemampuan anak. Jadi nilai kurang bukan barang tabu lagi. Mengapa takut memberi nilai kurang?


Kecurangan sistematis berdampak sistemik

Sementara efek bola salju formula kelulusan UN menggelinding. Sedikit demi sedikit dampaknya terasa. Kekuatiran berlebihan itu menjelma bagai mimpi buruk di siang bolong. Kabar burung yang berhembus, praktek pendongkrakan nilai sekolah ini sudah sampai ke pusat. Wajar sekali jika Kemendiknas nantinya akan memberi sanksi bagi sekolah yang terbukti melakukan kecurangan. Tidak hanya pada saat UN, tetapi juga membandingkan nilai sekolah (NS) dan nilai UN.

Bila terdapat gap quality mmencolok, bisa disimpulkan ada kecurangan. Perbedaan yang terlalu jauh antara NS dan UN menunjukkan pendongkrakan NS tidak wajar. Sekolah yang melakukan hal ini akan diberi sanksi pemotongan anggaran sekolah. Sebaliknya sekolah yang rata-rata UN-nya diatas NS akan diberi intensif (JPNN, 6 April 2011). Belakangan ancaman dipertegas, Kemendiknas akan mendelete nilai sekolah jika dianalisa terjadi pendongkrakan NS. Serta akan menghapus nilai UN siswa yang melakukan kecurangan dalam UN. Kepsek yang ditengarai melakukan kecurangan juga akan diberi sanksi. Dicopot jabatannya. (JPNN/Jawa Pos, 11-4-2011)

Bila sinyalemen pendongkrakkan ini benar, maka dunia pendidikan akan menggali lubang kubur untuk bangsanya sendiri. Semua pihak mengakui bahwa pendidikan adalah invenstasi jangka panjang. Keberhasilan pendidikan tidak bisa dilihat dalam waktu singkat. Panampakan keberhasilan pendidikan dalam bentuk angka sepertinya membuat orang terlena dan terpedaya.

Dampak toleransai kecurangan dan kemudahan kelulusan yang terjadi pada masa lalu saja telah menimbulkan kesan negatif pada siswa. Bapak ibu guru bisa mencermati perilaku siswa. Berapa persen anak yang serius dengan UN? Melihat hasil try out kurang dari syarat kelulusan serta menjelang UN, banyak siswa santai-santai bukan?
Inilah dampak awal sistemik pola kecurangan pelulusan siswa. Jika pendidikan melahirkan lulusan karbitan, republik ini di masa depan akan menerima warisan generasi semu. Generasi tanpa kemampuan sebenarnya. Bagaimana nasib bangsa jika nantinya dipimpin orang yang bukan ahlinya? Kalau manipulasi angka rupiah bisa berujung penjara, bagaimana dengan manipulasi angka rapor atau ujian? Moralitas bangsa semakin tenggelam bak digulung tsunami. Efek sistemik kecurangan dunia pendidikan yang menakutkan.Pelanggaran penilaian

Nilai kurang sebenarnya hal biasa. Namun sering ada ungkapan ketika seorang guru memberi nilai kurang dan ter(di)paksa memberi nilai baik. Berbagai celotehan pun muncul. Guru jangan pelit memberi nilai. Toh nilai bukan dari hasil membeli. Jadi berilah nilai anak yang bagus-bagus. Ibadah kan tidak harus bersedekah dengan harta. Sedekah nilai juga sebagian dari ibadah. Repot juga kalau Tuhan dibawa-bawa hanya untuk urusan nilai. Padahal Tuhan tidak butuh nilai. Tuhan lebih butuh bagaimana seseorang memperoleh nilai dengan jalan yang benar.
Guru pun bisa terpojok bila memberi nilai kurang. Banyaknya anak yang mendapat nilai kurang dianggap sebagai cermin kegagalan pembelajara guru dalam kelas. Kegagalan administratif. Sehingga guru mengambil jurus pamungkas. Daripada repot dan malah dibenci siswa, lebih baik obral nilai saja. Rambu-rambu penilaian sementara (dan seterusnya) dilanggar!

Budaya ABS VS Hati Nurani

Ada budaya yang sulit dihilangkan dalam kehidupan sosial birokrasi kita. Budaya ABS (Asal Bapak Senang). Sajian angka-angka tinggi lebih menarik daripada angka kurang. Sementara dalam hati tahu apa yang terbaik dilakukan. Yang jelas ABS dan hati nurani bagai dua sisi mata uang.

Ingin Selamat (tidak) harus berbuat benar! Pernah mendengar ungkapan seperti ini bukan? Contoh sederhana bisa pembaca lakukan di jalan raya. Kalau pembaca berkendara di jalan raya, kemudian dari arah depan ada kendaran menyalip dan melewati marka jalan. Sedangkan jalan hanya cukup dua lajur dan pembaca merasa di jalur yang benar? Apa yang pembaca lakukan? Kalau pembaca menganut kebenaran, musibah siap menimpa. Tetapi kalau mengalah dengan turun ke tepi, minimal kita tidak tertabrak. Meski kadang terpaksa tersungkur karena terjalnya tepi jalan.

Tidak banyak harapan guru selain menginginkan anak didiknya berhasil. Keberhasilan anak didik yang ditorehkan guru dalam bentuk angka sebagai penghargaan atas jerih payah belajar siswa. Guru akan bangga dan senang bila kerja keras guru mencerdaskan anak bangsa dihargai. Bukan dilecehkan. Tidak ada niatan guru untuk mematikan siswa hanya dengan nilai. Nilai adalah pembeda. Kelak bangsa ini bisa memilih kader terbaik untuk negeri tercinta. Perbedaan kemampuan akan melahirkan kehidupan yang indah.

Memberi hak kepada guru untuk menilai dengan ikhlas merupakan kunci untuk membangun idealisme guru dengan cara yang benar. Guru bukan monster yang tega dengan anaknya sendiri. Guru adalah manusia yang punya hati nurani untuk membuat keputusan dengan bijaksana. Bukan terpaksa dan direkayasa.

Sebagai bawahan di sekolah tentu guru sepatutnya sami’na wa atho’na. Mendengan dan taat perintah atasan. Jadi bagaimanapun idealisme seorang guru, pada akhirnya bisa luntur jika tidak ada pengayomnya. Diperlukan pemimpin pemberani untuk menyampaikan kebenaran walaupun itu pahit. Selama proses pendidikan dilalui dengan kerja keras dan benar hasil terburuk sekalipun harus siap diterima.

Pendidikan Karakter dengan Nilai

Kebenaran harus dijunjung, idealisme tetap dipegang. Sudah satu tahun Pendidikan Karakter Bangsa dicetuskan. Pemberian nilai sesuai rambu-rambu penilaian merupakan salah satu wujudnya. Di hari Pendidikan Nasional tahun ini saatnya kita merenung. Bahwa keberhasilan pendidikan jangan dilihat dari angka-angka. Pendidikan harus tetap berjalan di relnya, jangan terkontaminasi. Pendongkrakan nilai justru membunuh karakter. Tidak hanya siswa tetapi juga guru. Guru akan tersanjung bila nilai guru mampu membangkitkan siswa untuk belajar demi masa depannya dari hasil kerja keras dan belajar mandiri.

Dalam waktu dekat para guru dapat menguji diri. Berapa nilai minimal siswa pada rapor semester genap. Masihkah menggunakan KKM terdahulu, bila nantinya Formula Kelulusan 2011 tetap berlaku? Apa ada kenaikan drastis tanpa menggunakan menggunakan indikator penentuan KKM? Semoga tidak ada pencanagan program : Guru Dilarang Memberi Nilai Kurang! Sebuah renungan untuk merefleksi Pendidikan Nasional.


tulisn ini dimuat di majalah media edisi agustus 2011

Minggu, 07 Agustus 2011

Pondok Pesantren Go to School

Santri go to school

Pondok Pesantren mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter bangsa. Pendidikan di pesantren pun kini tidak hanya kental dengan materi agama. Berbagai disiplin ilmu dan ketrampilan diberikan kepada para santri sebagai bekal, kelak mereka terjun ke masyarakat. Dengan mengusai gabungan ilmu, lulusan ponpes siap go publikl.

Peran pesantren ini bisa lebih dimanfaatkan dengan tidak harus menunggu para santri menyelesaikan pendidikan di ponpes. Seperti halnya para mahasiswa di perguruan tinggi yang melaksanakan KKN dan PPL, para santri perlu juga mengadopsi model ini. Khusus selama bulan suci Ramadan, pondok pesantren memprogramkan Ponpes Go to School.

Karena selama Ramadan sekolah mempunyai hari-hari efektif fakultatif. Waktu ini boleh dimanfaatkan untuk menambah penguasaan ilmu agama. Santri yang mengikuti program ini adalah santri senior, yang penguasaan materinya baik untuk mencegah kesalahpahaman dalam pengajaran. Dengan melakukan PPL di sekolah, para santri semakain terasah kemampuannya. Hal ini sangat membantu sekolah dalam menanamkan pendidikan agama dan budi pekerti. Menyukseskan program pendidikan karakter.

Jumat, 05 Agustus 2011

RAMADAN YANG KURINDU

RAMADAN YANG KURINDU


Satu tahun sudah usia kita bertambah
Satu tahun sudah kita berharap barokah
Mengais rejeki di atas tanah
Buat bekal di yaumul qiyamah

Setahun lalu bulan ini datang
Bulan suci yang slalu di nanti
Saatnya memupuk beribu kebajikan
Berlipat pahala tanpa gangguan setan

Hati bertarung melawan nafsu
Menahan diri redam emosi
Berperang haus dan rasa lapar
Demi menghapus dosa yang kian membesar

Marhaban yaa Ramadan
Bulan istimewa buat manusia
Di lailatul qodar Alloh tlah janjikan
Tuk raih seribu kemuliaan



puisi ini dimuat di majalah media edisi agustus 2011

Rabu, 03 Agustus 2011

Membayar Zakat di Awal Ramadan

Menjadi kewajiban orang muslim yang hartanya sudah memenuhi syarat (1 nisob) membayar zakat harta bendanya setiap tahun sekali. Biasanya para muzaki (orang yang membayar zakat) mengeluarkan zakat di akhir Ramadan menjelang Hari Raya mengikuti pola pembayaran zakat fitrah. Bermaksud agar mereka yang menerima zakat dapat ikut merayakan lebaran. Alasan lain, panitia zakat insidental biasanya juga baru terbentuk di akhir Ramadan. Sehingga apabila ada orang yang membayar zakat lebih awal melalui panitia belum ada lembaga yang mengorganisir.
Pola ini perlu diubah dengan membayar zakat di awal Ramadan. Baik melalui badan amil zakat yang aktif maupun dilakukan sendiri-sendiri. Dengan memberi zakat kepada fakir miskin di awal Ramadan, mereka bisa menjalankan puasa lebih tenang. Tersedia makanan untuk berbuka dan sahur. Bila ada sisa lebih dari zakat yang diterima, sebagian bisa dimanfaatkan untuk lebaran. Agar pembayaran zakat di awal Ramadan bisa terlaksana, lembaga zakat insidental sebaiknya segera di bentuk di awal Ramadan.

Selasa, 02 Agustus 2011

Penyakit AZ

Ingin puasa ada sukses. Tidak mubadzir hanya dapat lapar dan daga? Mudah saja. Hindari kebiasan buruk agar terhindar dari penyakit AZ. Apa itu penyakit AZ. Baca selengkapnya di bawah ini !

A = Angkuh
B = Bohong
C = Cuek
D = Dengki
E = Ejek
F = Fitnah
G = Gosip
H = Hina
I = Ingkar + Iri
J = Jutek
K = Kejam
L = Lupa
M = Marah
N = Nakal
O = Olok-olok
P = Pelit
Q = Qikir
R = Rese’
S = Suka Ngejain
T = Tega
U = Usil
V =Vikiran Buruk
W = Wuruk sangka
X = Xkitin hati
Y = Yang aneh-aneh
Z = Zewot

Senin, 01 Agustus 2011

Berpakaian Muslim selama Ramadan

Selalu ada nuansa berbeda selama Ramadan. Mulai ibadah, jam kerja, makanan, pakaian dan berbagai pernak-pernik Ramadan. Suatu keadaan yang membuat roda kehidupan sedikit berubah. Sekolah, intansi pemerintah dan swasta menyambut Ramadan dengan berbagai kegiatan. Utamanya terkait peribadatan. Semangat beribadah ini diharapkan membawa efek positif. Tidak hanya pada diri yang puasa, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya.

Ada satu hal yang bisa dilakukan untuk mendukung Ramadan, yaitu dengan berpakaian muslim. Dengan berpakaian seperti ini akan mempengaruhi jiwa seseorang. Minimal dengan berpakaian muslim akan menutup aurat. Selain itu juga mencegah orang berpuasa kehilangan pahala puasanya.

Seperti halnya berpakaian batik pada pekan swadesi, dalam Ramadan ini kaum muslimin di sekolah, instansi pemerintah dan swasta dianjurkan berpakaian muslim. Sedang bagi non muslim (utamanya wanita) dianjurkan berpakaian panjang. Ini juga sebagai wujud sikap toleransi antar umat beragama. Sehingga Ramadan akan terlihat semakin indah. Bagi yang puasa bertambah khusuk menjalankan ibadahnya.

Kamis, 28 Juli 2011

TULISAN ANAK SEKOLAH SUSAH DIBACA

Mengajarkan menulis tegak bersambung
Seiring perkembangan teknologi, keindahan ataupun kerapian menulis mulai ditinggalkan. Jarang dijumpai tulisan anak-anak sekarang yang baik dan rapi. Bentuk tulisannya rata-rata huruf tegak tidak bersambung. Itupun tidak sedikit yang sulit dibaca. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengajaran menulis tegak bersambung, seperti pelajaran khusus menulis halus pada jaman dulu. Selain itu bapak/ibu guru jaman sekarang pada waktu mengajar juga sedikit menulis tegak bersambung. Akibatnya para siswa mengikutinya.
Padahal menulis tegak bersambung diperlukan. Misalnya dalam membuat surat lamaran pekerjaan. Dengan menulis bersambung juga dapat membedakan bentuk tulisan seseorang. Dari tulisan pula kepribadian seseorang bisa dibaca.
Oleh karena itu, penulisan tegak bersambung perlu dibudayakan kembali. Para guru, khususnya guru bahasa Indonesia perlu menyelipkan pengajaran menulis tegak bersambung di kelas. Hal ini juga bisa membentuk karakter anak yang rapi, teliti, tekun dan telaten. Kalau tulisan siswa baik, para guru lebih mudah membaca hasil pekerjaan siswa dan mengurangi kesalahan akibat salah baca.

Selasa, 26 Juli 2011

Pendidikan karakter

Pendidikan karakter
1 Religius Sikap atau perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadapa peaksaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap , dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan ptuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghaslkan cara atau hasil baru dari sesatu yang telah dimiliki
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain, dalam meneyelesaikan tugas-tugas
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, da bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan dodengar
10 Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negra di atas kepentingan diri dan kelompoknya
11 Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat yang mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain
13 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dn aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
17 Peduli Sosial Sikap da tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lin dan masyarakat yang membutuhkan
18 Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri , masyarakat, lingkungan (alam, sosial dn budaya0 negara dan TuhanYang maha Esa

Senin, 25 Juli 2011

JANGAN ROBOHKAN SEKOLAH KAMI

JANGAN ROBOHKAN SEKOLAH KAMI

Bangunan itu lama berdiri
Lahirkan insan pembangun negeri
Tak tersentuh kucuran subsidi
Hidup merana diantara gedung tinggi

Sinar surya terobos genting berlobang
Kucurkan air dikala hujan
Sirami lantai yang terkelupas kulitnya
Beri kesempatan masuk perut bumi

Kecipak bunyi kaki langkahi tanah becek
Bentuk kubangan cipta rawa
Jinjing sepatu dari cipratan lumpur
Kalau basah esok terpaksa libur

Gedung tua ini terancam kolaps .... kritis
Berdiri di tempat strategis
Mirip cagar budaya yang menangis
Tunggu incaran kaum borjuis
Di tukar guling tanah dekat kuburan
Hancurkan historis kejar ekonomis
Hapus memori lenyapkan kenangan romantis

Sekolah itu tunggu eksekusi
Tergusur ambisi

Minggu, 24 Juli 2011

ANGKA SEMU

ANGKA SEMU

Bukan karena benci
Bukan karena luka di hati
Tirani itu terlalu tinggi dilampaui
Oleh kaki yang tertanam di bumi
Pisahkan jarak di antara dua batas
Antara asa dan realita
Terpaksa mengkianati diri

Perselingkuhan moral itu begitu kentara
Di depan mata
Membutakan mata
Menulikan telinga

Jeritan kematian nasib belum berkumandang
Namun ait mata telah tumpah
Di atas kemewahan meja
Penentu kebijakan
Angka itu goreskan nilai
Semu!

Sabtu, 23 Juli 2011

Hari Anak Yatim Piatu

Anak adalah aset. Di tangan mereka masa depan bangsa dipertaruhkan. Hanya saja banyak diantara anak-anak ini yang tidak beruntung. Terlahir di keluarga serba kekurangan, tanpa orang tua dan tumbuh tanpa sempat mengenyam pendidikan.. Walau perhatian pemerintah terhadap anak telah diwujudkan dengan menetapkan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli.

Berbagai bentuk kegiatan dibuat dalam rangka HAN. Kebanyakan berupa unjuk potensi anak. Dan kita bisa bangga melihat talenta anak-anak Indonesia setiap ada HAN. Tetapi anak-anak ini masih perlu tambahan perhatian. Terutama anak terlantar dan yatim piatu. Meski sudah dijamin UUD 1945, toh masih banyak anak-anak yang tumbuh kurang asuhan. Keberadaan rumah singgah ataupun panti asuhan belum cukup menampungnya.

Agar lebih fokus terhadap anak-anak terlantar dan yang tidak punya orang tua, perlu penetapan Hari Anak Yatim Piatu. Dengan penegasan ini pemerintah dan masyarakat akan lebih memperhatikan nasib mereka. Tidak sekedar menampilkan keunggulan saja. Memberi perhatian, pembimbingan dan pendidikan akan membekali mereka. Ini merupakan hadiah terindah bagi anak yatim piatu dan anak terlantar sebagai bekal menjemput masa depan.

Jumat, 22 Juli 2011

AYO MENABUNG

Menggiatkan kembali menabung di sekolah
Ada budaya anak sekolah yang mulai menghilang, yaitu menabung. Baik di rumah maupun di sekolah. Uang saku mereka kebanyakan habis untuk jajan. Kalaupun ada sisa, dihabiskan untuk beli pulsa atau nge-game. Selain disebabkan pola hidup di keluarga yang tidak mendidik, sekolah jarang yang memprogramkan tabungan siswa. Ini juga dikarenakan sekolah kuatir disalahkan bila ada penarikan dana dari siswa.
Untuk itulah anggapan seperti ini perlu diluruskan. Pendidikan gratis dan larangan sekolah melakukan pungutan kepada siswa bukan berarti sekolah tidak boleh mendidik siswa hidup hemat. Sekolah berhak mengajarkan kepada siswa hidup hemat dan merancang keuangan untuk hari depannya. Gerakan menabung yang dulu banyak dilakukan sekolah perlu digiatkan kembali.
Agar kegiatan menabung tidak disalahkan gunakan sekolah ataupun guru serta mendidik siswa mengatur keuangan, pengelolaaanya dilakukan oleh siswa. Guru, khususnya wali kelas bertugas mengontrol. Uang yang terkumpul ditabung di bank dengan rekening atas nama siswa. Bunga tabungan digunakan untuk keperluan siswa. Uang yang terkumpul dapat dipakai untuk keperluan siswa yang berkaitan dengan keperluan dan kegiatan sekolah. Tahun ajaran baru, saatnya memulai menabung demi masa depan lebih baik.

Kamis, 21 Juli 2011

Menyelamatkan sekolah swasta

Kedudukan sekolah swasta tidak boleh dipandang sebelah mata. Peranannya cukup besar dalam pendidikan. Dengan adanya sekolah swasta sangat membantu menyerap tenaga kerja, utamanya lulusan perguruan tinggi kependidikan. Sayang, keberadaanya kini mulai terancam. Salah satunya karena kekurangan murid.

Selain disebabkan berkurangnya lulusan dari tingkat sebelumnya, banyak sekolah negeri yang menambah rombongan kelas dan pagu siswa dalam satu rombongan belajar/kelas. Hal ini dapat dilihat pada PSB/PPDB lalu. Tidak sedikit sekolah negeri yang menambah siswa dari batas yang telah ditentukan. Baik sebagai cadangan atau bertajuk bina lingkung (BL). Padahal sudah aturan permendiknas tentang standar pelayanan minimal terkait batas siswa dalam satu kelas. Akibatnya, tidak hanya sekolah swasta, sekolah negeri pinggiran pun ikut terkena imbas. Kekurangan siswa baru.

Seharusnya sekolah negeri tidak perlu ngoyo menambah rombongan belajar atau menambah kapasitas siswa dalam satu kelas. Agar pembelajaran lebih optimal. Siswa yang tidak diterima di sekolah negeri biar melanjutkan di sekolah swasta. Ini juga akan menghemat pengeluaran pemerintah. Karena sekolah swasta lebih mandiri dalam pendanaan.

Rabu, 20 Juli 2011

Uji Ulang Guru Sertifikasi

Lima tahun sudah program sertifikasi guru berlangsung. Guru-guru yang beruntung telah menikmati tunjangan profesi pendidik (TPP). Sementara masih banyak guru belum sempat mengikuti uji sertifikasi. Di sisi lain hasil yang diharapkan dari TPP belum membuahkan hasil memuaskan. Salah satu sebab, kurangnya monitoring dan belum ada uji ulang bagi guru bersertifikasi. Akibatnya guru penerima TPP merasa aman dan nyaman dalam bekerja. Kurang greget meningkatkan profesionalismenya. Ini perlu segera ditangani. Jika tidak, uang rakyat mubazdir.
Agar tujuan sertifikasi dan pemberian TPP sesuai harapan, seharusnya ada uji ulang secara periodik. Seperti halnya tenaga profesional lain. Mobil, kereta api, kapal terbang dan kapal laut saja harus uji ulang, apalagi guru. Hasil uji ualng ditindaklanjuti. Guru yang meningkat kinerjanya, pemberian TPP dilanjutkan. Yang stagnan diberi peringatan dan yang menurun bahkan mangkir kerja, TPP di hentikan sementara. Baru diberikan lagi setelah ada perbaikan. Dengan demikian ada rasa tanggung jawab bagi guru bersertifikasi serta meminimalkan kecemburuan sosial. Kesejahteraan guru semakin baik yang dibarengi peningkatan kinerja dan pembelajaran kepada peserta didik.

Selasa, 19 Juli 2011

Mengajarkan hitung dasar bagi anak sekolah

Memasuki minggu pertama tahun ajaran baru 2011/2012, para siswa mulai pelajaran baru. Para guru di kelas awal (1 SD, 7 SMP, 10 SMA) pasti menemui hal-hal baru dan menggelikan. Mulai belum lancarya baca-tulis hingga lemahnya perhitungan. Tetapi itulah tugas utama guru. Membelajarkan kepada siswa, dari belum bisa menjadi bisa.
Berkaca pada hasil ujian nasional banyak siswa tidak lulus karena lemah di bidang matematika, maka tahun ajarana baru ini merupakan saat tepat untuk memberi bekal dasar matematika, utamanya hitung dasar perkalian. Mudah dijumpai, anak-anak sekarang banyak yang tidak hafal hasil perkalian, hanya untuk bilangan kecil. Karena sistem pendidikan sekarang memang tidak lagi menuntut siswa untuk menghafal. Berbeda dengan jaman dahulu. Jika tidak hafal, pasti dihukum. Dan hasilnya, anak-anak sekolah jaman dahulu pasti jago berhitung.

Oleh karena itu model pembelajaran untuk hitung dasar seperti perkalian harus lebih digalakkan. Para guru matematika perlu mewajibkan anak-anak (utamanya kelas awal) harus hafal perkalian. Minimal mulai 1x1, hingga 9x9. Dengan demikian memperlancar pembelajaran matematika khususnya, dan pelajaran lain yang memerlukan perhitungan.

Senin, 18 Juli 2011

PERMATA HATI

PERMATA HATI
Kecil mungil laksana telur
Waktu keluar dari pusat indung telur
Maklum, waktu itu belum cukup umur
Akhirnya kau lahir prematur

Limabelas hari di dalam boks
Gantungkan hidup dari susu dot
Untung ASI masih bisa disuapkan
Cegah bayi dari bakteri dan kuman

Kala kau pulang ke rumah
Diberi susu formula, bayiku muntah
Ayah ibumu bingung memikirkan
Tuk naikkan berat badan
Kata bidan kamu kurang gizi
Garis beratmu di bawah garis
Bikin hati kian miris
Paksa perbanyak asupan nutrisi

Delapan tahun sudah usiamu kini
Pintar membaca dan mengaji
Orang tuamu bersenang hati
Berkat mu’jizat Tuhan tuk buah hati

Minggu, 17 Juli 2011

Mewariskan Buku untuk Adik Kelas

Buku meruapakan alat utama untuk belajar. Tanpa buku mustahil anak-anak kita bisa belajar dengan baik Untuk hal ini sebenanrnya pemerintah telah menyediakannya. Baik berupa buku sekolah elektronik maupun buku paket lewat BOS buku. Adakalanya buku-buku tersebut mulai rusak dan tidak mencukupi. Biasanya para siswa juga melengkapinya dengan buku penunjang lain untuk meningkatkkan pengetahuannya. Namun menjadi masalah klasik, tatkala buku tersebut belum ada dan kurang sesuai materinya.

Untuk itulah sekolah bisa menganjurkan kepada siswa yang naik kelas untuk menyumbangkan/mewariskan buku pelajaran yang sudah tidak dipakai kepada adik kelasnya. Terutama kepada siswa yang tidak mampu membeli sendiri. Sumbangannya dapat dilakukan melalui perpustakaan sekolah atau langsung kepada siswa. Sehingga buku tersebut lebih bermanfaat. Satu buku berjuta ilmu, berbagi buku akan menjalin persaudaraan.

Sabtu, 16 Juli 2011

TK dan PAUD Full Days School

Gegap gempita tahun ajaran baru tidak hanya terjadi pada pendidikan dasar dan menengah. Meski diwarnai rumor-rumor seputar PSB, seragam, sumbangan, hingga MOS. Berbeda dengan pendidikan taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Pada tingkat pendidikan pra sekolah ini aman-aman saja.

Padahal kalau di cermati biaya pendidikan di TK dan PAUD tidak semurah bila dibandingkan SD-SMP-SMA. Tentunya biayanya beragam, tergantung model pembelajaran dan fasilitasnya. Para orang tua juga tidak banyak protes jika lembaga TK atau PAUD mematok biaya tinggi. Asal putra–putrinya memperoleh pendidikan berkualitas, perlindungan dan dapat berfungsi sebagai tempat penitipan anak mereka. Dikarenakan kebanyakan para orang tua tidak mempunyai cukup waktu untuk mendidik dan mengawasi.

Memperhatikan gejala ini, sebaiknya TK dan PAUD berinovasi dalam proses pendidikannya. Mengemas pola pendidikan full days school. Mengubah nuansa pendidikan beserta penataan ruang seperti di rumah. Sehingga anak-anak merasa menikmati selama berada di TK/PAUD. Belajar dalam nuansa bermain disertai penanaman pendidikan budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan. Dan, jangan memaksa anak untuk menguasai materi di luar masa perkembangannya.

Jumat, 15 Juli 2011

KADER PEDULI SAMPAH DI SEKOLAH

Sampah selalu menjadi masalah. Tidak hanya di kota besar, di lingkup kecil seperti sekolah juga demikian. Kurangnya tenaga kebersihan dan lahan pembuangan menjadi kendala utama untuk membersihkan sampah. Belum lagi beraneka jenis sampah, jika tidak dikelola dengan baik justru membahayakan lingkungan dan manusia itu sendiri. Terutama jenis sampah anorganik.
Untuk menumbuhkan kepedulian lingkungan dari sampah sejak dini dapat dimulai dari sekolah. Jika selama ini penanganan sampah banyak dibebankan kepada petugas khusus / karyawan sekolah, kini perlu didukung oleh siswa. Yaitu dengan membentuk kader peduli sampah Sekolah juga membuat tata tertib terkait sampah dan pengelolaannya. Seperti pengenaan denda bagi siswa yang membuang sampah sembarangan.
Kader peduli sampah ini bertugas untuk mengawasi pelaksanaan aturan tersebut. Jika perlu membantu petugas pembersih sampah usai jam sekolah. Para kader ini juga mengelola sampah, baik untuk dibuat kompos ataupun memilah barang yang tidak terurai seperti plastik untuk dikumpulkan. Kompos yang terkumpul dikemas dan dijual. Sedang plastik dan sejenisnya dijual kepada pengepul barang bekas. Hasil penjualan digunakan untuk kegiatan siswa.

Kamis, 14 Juli 2011

Kotak Peduli di Sekolah

Tahun ajaran baru identik dengan buku, tas, sepatu dan seragam baru. Apalagi bagi siswa baru. Kalau tidak memakai yang baru rasanya kurang afdhol. Tetapi tidak semua orang tua mampu mencukupinya. Hal ini mudah dilihat dari penampilan siswa baru pada awal masuk sekolah. Masih banyak diantara mereka yang memakai sepatu dan tas lama dengan kondisi kurang layak. Seragam yang dibeli di pasaran pun berkualitas biasa.

Kebutuhan pribadi siswa memang menjadi tanggung jawab orang tua. Seragam, tas atau sepatu baru bukan hal utama dalam belajar Hanya saja ini dapat berpengaruh pada kepercayaan diri anak. Sekolah berkewajiban meningkatkan psikologis mereka. Salah satu kiat yang dapat dilakukan adalah dengan membantu anak-anak yang kondisi ekonominya kurang. Bantuan ini digalang dari warga sekolah dengan membuat kotak peduli. Setiap pekan guru, karyawan dan siswa menyisihkan uangnya. Hasil kotak peduli ini dikhususkan untuk membantu siswa. Mulai seragam, buku, termasuk juga biaya transport bagi siswa kurang mampu yang tempat tinggalnya jauh. Dengan kotak peduli ini membelajarkan kepada anak untuk saling tolong menolong, berempati dan bersedekah sebagai amal jariah

Rabu, 13 Juli 2011

ANAKKU MASUK SEKOLAH

ANAKKU MASUK SEKOLAH
Juli ......
Bulan uji nyali
Tuk gantungkan cita-cita tinggi
Bertarung adu nilai

Spanduk baliho pamer fasilitas
Jaring murid cari komuditas
Orang tua lari ke sana ke mari
Ambil formulir untuk diisi
Masukkan data, berharap dapat formasi

Tiap detik hati berdebar
Tiap jam menunggu kabar
Tiap hari berlatih sabar
Tunggu pengumuman
Apakah anaknya masuk daftar

Kabar gembira tubuh gemetar
Tersiar berita : Diterima !!!
Sukses anak tuntaskan WAJAR

Tapi sayang….
Banyak uang harus dibayar
Sisa belanja buat panjar
Cari pinjaman gadaikan motor
Maklum ... bukan orang kantor

Pembayaranpun akhirnya molor
Untung panitia berbaik hati
Uang pembayaran bisa di kredit
Entah kapan bisa dilunasi

Harap badan tak dirundung penyakit
Moga Tuhan tidak pelit
Permudah rejeki tuk cari duit
Meski ekonomi sedang sulit
Nasib … Ooooh nasib.

Selasa, 12 Juli 2011

Satu Siswa Tanam Satu Pohon

Siswa Baru Tanam Pohon

Kelestarian alam menjadi tanggung jawab kita bersama. Kritisnya alam dan perubahan iklim memerlukan penanganan intensif. Pencegahan kerusakan, rehabilitasi hutan, penanaman lahan kritis serta menanam pohon di sekitar kita merupakan langkah jitu agar lingkungan bisa bersahabat dengan manusia. Langkah dini yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada anak-anak sekolah. Seperti yang dilakukan dinas pendidikan Madiun dengan memasukkan Pendidikan Lingkungan Hidup dalam kurikulum sekolah.

Kalaupun bukan sebagai mata pelajaran, gerakan cinta lingkungan hidup dapat dilakukan dengan memanfaatkan momen masa orientasi siswa baru (MOS). Yaitu para siswa diharuskan membawa bibit pohon dan menanamnya di sekolah. Bagi sekolah yang tidak memiliki lahan cukup, pohon ditanam di sekitar sekolah, tepi jalan, lahan kosong atau lahan kritis. Bisa juga anak-anak menanam bunga. Tanaman ini diberi nama penanamnya. Mereka berkewajiban merawat pohon tersebut hingga tanaman itu mampu tumbuh mandiri. Bila perlu hingga mereka lulus. Dengan cara ini akan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian anak terhadap lingkungan. Lngkungan semakin indah dan sejuk. Satu pohon menyelamatkan bumi.

Senin, 11 Juli 2011

MEMBUAT MOS BERKARAKTER DAN HUMANIS

Senin (11/7) lusa tahun ajaran baru 2011/2012 dimulai bersamaan Masa Orientasi Siswa (MOS). Belajar pelaksanaan MOS tahun-tahun sebelumnya yang masih dibumbui kekerasan, hal ini jangan terulang lagi. Perlu penegasan aturan dan pemberian petunjuk MOS yang bersifat lebih humanis.

Kegiatan diarahkan pada pendidikan karakter. Mengajarkan kepada siswa baru untuk menjalin komunikasi positif dengan seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar. Membentuk jiwa disiplin, sopan santun, menghormati, menghargai, berjiwa sosial dan belajar hidup bersama dalam perbedaan. Seperti mengenal guru lebih dekat, bhakti sosial atau menyantuni fakir miskin/yatim piatu.

Dalam pelaksanaan, pengurus OSIS dilibatkan dengan pendampingan dan pengawasan guru secara optimal agar tidak terjadi tindakan negatif. Memposisikan kakak kelas sebagai fasilitator untuk menghilangkan sifat senioritas antar adik dan kakak kelas. Dengan demikian MOS bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan ajang balas dendam. Agar tidak ada korban berjatuhan gara-gara MOS

Minggu, 10 Juli 2011

Razia Barang oleh-oleh dari luar negeri

Dua orang masyarakat awam (Dian dan Randy) berurusan dengan hukum. Gara-garanya ia menjual 2 buah gadget (ipad2) oleh-oleh dari luar negeri (Singapura) yang belum dilegalisasi pemerintah dan tidak dilengkapi buku petunjuk berbahasa Indonesia. Meski mungkin masih banyak lagi warga negara Indonesia (termasuk pejabat/legislatif) yang pulang dari melancong/kunker membawa barang sejenis ini. Hanya saja mereka lolos, sedang 2 orang ini bernasib sial.

Terlepas dari legalisasi barangnya, peristiwa ini mengingatkan kepada kita semua perlunya perlindungan konsumen dan kebebasan mencari penghidupan layak. Karena dengan pasar bebas saja, belum masih banyak produk luar tidak berbahasa Indonesia ditemui di pasar. Begitu juga ketika ada penyedia jasa layanan telekomunikasi (Blackberry) belum membuka perwakilan dan pelayanan produknya, pemerintah juga tidak langsung menindak. Terjadi tarik ulur berkepanjangan.

Jadi kalau kita ingin melindungi konsumen dan menegakkan hukum, semua barang produk luar wajib mencantumkan informasi dan petunjuk dengan bahasa Indonesia. Dan semua oleh-oleh dari luar negeri baik masyarakat umum, pejabat dan legislatif juga dirazia. Adakah yang ilegal. Agar keamanan konsumen terjamin dan penegakan umum bisa adil.

Sabtu, 09 Juli 2011

Helm Bermasker dan Pelidung Dada bagi Pengendara R2

Berbagai upaya untuk menjamin keselamatan pengendara sepeda motor (R2) telah dilakukan. Mulai kewajiban memakai helm standar, berjaket, menyalakan lampu pada siang hari dan kelengkapan sepeda motor itu sendiri. Hal ini terutama untuk melindungi pengendara jika terjadi kecelakaan.

Namun ada yang kurang untuk perlindungan pengendara R2 terkait kesehatan. Yaitu mencegah/mengurangi terjangkit penyakit saluran pernafasan. Baik itu penyakit dalam jangka pendek seperti masuk angin dan infeksi saluran pernafasan atas, hingga kemungkinan menyerang paru-paru. Apalagi memasuki musim kemarau, berbagai penyakit mudah menyerang. Banyak debu pembawa virus beterbangan beserta polutan asap masuk paru-paru kita.

Agar tubuh terlindungi sejak dini, pengendara R2 diwajibkan memakai masker penutup hidung dan pelindung dada. Maskernya bisa terpisah atau melekat dengan helm. Dengan demikian pengendara akan lebih enjoy bernafas saat melaju di jalan raya. Badan tidak mudah masuk angin dan dada tidak terasa sesak.

Jumat, 08 Juli 2011

Refreshing bermanfaat bagi guru

Sebagai PNS guru memang harus bekerja sesuai aturan. Tetapi ada yang membedakan antara PNS guru dan non guru. Jam kerjanya tidak mutlak seperti di kantor 37,5 jam. Selain kewajiban mengajar 24 jam perminggu di kelas, guru masih ditambah tugas lain. Mulai urusan kurikulum, kesiswaan, wali kelas dan seabrek tugas lain. Itu pun sering harus kerja lembur. Belum lagi tugas pokok guru menyiapkan perangkat dan bahan ajar, koreksi, analisa dan membuat laporan. Di kala cuti bersama pun guru dan siswa tetap masuk, karena hari masuk sekolah sudah ditetapkan dalam kelender pendidikan.

Jadi wajar saja jika di kala siswa libur, gurunya juga ikut libur plus piket. Refreshing diperlukan dan akan bermanfaat bagi guru. Aktif dan produktifnya guru di hari efektif atau selama libur sekolah tergantung dari kesadaran dan tanggung jawab guru serta manager sekolah (Kasek). Sesuai dengan managemen berbasis sekolah, sekolah mempunyai otonomi untuk memberdayakan seluruh komponen. Karena di luar cuti hamil dan keperluan khusus, tidak ada cuti khusus guru. Cuti guru dibarengkan dengan libur sekolah. Hanya saja pengawasan, reward dan punishment perlu dioptimalkan untuk memperbaiki kinerja guru.

Kamis, 07 Juli 2011

“RSBI/SBI SATU ATAP”

RSBI/SBI & KUALITAS OUTPUT SEKOLAH

Membangun itu mudah. Tetapi memelihara, mempertahankan apalagi mengembangkan lebih sulit. Apa pun itu. Tak terkecuali pendidikan. Sebenarnya ada perasaan bangga bila melihat semangat pemerintah dan masyarakat yang menggebu hendak memajukan pendidikan. Diantaranya dapat dilihat dari maraknya pendirian PAUD hingga perguruan tinggi. Berbagai atribut sekolah pun ditempelkan. Mulai sekolah plus, terpadu, full day hingga yang paling ngetop saat ini RSBI/SBI.
Tidak tanggung-tanggung, promosi di lakukan. Meski kebanyakan masih memamerkan fasilitas dan jenis kegiatan. Tidak mau kalah dengan anggota DPR, siswa-siswa RSBI/SBI pun diajak study banding ke luar negeri. Diberengi dengan upaya sekolah menjalin sister school. Untuk lebih meyakinkan , bahwa sekolah RSBI/SBI sudah sesuai standar internasional, badan standarisasi mutu manajemen seperti ISO pun dihadirkan. Dengan pendampingan dan pembinaan, akhirnya label ISO diisematkan. Pendek kata, jika sudah ada pengakuan baik masyarakat umum hingga lembaga sertifikasi berskala internasional, sekolah RSBI/SBI tidak perlu diragukan lagi.
Namun ternyata di dalam RSBI/SBI sendiri masih banyak yang tidak percaya diri. Bisa dilihat, berapa banyak yang mau membuka diri kepada masyarakat untuk mengakses informasi ke sekolah. Baik itu terkait hasil belajar anak didik hingga pengelolaan keuangan. Belum banyak yang melakukan. Semestinya dengan fasilitas ICT, hal semacam ini tidak bisa dijadikan alasan belum bisa diaksesnya informasi sekolah dalam rangka akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan pendidikan.

. Di sisi akademik, dengan kemampuan input di atas rata-rata sekolah reguler, semestinya proses dan output yang dihasilkan harus lebih baik dari sekolah lain. Apalah gunanya jika fasilitas dan biaya berlimpah namun proses belajar mengajar sama saja dengan sekolah reguler. Diperlukan koki handal untuk meng-up grade siswa-siswa bertalenta ini. Di tangan kepala sekolah dan guru-guru berkompeten nasib R/SBI dipertaruhkan. Lagi-lagi masalah klasik masih menjadi kendala untuk memacu kesusksesan R/SBI yaitu kualitas pengajar. Terutama pemenuhan guru S2. Karena berdasar evaluasi Kemendiknas, kualitas guru RSBI/SBI menjadi faktor belum suksesnya RSBI/SBI, terutama berkaitan dengan penguasaan bahasa asing. Untuk yang satu ini milyaran rupiah digelontorkan untuk men-S2-kan serta mengkursuskan bahasa asing kepada guru. Sudah cukupkah ini?

Okelah, jika R/SBI sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah, Namun bagaimana jika penyelenggaraannya belum sesuai harapan masyarakat? Menjadi anggapan umum bahwa RSBI/SBI hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berkantong tebal. Bahkan orang tua pun ikut-ikutan latah. Berupaya sekuat tenaga meng-golkan anaknya agar diterima. Tanpa melihat kemampuan dan kemauan anaknya sendiri. Dan sekolah melihat peluang emas ini. Ada yang menambah daya tampung tanpa memperhatkan prospek penyelenggaraan pengajaran di kelas. Akhirnya R/SBI berjalan ala kadarnya. Prestasi dan output dinomorduakan.

Inilah sebagaian yang dilihat masyarakat. Idealisme pendirian RSBI/SBI mulai luntur. Keinginan mengutamakan kualitas sering kali dikalahkan oleh kepentingan dan nafsu. Sekolah RSBI/SBI mulai jual mahal. Seperti pasar bebas. RSBI/SBI menjadi komoditi mahal bagi orang miskin. Yang berprestasi sekalipun. Jamak dijumpai, ketika PSB jalur RSBI/SBI dimulai, deretan angka pada isian sumbangan sukarela menjadi pertimbangan utama. Mengalahkan deretan prestasi, namum berasal dari keluarga tidak mampu.

Berbagai sisi negatif itulah yang akhirnya menjadi pijakan kritikus dan penggiat pendidikan agar Kemendiknas mengevaluasi keberadaan RSBI/SBI yang sudah ada. Belum adanya perangkat hukum tegas yang mengatur pembiayaan atau daya tampung ideal sekolah RSBI/SBI , membuat penyelenggara RSBI/SBI leluasa mengatur besaran sumbangan terpaksa sukarela.

Pada akhirnya ini berdampak keluarnya kebijakan Kemendiknas. Untuk sementara tidak membuka RSBI/SBI baru. Ini hendaknya menjadi pelecut bagi penyelenggara RSBI/SBI untuk membuktikan kualitasnya. Berbagai masukan demi perbaikan mutu R/SBI harus segera ditindaklanjuti. Mulai prasarana, managemen, guru dan pemberian kuota bagi siswa miskin berprestasi. Sehingga pandangan masyarakat terhadap SBI hanya untuk yang mampu terhapus.

Memang, dengan adanya RSBI/SBI gaung dan animo masyarakat terhadap pendidikan semakin tinggi. Para orang tua menggantungkan setinggi langit agar anak-anaknya dapat bersekolah di RSBI/SBI demi masa depannya. Terbentuk penyadaran, bahwa untuk memperoleh hasil pendidikan terbaik perlu pengorbanan. Membutuhkan biaya tinggi yang tidak hanya ditanggung pemerintah tetapi juga tanggung jawab orang tua. Kalaulah terjadi komersialisasi pendidikan pasti ada yang salah. Kesalahan sistem serta belum adanya pengawasan dan aturan yang tegas.

Apalagi hingga kini tindak lanjut lulusan SBI masih sama dengan sekolah reguler. Belum ada jalur khusus, dari SMP RSBI/SBI ke SMA RSBI/SBI. Tidak jarang kualitas/nilai UN lulusan RSBI/SBI masih kalah bersaing dengan lulusan sekolah lain. Jika terjadi seperti ini keberadaan R/SBI belum menunjukkan hasil memuaskan.
Agar lulusan SBI lebih terarah kelanjutannya perlu dibuat sekolah SBI linier / satu atap, SD-SMP-SMA. Dengan SBI satu atap, pengelola dapat membuat kurikulum berkelanjutan. Para siswa dan guru tidak terlalu banyak membuat matrikulasi kepada siswa baru. Jika menerima siswa baru dari luar SBI satu atap, terlebih dahulu diadakan seleksi dan matrikulasi materi. Sebaliknya, siswa RSBI/SBI yang tidak memenuhi standar, diharuskan melanjutkan di sekolah lain. Guru-gurunya pun diseleksi dan dipilih yang mumpuni, utamanya bahasa dan penguasaan materi. Dan yang lebih penting, siswa jangan dibebani biaya yang memberatkan. Agar harapan pendidikan berkualitas untuk semu tidak sekedar mimpi.

Tulisan ini dimuat di majalah Media Dinas Pendidikan prop Jatim edisi juli 2011

Rabu, 06 Juli 2011

Pendidikan IT bagi perangkat desa

Administrasi desa merupakan modal dan kunci pengambilan keputusan. Untuk desa tersebut hingga nasional. Sering terjadi, pendataan untuk suatu program terjadi ketidak akuratan. Karena tidak tertib dan sistem administrasi desa yang kacau. Sehingga pelayanan kepada masyarakat tidak optimal.

Hal ini bisa diatasi dengan penataan dan pengaturan administrasi terpadu, tertib, cepat dan akurat. Salah satunya dengan menerapkan teknologi informasi. Tentunya ini memerlukan perangkat dan operator mumpuni. Sayangnya belum banyak desa menggunakan cara ini.

Untuk itu, bagi desa yang belum menerapkan IT dalam pengadministrasiannya perlu segera dipenuhi. Perangkat beserta kepala desa dilatih pengoperasian IT. Dan bila ada perekrutan perangkat desa baru, seyogyanya juga diberi persyaratan harus menguasai IT. Dengan demikian administrasi desa semakin baik. Masyarakat terpuaskan, data desa bisa sebagai acuan untuk kepentingan apapun, mulai pemerintahan desa hingga pusat.

Senin, 04 Juli 2011

Rok Panjang Bagi Anak Perempuan

Saat ini penerimaan siswa baru tengah berlangsung. Dalam rangkaian PSB ini biasanya sekolah juga sudah menyiapkan tata tertib sekolah terkait seragam. Entah nantinya dikoordinir atau bebas membeli di luar, sekolah sudah menentukan model seragamnya.
Khusus seragam perempuan, rata-rata sekolah membuat model rok pendek, yang penting panjangnya di bawah lutut. Seiring pertumbuhan anak utamanya siswi SMP/SMA, dalam waktu tidak terlalu lama panjang rok sudah di atas lutut. Dan ini tidak baik bagi para siswi. Baik itu dari segi estetika, etika atau keamanan.

Untuk itu sekolah seyogyanya membuat aturan seragam rok anak perempuan dibuat panjang hingga mata kaki. Modelnya bisa seperti rok pada umumnya atau dibuat model celana. Hal ini akan lebih menjaga martabat dan keamanan siswa perempuan. Mereka juga lebih bebas dan energik beraktifitas, baik di perjalanan maupun dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Minggu, 03 Juli 2011

Pendidikan wira usaha bagi PNS

Besarnya PNS yang mencapai 4,7 juta menimbulkan kekuatiran. Utamanya dalam penganggaran, mulai gaji, asuransi dan dana pensiun. Hal ini memunculkan wacana dilakukannya pengendalian pengangkatan PNS/honorer, mengoptimalkan kinerja PNS, pegawai sistem kontrak bahkan rasionalisasi dalam konteks reformasi birokrasi.
Dan rasionalisasi dianggap yang paling menakutkan bagi PNS. Jika rasionalisasi dilakukan akan berdampak buruk pada diri PNS yang tidak siap. Dikuatirkan terjadi gangguan kesehatan, kejiwaan ataupun post power syndrom. Pasca dirasionalisasi, mungkin saja PNS bingung melakukan aktifitas baru dan tidak bisa mengoptimalkan pesangon.

Oleh karena itu kepada para PNS perlu diberikan pendidikan wira usaha. Sehingga kelak setelah pensiun atau jika sewaktu-waktu terkena rasionalisasi bisa mandiri bahkan membuka lapangan kerja baru. Disamping itu pendidikan wira usaha juga akan membangun etos kerja selama menjadi PNS. Dengan wacana ini minimal sebagai pelecut PNS untuk meningkatkan profesionalisme dalam bentuk kedisiplinan dan kinerja.

Jumat, 01 Juli 2011

Polisi Khusus Sungai

Polisi Khusus Sungai
Lagi-lagi korban berjatuhan di sungai. Sebuah perahu penyeberangan di aliran bengawan Solo tenggelam Ini bukan kali pertama terjadi. Berkali-kali musibah tenggelamnya perahu di sungai, danau dan laut. Rata-rata penyebabnya karena kelebihakn muatan dan kondisi perahu yang tidak layak.

Berbeda dengan angkutan penumpang di jalan raya atau di perairan laut. Di sana pengecekan kelayakan perahu dan operasi penertiban sering dilakukan. Sedang untuk angkutan sungai jarang. Oleh karena itu demi keselamatan pengguna transportasi sungai dan danau, perlu pengawasan ketat dan operasi rutin. Salah satunya dengan menempatkan dan mengoptimalkan polisi khusus sungai. Para petugas ini harus sering melakukan operasi rutin terutama terkait standarisasi kelayakan operasi perahu. Serta mengawasi batas maksimum muatan. Bagi perahu yang melanggar ditilang dan yang tidak layak operasi dilarang beroperasi. Agar jangan terjadi lagi musibah di sungai karena kelalaian manusia itu sendiri.

Kamis, 30 Juni 2011

Batas jalan dari beton

Kepatuhan pengendara kunci tertib dan selamatnya pemakai jalan. Pemberian rambu-rambu lalu lintas sangat membantu para sopir, terutama di jalur-jalur berbahaya. Seperti di tikungan, jalan lurus jalur cepat, tanjakan dan turunan tajam. Dengan adanya batas marka jalan sebenanrnya mencegah sopir saling mendahului. Namun karena kebanyakan marka jalan itu berupa garis, tidak sedikit yang melanggar. Merasa tidak ada yang mengawasi, para sopir melanggarnya. Akibatnya kecelakaan pun sering terjadi karena melanggar marka, terutama di tikungan. Kehati-hatian pemakai jalan yang satu dicelakakan oleh kecerobohan pengendara lain.

Pelanggaran dan musibah karena melanggar batas jalan terutama di tikungan serta jalan rawan kecelakaan dapat diminimalkan dengan cara membuat pembatas jalan berbentuk bangunan. Misal dari beton. Dengan demikian sopir tidak akan melintasinya. Pembatas beton ini juga perlu di bangun di jalur cepat. Karena di situ juga para sopir sering menggeber kendaraannya secara maksimal laksana adu balap. Dengan batas beton jalan akan terbagi menjadi dua jalur dan mencegah saling salip melewati batas.

Rabu, 29 Juni 2011

TERJEBAK

TERJEBAK
Terpuruk
dalam kubangan kotor
berbalut lumpur
pekat
terjebak dalam permainan
lingkaran setan

tubuh ini lunglai
tulang-tulang layuh
tak mampu sangga
dari tekanan dan godaan
tubuh ini butuh suplemen

Selasa, 28 Juni 2011

Sekolah Unggul Tanpa Label

Sekolah Unggul Tanpa Label
Sekolah bemutu identik dengan biaya mahal disertai label mentereng. Mulai yang bernama (R)SBI, full day, terpadu, sekolah unggulan, dan sebagainya, disertai dengan nama-nama berbau asing. Mereka yang sekolah di sekolah unggul itupun masih dilengkapi atribut khusus ciri khas sekolah. Meski itu hak mereka, namun hal itu bisa membuat eksklusifisme kepada anak didik.
Akibatnya sekolah-sekolah lain berlomba membuat sekolah andalan dengan model yang berkiblat sekolah unggul yang sudah ada. Akhirnya sekolah jual mahal, seakan merasa dengan atribut yang disandangnya sudah menjadi jaminan kualitas proses pembelajaran dan lulusannya. Ini yang mengakibatkan pendidikan berbiaya tinggi.
Untuk itu sekolah yang membuat program unggulan sebaiknya tidak perlu memasang label tambahan. Yang utama sekolah membuat dan melaksanakan program sebaik mungkin sesuai misi dan visi sekolah serta mengadopsi kurilulum sekolah terbaik, entah dari dalam maupun luar negeri. Sehingga tanpa label tertentu sekolah tidak akan mematok biaya tambahan pendidikan yang memberatkan orang tua.

Senin, 27 Juni 2011

SATU PERUSAHAAN SATU ANAK ANGKAT

Hari-hari ini orang tua sibuk mencarikan sekolah untuk putra-putrinya. Bagi orang tua mampu biaya tidak menjadi masalah. Mereka leluasa menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang ia mau. Baik negeri maupun swasta. Sedang orang tua pas-pasan harus berjuang, bersaing memperebutkan kursi berbekal nilai anaknya. Itupun masih diiringi perasaan cemas. Jika nantinya diterima, bagaimana biaya untuk membelikan seragam sekolah, alat tulis menulis serta biaya operasional sehari-hari.
Karena program pendidikan gratis memang baru untuk biaya operasional siswa di sekolah. Sedang biaya pribadi menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Sementara banyak orang tua siswa yang penghasilanya hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Jika ini tidak mendapat empati dari yang lain, dikuatirkan nantinya banyak siswa putus sekolah. Apalagi jika yang drop out itu siswa berprestasi. Kita semua merugi.
Untuk itu perlu digaungkan dan digiatkan kembali pola kemitraan orang tua asuh. Baik itu dari kalangan perorangan ataupun, perusahaan ataupun badan usaha. Setiap perusahaan di daerah wajib menyisihkan keuntungannya untuk memberi beasiswa kepada anak kurang mampu utamanya berprestasi di daerah sekitarnya. Dengan demikian perusahaan untung, pendidikan anak tertampung

Minggu, 26 Juni 2011

Koin untuk TKI yang terancam hukuman

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pepatah untuk menggambarkan nasib para TKI kita yang kini berada dalam ancaman hukuman. Beratnya beban kerja, cemoohan, cacian, tidak digaji bahkan siksaan menyelimuti mereka. Dan ternyata tidak sedikit TKI yang terancam hukuman mati. Jika tidak ada pendampingan bantuan hukum beserta uang denda, nyawa TKI ini berada diujung tanduk.

Minimnya perlindungan hukum dan empati kepada TKI yang terancam hukuman ini membuat mereka dan keluarga hanya pasrah. Menunggu mukjizat. Kalau tidak ada kepedulian kita bersama siapa lagi yang akan menolong?

Masih terngiang dalam ingatan kita, ketika ada gerakan pengumpulan koin untuk Prita dan yang lain. Dengan model ini ternyata lebih membawa hasil. Untuk itu gerakan pengumpulan koin untuk TKI yang terancam hukum perlu digerakkan lagi. Dengan koin ini kita mencoba mengetuk hati untuk menolong sesama. Sebagai biaya pendampingan hukum dan membayar denda.

Sabtu, 25 Juni 2011

Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) Ke-19 Tahun 2011

Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) Ke-19 Tahun 2011
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan AJB Bumiputera 1912 akan menyelenggarakan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) Ke-19 Tahun 2011. LKIG adalah ajang lomba kreativitas bagi guru dalam upaya pengembangan proses pembelajaran guna mempermudah pemahaman ilmu pengetahuan bagi para peserta didik.
TINGKAT DAN BIDANG LOMBA
* Guru SD/sederajat: umum (salah satu pelajaran)
* Guru SMP/sederajat dan SMA/sederajat: 2 Bidang yaitu Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan(IPSK) dan Bidang Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Teknologi (MIPATEK)
RANGKAIAN KEGIATAN
18 Agustus 2011 : Registrasi Peserta
19 Agustus 2011 : Presentasi Finalis
20 Agustus 2011 : Audiensi dan Malam Penganugerahan Pemenang
21 Agustus 2011 : Kepulangan Peserta
HADIAH
Piala dan Piagam Penghargaan dari LIPI dan Uang Tunai dari AJB Bumiputera 1912
Hadiah I : Rp 12.000.000,-
Hadiah II : Rp 10.000.000,-
Hadiah III : Rp 8.000.000,-
PERSYARATAN
1. Peserta adalah guru yang mengajar pada lembaga pendidikan formal.
2. Belum pernah menjadi pemenang LKIG dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
3. Sistematika Penulisan : Abstrak, Pendahuluan, Metodologi, Isi/Pembahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
4. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, diketik HVS A4, berjarak 1½ spasi dengan jenis huruf Arial ukuran 11.
5. Karya ilmiah harus asli (bukan jiplakan/plagiat) dan belum pernah/sedang diikutsertakan dalam lomba sejenis tingkat nasional.
6. Jumlah halaman karya ilmiah maksimal 25 halaman (termasuk sketsa/gambar/foto).
7. Melampirkan rekomendasi Kepala Sekolah dan Daftar Riwayat Hidup serta mencantumkan alamat dan nomor telepon/fax kantor/rumah/HP yang mudah dihubungi.
8. Karya ilmiah sebanyak 4 eksemplar (1 asli, 3 fotokopi) dan softcopy (CD) diterima panitia paling lambat tanggal 13 Agustus 2011.
9. Pada pojok kiri atas sampul ditulis tingkat dan bidang lomba yang diikuti.
10. Warna sampul karya ilmiah : SD (merah), SMP Bidang IPSK (kuning), SMP Bidang MIPATEK (biru), SMA Bidang IPSK (hijau), SMA Bidang MIPATEK (oranye).
11. Karya ilmiah dan alat peraga yang diperlombakan menjadi milik panitia.
12. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.
Informasi lebih lanjut:
Panitia LKIG ke-19 2011
Biro Kerjasama dan Pemasyarakatan IPTEK LIPI
Sasana Widya Sarwono Lt.V
Jl. Jend Gatot Subroto 10
Jakarta Selatan 12710
Telepon 021-52920839/021-5225711 Psw.273,274, dan 276
Fax. 021-52920839/021-5251834
http://www.lipi.go.id

Jumat, 24 Juni 2011

Asuransi Pertanian Bagi Petani

Nasib petani tak kunjung lepas dari cobaan. Musim penghujan yang berlangsung hampir sepanjang tahun waktu lalu menjadi harapan petani untuk menanggung keuntungan. Namun apa daya, serangan hama wereng membuyarkan impian petani.

Dan bukan kali ini saja petani mengalami gagal panen. Bencana alam, kekeringan atau serangam hama penyakit menghantui nasib mereka. Berbagai kesulitan seolah melekat pada petani. Mulai sulitnya mendapatkan pupuk, masalah air, murahnya hasil panen hingga gagal panen.

Untuk itu petani perlu mendapat perlindungan. Salah satunya berupa asuransi pertanian. Para petani yang mengikuti program asuransi mendapat bantuan dana, pembinaan, penampungan hasil panen beserta jaminan harga penjualan yang layak. Biaya asuransi diambilkan dari keuntungan yang diperoleh. Sehingga antara petani dan penjamin asuransi terjalin simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Pemberi jaminan menerapkan pola asih, asah dan asuh kepada petani demi keberlangsungan ketahanan pangan nasional

Kamis, 23 Juni 2011

Uji kelayakan Bahasa bagi TKI

Derita TKI terus membayang. Mulai diterlantarkan, tidak digaji, penyiksaan hingga tewas dipancung. Berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing maupun keselamatan TKI belum membuahkan hasil memuaskan. Para biro penyedia jasa TKI seakan hanya berlomba mengekspor sebanyak mungkin TKI. Itupun banyak yang bekerja di sektor non formal.

Dampaknya cukup terasa. Meski pahlawan devisa ini digemari orang manca, namun penghargannya terlalu murah. Belum lagi kemampuan bahasa asing TKI masih rendah. Hal ini cukup merugikan nilai daya saing TKI. Dan yang lebih berbahaya lagi, jika penguasaan bahasa rendah mengakibatkan TKI kita tidak bisa bekerja dengan optimal. Bisa jadi kesalahpahaman bahkan ketidak mengertian TKI dengan perintah dari atasan/tuan rumah tempat mereka bekerja. Ujung-ujungnya mereka kesal dan berbuat negatif dengan para TKI.

Untuk itu pemerintah harus membuat aturan tegas terkait penguasaan bahasa asing. Para calon TKI wajib diuji kelayakan penguasaan bahasa asing. Para biro pengerah TKI wajib memberikan pembimbingan khusus terkait bahasa hingga TKI berhak memperoleh sertifikat penguasaan bahasa sejenis TOEFL. Dengan demikian daya saing, penghargaan dan keselamatan TKI lebih terjamin.

Rabu, 22 Juni 2011

Kenangan rombel 27




PLPG gelombang I tanggal 12 -21 Juni 2011 telah berakhir. Berbagai ilmu, pengalaman dan kenangan diperoleh. Yang penting program ini tidak sekedar memberikan cap. bahwa guru sudah memperoleh legalitas sebagai guru profesional dan berhak memperoleh tambahan tunjangan penghasilan. Yang terpenting seorang guru harus mampu membelajarkan anak kepada anak didik untuk menjadi yang terbaik.
Baik yang tidak bisa diukur hanya dari angka-angka. Membentuk anak yang jujur, berakhlak mulia, trampil, tahan uji, mempunyai jiwa pejuang yang tak kenal menyerah, beriman dan bertaqwa merupakan idaman semua orang. Semoga PLPG merupakan awal untuk melangkah menuju cita yang di damba. semoga.

Minggu, 12 Juni 2011

JADWAL PLPG 2011 di PSG Rayon 15

PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) kuota 2011 untuk guru-guru di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional yang ada di wilayah kerja PSG Rayon 15 akan segera dilaksanakan. Peserta PLPG tahun ini sebanyak 10078 guru kuota 2011 dan 19 guru kuota luncuran 2010. Menurut rencana, PLPG akan dilaksanakan dalam 10 tahap, setiap tahap memakan waktu 10 hari. Semua tahapan akan dilaksanakan di sejumlah hotel di kota Batu, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Rincian tahapannya adalah sebagai berikut:
Tahap Waktu Jumlah rombel Peserta
1 12 Juni – 21 Juni 2011 31 Guru Kelas PAUD, Guru Kelas SD, Guru Kelas SLB, Penjaskes SD, Bahasa Inggris SMP, Matematika SMP
2 22 Juni – 1 Juli 2011 40 Guru Kelas PAUD, Guru Kelas SD, Guru Kelas SLB, Penjaskes SD, Matematika SMP, Bahasa Inggris SMP, Bahasa Indonesia SMP, IPS SMP, Pend. Kewarganegaraan SMA-SMK
3 5 Juli – 14 Juli 2011 31 Guru Kelas PAUD, Guru Kelas SD, Penjaskes SD, Bahasa Indonesia SMP, Pend. Kewarganeraan SMP, Bahasa Daerah SD/SMP, Biologi SMA/SMK, Fisika SMA/SMK, Kimia SMA/SMK
4 15 Juli – 24 Juli 2011 34 Guru Kelas PAUD, Guru Kelas SD, Penjaskes SD, IPA SMP, IPS SMP/SMK, Bahasa Indonesia SMA/SMK, Bahasa Arab SMA
5 25 Juli – 3 Agustus 2011 47 Guru Kelas PAUD, Guru Kelas SD, Penjaskes SD, Bahasa Indonesia SMP, BK SMP, Matematika SMP, IPA SMP, Pend. Kewarganeraan SMP, TIK SMP, Bahasa Daerah SMP/SMA/SMK, Bahasa Inggris SMA/SMK, Matematika SMA/SMK, IPA SMK, Akuntansi SMA/SMK, Tata Boga SMK, Tata Busana SMK, Seni Budaya & Kerajinan SMA/SMK, Otomotif SMK
6 7 Agustus – 16 Agustus 2011 38 Guru Kelas PAUD, Guru Kelas SD, Penjaskes SD, BK SMP, Seni Budaya SMP, Keterampilan SMP/SMA, BK SMA/SMK, Bahasa Jerman SMA, Geografi SMA, Sosiologi SMA, Bahasa Inggris SMA/SMK, Kimia SMA/SMK, Ekonomi SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, TIK SMA/SMK, Akuntansi SMA/SMK, Administrasi Perkantoran SMK, Kewirausahaan SMK, Pemasaran SMK, Teknik Permesinan SMK, Teknik Bangunan SMK, Teknik Elektro & Elektronika SMA/SMK
7 18 Agustus – 27 Agustus 2011 26 Guru Kelas PAUD, Guru Kelas SD, Penjaskes SD, Bahasa Daerah SMP, Seni Budaya SMP, Fisika SMA/SMK, Kimia SMA/SMK,
8 8 September – 17 September 2011 20 Guru Kelas SD, Penjaskes SD, Penjaskes SMP
9 18 September – 27 September 2011 13 Guru Kelas SD, Penjaskes SMP, Penjaskes SMA/SMK
10 28 September – 7 Oktober 2011 11 Guru Kelas SD, Penjaskes SMA/SMK
Beberapa hal yang sering dipertanyakan, kami tegaskan lagi:
1. Pembagian rombel tidak mempertimbangkan kota tertentu, bisa jadi satu rombel pesertanya campuran dari beberapa kota sekaligus. Peserta dari satu kota pun bisa terpanggil dalam beberapa tahap, menyesuaikan dengan bidang studi dan kapasitas kelas yang ada (ilustrasinya, bila ada 500 guru kelas SD dan hanya bisa mengakomodasi 100 guru dari kota tertentu, tentu sisanya di tahap-tahap berikutnya)
2. Peserta diminta membawa: rancangan RPP (3 RPP), silabus, bahan ajar, media (yang sesuai dengan RPP yang dibuat), dan proposal PTK. Untuk Guru BK ditambah dengan Laporan Pelayanan BK. Silahkan nanti dibaca di surat undangan yang selalu dibuat setiap tahapnya.
3. Peserta harap membawa pakaian yang cukup dan obat-obatan (bila mengalami gangguan kesehatan). Kami hanya menyediakan obat-obatan umum serta layanan pengantaran ke rumah sakit terdekat (biaya yang timbul ditanggung oleh peserta sendiri).
4. Cuaca kota Batu cukup dingin, apalagi saat ini yang lebih dingin dari biasanya. Mohon juga membawa pakaian yang tebal (jaket, sweater, dan sejenisnya).
5. Bila peserta berhalangan (misal sakit, naik haji, umroh, menikahkan putranya, dsb), harap mengirimkan surat ke PSG Rayon 15 (melalui pos atau di-fax, alamatnya bisa dilihat di sisi kanan atas halaman ini) dengan diketahui setidaknya kepala sekolah dan melampirkan bukti yang mendukung (surat dokter, bukti haji, dsb). Bila surat dikirimkan ke Dinas Pendidikan setempat, mohon ditembuskan juga ke kami. Kami usahakan untuk menempatkan pada tahap berikutnya bila mungkin atau pada tahun berikutnya bila bidang studinya sudah tidak diadakan lagi.
6. Pada buku 4 panduan sertifikasi guru disebutkan “guru membawa laptop”. PSG 15 tidak meminta guru membawa laptop, tetapi tidak melarang bila ingin membawanya. Kami khawatir tidak bisa memenuhi yang terkait dengan itu (misalnya listrik). Tentu saja hal-hal yang terkait dengan penggunaan laptop menjadi tanggungan guru sendiri (misal kabel, kertas, pencetakan, dsb), dan pengamanannya menjadi tanggung jawab masing-masing pembawa.
7. PLPG hanya dilaksanakan di kota Batu, karena ada isu yang menyatakan bahwa PLPG diadakan di luar Malang / Batu.
8. Undangan / daftar nama peserta tiap tahap selalu kami tayangkan di web ini 7-10 hari sebelum pelaksanaan tiap tahap, dan juga kami kirimkan ke masing-masing kantor Dinas Pendidikan melalui surat dan fax. Bila nama bapak/ibu belum ada, berarti bukan pada tahap itu. Harap bersabar.

Jelang Akhir Dunia

BACALAH

Bacalah!!!
perintah dari langit turun ke bumi
pada seorang manusia terpilih
dibawa malaikat tuntun umat
arahkan kebaikan selamat dunia akhirat

lima belas abad titah baca itu tersiar
menggema ke seantero jagad bundar
tuntún manusia capai prestasi
kadang
lupakan diri sujud pada Ilahi

bacalah rotasi hidup
yang gulirkan nasib dalam lingkar pergulatan
amati polah manusia
yang ia kira hidup selamanya

lihatlah sekeliling
bacalah tanda-tanda peradaban dunia
ayat-ayat Tuhan sudah tunjukkan
akhir dunia tunggu tiupan

Sabtu, 11 Juni 2011

“BOS MODEL BLT”

Sesuatu yang gratis sering berkonotasi dengan kualitas buruk. Seperti ungkapan ada harga ada rupa. Tanpa uang jangan harap mendapat pelayanan terbaik. Akankah pendidikan gratis juga demikian? Kita tidak boleh apriori. Malah sebaliknya, dengan BOS seharusnya anak lebih terpacu berprestasi. Karena fakta menunjukkan, dengan BOS banyak anak bangsa terbantu pendidikannya.
Hanya saja, di sana-sini masih terdengar kabar miring. Peruntukan BOS tidak tepat sasasaran dan waktu pencairan. Malah ada yang diselewengkan. Malah ada yang akhirnya harus berurusan dengan hukum. Hal ini yang akhirnya menimbulkan pertanyaan. Sekolah atau sistem yang salah? Ketika sekolah membelanjakan anggaran tentunya menggunakan rambu-rambu yang ada. Jadi kalau tetap salah berarti ada miss. Perbedaan tafsir terhadap kalimat yang tertera pada buku panduan penggunaan BOS antara sekolah dengan manager BOS ataupun pihak inspektorat.
Banyak contoh temuan yang membuat sekolah kelimpungan. Ketika Badan Pemeriksa Keuangan melakukan pengawasan, pihak BPK berpegangan dan menerjemahkan secara kaku apa yang tersurat pada buku panduan BOS. BPK tidak mau tahu dengan aplikasi riil di lapangan. Misalnya, banyak kegiatan siswa tidak bisa di spj-kan. Distribusi BOS baru dengan proporsi 30% untuk barang modal, 50% belanja barang dan jasa dan 20% untuk transport dan honor nampaknya juga mempersempit gerak sekolah menerapkan manajemen berbasis sekolah. Bagaimana jika sekolah (negeri dan swasta) mempunyai banyak GTT/PTT dan bukan tenaga honorer ber-SK Bupati/Walikota? Hanya tergantung dari honor sekolah lewat BOS? Rasanya para GTT/PTT ini harus siap gigit jari atau di-PHK massal karena terbatasnya dana untuk honor. Atau terpaksa bertahan dengan honor seadanya sambil menunggu kebijakan baru, syukur masuk data base.
Sekolah pun kadang terpaksa ngutang. Disebabkan belum bisa mencairkan dana BOS karena spj belum rampung. Bendahara masih mengotak-atik angka agar spj-nya klop. Bendahara bekerja ekstra menyelesaikan pertanggungjawabannya kalau tidak mau kena semprit. Ancaman Kemendiknas memotong anggaran pendidikan bagi daerah yang terlambat menyalurkan BOS menambah beban psikologis pengelola BOS. Untuk memperoleh pendidikan gratis ternyata harus ditempuh melalui jalan berliku. Subsidi pendidikan benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Bagaimana jika sanksi Kemendiknas itu benar-benar diterapkan? Siapa yang disalahkan? Akanakan subsidi pendidikan tergerus hanya gara-gara keterlambatan administrasi? Ini berarti menciptakan subsidi bermata dua. Berniat membantu tetapi mempersulit kinerja di lapangan.
Maka tidak aneh, ketika Kemendiknas memwarning daerah yang belum menyalurkan BOS akan diberi sanksi, banyak daerah protes. Selaian mepetnya sosialisasi, rumitnya administrasi menjadi alasan utama pemerintah yang lambat menyalurkan BOS keberatan. Jika diberi sanksi pemotongan anggaran pendidikan pada tahun depan. Protes yang akhirnya ditanggapi Kemendiknas dengan memberi pendampingan kepada daerah.
Terkait subisidi pendidikan dalam bentuk BOS itu sendiri, sebenarnya masih perlu dikaji lagi. Efek pendidikan gratis dengan BOS tidak mendidik masyarakat. Menghilangkan tanggung jawab masyarakat, terutama orang tua mampu. Subsidi hanya untuk yang benar-benar tidak mampu setidaknya perlu menjadi pijakan. Seperti halnya listrik dan BBM. Kalimat di depan bahwa untuk memperoleh sesuatu yang bagus tetap perlu dana ada benarnya. Dan pendidikan bisa meniru apa yang dilakukan pemerintah ketika menaikkan harga BBM. Bagi warga tidak mampu diberi Bantuan Langsung Tunai (BLT). Sedang yang mampu tetap harus mengeluarkan biaya. Hanya saja karut marut seputar BLT kala itu perlu menjadi perhatian.
Yaa, BOS model BLT adalah alternatif pembiayaan pendidikan berkualitas untuk semua. Yang kurang mampu terbantu, yang mampu mempunyai tanggung jawab berbagi dengan sesama. Dengan BOS model BLT, setidaknya sekolah berkurang beban kerja dan psikologisnya. Bisa dirasakan sekolah utamanya bendahara BOS, bagaimana susahnya membuat SPJ. Tidak jarang para bendahara ini harus lembur larut malam, layaknya pegawai bank atau akuntan publik. Tidak hanya pagawai tata usaha, guru pun juga kecipratan jadi bendahara BOS. Tugas maha berat melebihi tugas pokok guru sebagai pendidik. Jangan heran jika pada akhirnya banyak bendahara ini mengalami stress berat. Masuk rumah sakit dan terkena stroke. Honor yang diterima tidak sepadan dengan beban kerja. Saking beratnya, ada usulan dalam gagasan Jawa Pos agar sekolah mengangkat tenaga pengelola khusus BOS berlatar belakang akuntan.
Di lapangan, adanya BOS bukan berarti semakin mudahnya menyediakan pelayanan terbaik bagi pendidikan. Penetapan ratio penggunaan BOS memaksa sekolah memeras otak. Pembatasan untuk pembinaan siswa.saja dirasa semakin sulit meningkatkan prestasi siswa. Memang, guru adalah PNS yang sudah mendapat gaji rutin setiap bulan. Namun juga wajar guru mendapat intensif untuk tugas ekstra. Alasan guru tidak boleh diberi intensif lagi karena sudah mendapat tunjangan sertifikasi tidak tepat. Karena belum semua guru menikmatinya.
Oleh karena itu mekanisme penyaluran dana BOS perlu diubah. Agar program pendidikan gratis tidak salah sasaran dan tidak membuat masyarakat dininabobokkan. Anak-anak orang mampu tidak sepantasnya menerima bantuan. Dana BOS disalurkan langsung ke orang tua tidak mampu melalui desa atau rekening, tidak lagi langsung ke sekolah. Seperti model BLT (Bantuan Tunai Langsung) sebagai kompensasi kenaikan BBM.
Pemerintah daerah bersama sekolah melakukan pemetaan terhadap orang tua tidak mampu yang layak menerima bantuan. Sekolah menghitung biaya standar pendidikan dan kebutuhan pendidikan rata-rata setiap anak. Hasilnya diajukan ke pemerintah daerah untuk dikaji dan disahkan. Bantuan yang diberikan minimal sebesar perhitungan. Setelah diterimakan, orang tua membayarkannya ke sekolah. Sedang bagi yang mampu biaya pendidikannya swadana. Laporan penggunaan dari penerima BOS model BLT ini cukup dari bukti penerimaan yang dibuat desa berdasarkan penggunaan oleh orang tua siswa. Dengan demikian sekolah tidak terlalu disibukkan dengan spj.
Kalaulah akhirnya BOS dengan mekanisme apapun pemerintah daerah tetap terlambat menyalurkan biaya pendidikan, pemda tetap diberi sanksi. Tetapi jangan yang langsung berhubungan dengan hajat hidup masyarakat seperti pendidikan. DAU untuk biaya operasional dan pengadaan barang serta jasa ditunda pencairannya. Jika ini diberlakukan akan menjadi sock terapy. Siapa pun kepala daerah kan berpikir 1000 kali jika dana pegawai tidak terbayarkan gara-gara BOS tidak cair. Di era demokrasi Pilkada, pencitraan publik akan menentukan nasib seorang pemimpin. Dan BOS dapat sebagai kartu As. Semoga BOS tidak menjadi alat politik.