Kamis, 28 Juli 2011

TULISAN ANAK SEKOLAH SUSAH DIBACA

Mengajarkan menulis tegak bersambung
Seiring perkembangan teknologi, keindahan ataupun kerapian menulis mulai ditinggalkan. Jarang dijumpai tulisan anak-anak sekarang yang baik dan rapi. Bentuk tulisannya rata-rata huruf tegak tidak bersambung. Itupun tidak sedikit yang sulit dibaca. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengajaran menulis tegak bersambung, seperti pelajaran khusus menulis halus pada jaman dulu. Selain itu bapak/ibu guru jaman sekarang pada waktu mengajar juga sedikit menulis tegak bersambung. Akibatnya para siswa mengikutinya.
Padahal menulis tegak bersambung diperlukan. Misalnya dalam membuat surat lamaran pekerjaan. Dengan menulis bersambung juga dapat membedakan bentuk tulisan seseorang. Dari tulisan pula kepribadian seseorang bisa dibaca.
Oleh karena itu, penulisan tegak bersambung perlu dibudayakan kembali. Para guru, khususnya guru bahasa Indonesia perlu menyelipkan pengajaran menulis tegak bersambung di kelas. Hal ini juga bisa membentuk karakter anak yang rapi, teliti, tekun dan telaten. Kalau tulisan siswa baik, para guru lebih mudah membaca hasil pekerjaan siswa dan mengurangi kesalahan akibat salah baca.

Selasa, 26 Juli 2011

Pendidikan karakter

Pendidikan karakter
1 Religius Sikap atau perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadapa peaksaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap , dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan ptuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghaslkan cara atau hasil baru dari sesatu yang telah dimiliki
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain, dalam meneyelesaikan tugas-tugas
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, da bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan dodengar
10 Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negra di atas kepentingan diri dan kelompoknya
11 Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat yang mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain
13 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dn aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
17 Peduli Sosial Sikap da tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lin dan masyarakat yang membutuhkan
18 Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri , masyarakat, lingkungan (alam, sosial dn budaya0 negara dan TuhanYang maha Esa

Senin, 25 Juli 2011

JANGAN ROBOHKAN SEKOLAH KAMI

JANGAN ROBOHKAN SEKOLAH KAMI

Bangunan itu lama berdiri
Lahirkan insan pembangun negeri
Tak tersentuh kucuran subsidi
Hidup merana diantara gedung tinggi

Sinar surya terobos genting berlobang
Kucurkan air dikala hujan
Sirami lantai yang terkelupas kulitnya
Beri kesempatan masuk perut bumi

Kecipak bunyi kaki langkahi tanah becek
Bentuk kubangan cipta rawa
Jinjing sepatu dari cipratan lumpur
Kalau basah esok terpaksa libur

Gedung tua ini terancam kolaps .... kritis
Berdiri di tempat strategis
Mirip cagar budaya yang menangis
Tunggu incaran kaum borjuis
Di tukar guling tanah dekat kuburan
Hancurkan historis kejar ekonomis
Hapus memori lenyapkan kenangan romantis

Sekolah itu tunggu eksekusi
Tergusur ambisi

Minggu, 24 Juli 2011

ANGKA SEMU

ANGKA SEMU

Bukan karena benci
Bukan karena luka di hati
Tirani itu terlalu tinggi dilampaui
Oleh kaki yang tertanam di bumi
Pisahkan jarak di antara dua batas
Antara asa dan realita
Terpaksa mengkianati diri

Perselingkuhan moral itu begitu kentara
Di depan mata
Membutakan mata
Menulikan telinga

Jeritan kematian nasib belum berkumandang
Namun ait mata telah tumpah
Di atas kemewahan meja
Penentu kebijakan
Angka itu goreskan nilai
Semu!

Sabtu, 23 Juli 2011

Hari Anak Yatim Piatu

Anak adalah aset. Di tangan mereka masa depan bangsa dipertaruhkan. Hanya saja banyak diantara anak-anak ini yang tidak beruntung. Terlahir di keluarga serba kekurangan, tanpa orang tua dan tumbuh tanpa sempat mengenyam pendidikan.. Walau perhatian pemerintah terhadap anak telah diwujudkan dengan menetapkan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli.

Berbagai bentuk kegiatan dibuat dalam rangka HAN. Kebanyakan berupa unjuk potensi anak. Dan kita bisa bangga melihat talenta anak-anak Indonesia setiap ada HAN. Tetapi anak-anak ini masih perlu tambahan perhatian. Terutama anak terlantar dan yatim piatu. Meski sudah dijamin UUD 1945, toh masih banyak anak-anak yang tumbuh kurang asuhan. Keberadaan rumah singgah ataupun panti asuhan belum cukup menampungnya.

Agar lebih fokus terhadap anak-anak terlantar dan yang tidak punya orang tua, perlu penetapan Hari Anak Yatim Piatu. Dengan penegasan ini pemerintah dan masyarakat akan lebih memperhatikan nasib mereka. Tidak sekedar menampilkan keunggulan saja. Memberi perhatian, pembimbingan dan pendidikan akan membekali mereka. Ini merupakan hadiah terindah bagi anak yatim piatu dan anak terlantar sebagai bekal menjemput masa depan.

Jumat, 22 Juli 2011

AYO MENABUNG

Menggiatkan kembali menabung di sekolah
Ada budaya anak sekolah yang mulai menghilang, yaitu menabung. Baik di rumah maupun di sekolah. Uang saku mereka kebanyakan habis untuk jajan. Kalaupun ada sisa, dihabiskan untuk beli pulsa atau nge-game. Selain disebabkan pola hidup di keluarga yang tidak mendidik, sekolah jarang yang memprogramkan tabungan siswa. Ini juga dikarenakan sekolah kuatir disalahkan bila ada penarikan dana dari siswa.
Untuk itulah anggapan seperti ini perlu diluruskan. Pendidikan gratis dan larangan sekolah melakukan pungutan kepada siswa bukan berarti sekolah tidak boleh mendidik siswa hidup hemat. Sekolah berhak mengajarkan kepada siswa hidup hemat dan merancang keuangan untuk hari depannya. Gerakan menabung yang dulu banyak dilakukan sekolah perlu digiatkan kembali.
Agar kegiatan menabung tidak disalahkan gunakan sekolah ataupun guru serta mendidik siswa mengatur keuangan, pengelolaaanya dilakukan oleh siswa. Guru, khususnya wali kelas bertugas mengontrol. Uang yang terkumpul ditabung di bank dengan rekening atas nama siswa. Bunga tabungan digunakan untuk keperluan siswa. Uang yang terkumpul dapat dipakai untuk keperluan siswa yang berkaitan dengan keperluan dan kegiatan sekolah. Tahun ajaran baru, saatnya memulai menabung demi masa depan lebih baik.

Kamis, 21 Juli 2011

Menyelamatkan sekolah swasta

Kedudukan sekolah swasta tidak boleh dipandang sebelah mata. Peranannya cukup besar dalam pendidikan. Dengan adanya sekolah swasta sangat membantu menyerap tenaga kerja, utamanya lulusan perguruan tinggi kependidikan. Sayang, keberadaanya kini mulai terancam. Salah satunya karena kekurangan murid.

Selain disebabkan berkurangnya lulusan dari tingkat sebelumnya, banyak sekolah negeri yang menambah rombongan kelas dan pagu siswa dalam satu rombongan belajar/kelas. Hal ini dapat dilihat pada PSB/PPDB lalu. Tidak sedikit sekolah negeri yang menambah siswa dari batas yang telah ditentukan. Baik sebagai cadangan atau bertajuk bina lingkung (BL). Padahal sudah aturan permendiknas tentang standar pelayanan minimal terkait batas siswa dalam satu kelas. Akibatnya, tidak hanya sekolah swasta, sekolah negeri pinggiran pun ikut terkena imbas. Kekurangan siswa baru.

Seharusnya sekolah negeri tidak perlu ngoyo menambah rombongan belajar atau menambah kapasitas siswa dalam satu kelas. Agar pembelajaran lebih optimal. Siswa yang tidak diterima di sekolah negeri biar melanjutkan di sekolah swasta. Ini juga akan menghemat pengeluaran pemerintah. Karena sekolah swasta lebih mandiri dalam pendanaan.

Rabu, 20 Juli 2011

Uji Ulang Guru Sertifikasi

Lima tahun sudah program sertifikasi guru berlangsung. Guru-guru yang beruntung telah menikmati tunjangan profesi pendidik (TPP). Sementara masih banyak guru belum sempat mengikuti uji sertifikasi. Di sisi lain hasil yang diharapkan dari TPP belum membuahkan hasil memuaskan. Salah satu sebab, kurangnya monitoring dan belum ada uji ulang bagi guru bersertifikasi. Akibatnya guru penerima TPP merasa aman dan nyaman dalam bekerja. Kurang greget meningkatkan profesionalismenya. Ini perlu segera ditangani. Jika tidak, uang rakyat mubazdir.
Agar tujuan sertifikasi dan pemberian TPP sesuai harapan, seharusnya ada uji ulang secara periodik. Seperti halnya tenaga profesional lain. Mobil, kereta api, kapal terbang dan kapal laut saja harus uji ulang, apalagi guru. Hasil uji ualng ditindaklanjuti. Guru yang meningkat kinerjanya, pemberian TPP dilanjutkan. Yang stagnan diberi peringatan dan yang menurun bahkan mangkir kerja, TPP di hentikan sementara. Baru diberikan lagi setelah ada perbaikan. Dengan demikian ada rasa tanggung jawab bagi guru bersertifikasi serta meminimalkan kecemburuan sosial. Kesejahteraan guru semakin baik yang dibarengi peningkatan kinerja dan pembelajaran kepada peserta didik.

Selasa, 19 Juli 2011

Mengajarkan hitung dasar bagi anak sekolah

Memasuki minggu pertama tahun ajaran baru 2011/2012, para siswa mulai pelajaran baru. Para guru di kelas awal (1 SD, 7 SMP, 10 SMA) pasti menemui hal-hal baru dan menggelikan. Mulai belum lancarya baca-tulis hingga lemahnya perhitungan. Tetapi itulah tugas utama guru. Membelajarkan kepada siswa, dari belum bisa menjadi bisa.
Berkaca pada hasil ujian nasional banyak siswa tidak lulus karena lemah di bidang matematika, maka tahun ajarana baru ini merupakan saat tepat untuk memberi bekal dasar matematika, utamanya hitung dasar perkalian. Mudah dijumpai, anak-anak sekarang banyak yang tidak hafal hasil perkalian, hanya untuk bilangan kecil. Karena sistem pendidikan sekarang memang tidak lagi menuntut siswa untuk menghafal. Berbeda dengan jaman dahulu. Jika tidak hafal, pasti dihukum. Dan hasilnya, anak-anak sekolah jaman dahulu pasti jago berhitung.

Oleh karena itu model pembelajaran untuk hitung dasar seperti perkalian harus lebih digalakkan. Para guru matematika perlu mewajibkan anak-anak (utamanya kelas awal) harus hafal perkalian. Minimal mulai 1x1, hingga 9x9. Dengan demikian memperlancar pembelajaran matematika khususnya, dan pelajaran lain yang memerlukan perhitungan.

Senin, 18 Juli 2011

PERMATA HATI

PERMATA HATI
Kecil mungil laksana telur
Waktu keluar dari pusat indung telur
Maklum, waktu itu belum cukup umur
Akhirnya kau lahir prematur

Limabelas hari di dalam boks
Gantungkan hidup dari susu dot
Untung ASI masih bisa disuapkan
Cegah bayi dari bakteri dan kuman

Kala kau pulang ke rumah
Diberi susu formula, bayiku muntah
Ayah ibumu bingung memikirkan
Tuk naikkan berat badan
Kata bidan kamu kurang gizi
Garis beratmu di bawah garis
Bikin hati kian miris
Paksa perbanyak asupan nutrisi

Delapan tahun sudah usiamu kini
Pintar membaca dan mengaji
Orang tuamu bersenang hati
Berkat mu’jizat Tuhan tuk buah hati

Minggu, 17 Juli 2011

Mewariskan Buku untuk Adik Kelas

Buku meruapakan alat utama untuk belajar. Tanpa buku mustahil anak-anak kita bisa belajar dengan baik Untuk hal ini sebenanrnya pemerintah telah menyediakannya. Baik berupa buku sekolah elektronik maupun buku paket lewat BOS buku. Adakalanya buku-buku tersebut mulai rusak dan tidak mencukupi. Biasanya para siswa juga melengkapinya dengan buku penunjang lain untuk meningkatkkan pengetahuannya. Namun menjadi masalah klasik, tatkala buku tersebut belum ada dan kurang sesuai materinya.

Untuk itulah sekolah bisa menganjurkan kepada siswa yang naik kelas untuk menyumbangkan/mewariskan buku pelajaran yang sudah tidak dipakai kepada adik kelasnya. Terutama kepada siswa yang tidak mampu membeli sendiri. Sumbangannya dapat dilakukan melalui perpustakaan sekolah atau langsung kepada siswa. Sehingga buku tersebut lebih bermanfaat. Satu buku berjuta ilmu, berbagi buku akan menjalin persaudaraan.

Sabtu, 16 Juli 2011

TK dan PAUD Full Days School

Gegap gempita tahun ajaran baru tidak hanya terjadi pada pendidikan dasar dan menengah. Meski diwarnai rumor-rumor seputar PSB, seragam, sumbangan, hingga MOS. Berbeda dengan pendidikan taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Pada tingkat pendidikan pra sekolah ini aman-aman saja.

Padahal kalau di cermati biaya pendidikan di TK dan PAUD tidak semurah bila dibandingkan SD-SMP-SMA. Tentunya biayanya beragam, tergantung model pembelajaran dan fasilitasnya. Para orang tua juga tidak banyak protes jika lembaga TK atau PAUD mematok biaya tinggi. Asal putra–putrinya memperoleh pendidikan berkualitas, perlindungan dan dapat berfungsi sebagai tempat penitipan anak mereka. Dikarenakan kebanyakan para orang tua tidak mempunyai cukup waktu untuk mendidik dan mengawasi.

Memperhatikan gejala ini, sebaiknya TK dan PAUD berinovasi dalam proses pendidikannya. Mengemas pola pendidikan full days school. Mengubah nuansa pendidikan beserta penataan ruang seperti di rumah. Sehingga anak-anak merasa menikmati selama berada di TK/PAUD. Belajar dalam nuansa bermain disertai penanaman pendidikan budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan. Dan, jangan memaksa anak untuk menguasai materi di luar masa perkembangannya.

Jumat, 15 Juli 2011

KADER PEDULI SAMPAH DI SEKOLAH

Sampah selalu menjadi masalah. Tidak hanya di kota besar, di lingkup kecil seperti sekolah juga demikian. Kurangnya tenaga kebersihan dan lahan pembuangan menjadi kendala utama untuk membersihkan sampah. Belum lagi beraneka jenis sampah, jika tidak dikelola dengan baik justru membahayakan lingkungan dan manusia itu sendiri. Terutama jenis sampah anorganik.
Untuk menumbuhkan kepedulian lingkungan dari sampah sejak dini dapat dimulai dari sekolah. Jika selama ini penanganan sampah banyak dibebankan kepada petugas khusus / karyawan sekolah, kini perlu didukung oleh siswa. Yaitu dengan membentuk kader peduli sampah Sekolah juga membuat tata tertib terkait sampah dan pengelolaannya. Seperti pengenaan denda bagi siswa yang membuang sampah sembarangan.
Kader peduli sampah ini bertugas untuk mengawasi pelaksanaan aturan tersebut. Jika perlu membantu petugas pembersih sampah usai jam sekolah. Para kader ini juga mengelola sampah, baik untuk dibuat kompos ataupun memilah barang yang tidak terurai seperti plastik untuk dikumpulkan. Kompos yang terkumpul dikemas dan dijual. Sedang plastik dan sejenisnya dijual kepada pengepul barang bekas. Hasil penjualan digunakan untuk kegiatan siswa.

Kamis, 14 Juli 2011

Kotak Peduli di Sekolah

Tahun ajaran baru identik dengan buku, tas, sepatu dan seragam baru. Apalagi bagi siswa baru. Kalau tidak memakai yang baru rasanya kurang afdhol. Tetapi tidak semua orang tua mampu mencukupinya. Hal ini mudah dilihat dari penampilan siswa baru pada awal masuk sekolah. Masih banyak diantara mereka yang memakai sepatu dan tas lama dengan kondisi kurang layak. Seragam yang dibeli di pasaran pun berkualitas biasa.

Kebutuhan pribadi siswa memang menjadi tanggung jawab orang tua. Seragam, tas atau sepatu baru bukan hal utama dalam belajar Hanya saja ini dapat berpengaruh pada kepercayaan diri anak. Sekolah berkewajiban meningkatkan psikologis mereka. Salah satu kiat yang dapat dilakukan adalah dengan membantu anak-anak yang kondisi ekonominya kurang. Bantuan ini digalang dari warga sekolah dengan membuat kotak peduli. Setiap pekan guru, karyawan dan siswa menyisihkan uangnya. Hasil kotak peduli ini dikhususkan untuk membantu siswa. Mulai seragam, buku, termasuk juga biaya transport bagi siswa kurang mampu yang tempat tinggalnya jauh. Dengan kotak peduli ini membelajarkan kepada anak untuk saling tolong menolong, berempati dan bersedekah sebagai amal jariah

Rabu, 13 Juli 2011

ANAKKU MASUK SEKOLAH

ANAKKU MASUK SEKOLAH
Juli ......
Bulan uji nyali
Tuk gantungkan cita-cita tinggi
Bertarung adu nilai

Spanduk baliho pamer fasilitas
Jaring murid cari komuditas
Orang tua lari ke sana ke mari
Ambil formulir untuk diisi
Masukkan data, berharap dapat formasi

Tiap detik hati berdebar
Tiap jam menunggu kabar
Tiap hari berlatih sabar
Tunggu pengumuman
Apakah anaknya masuk daftar

Kabar gembira tubuh gemetar
Tersiar berita : Diterima !!!
Sukses anak tuntaskan WAJAR

Tapi sayang….
Banyak uang harus dibayar
Sisa belanja buat panjar
Cari pinjaman gadaikan motor
Maklum ... bukan orang kantor

Pembayaranpun akhirnya molor
Untung panitia berbaik hati
Uang pembayaran bisa di kredit
Entah kapan bisa dilunasi

Harap badan tak dirundung penyakit
Moga Tuhan tidak pelit
Permudah rejeki tuk cari duit
Meski ekonomi sedang sulit
Nasib … Ooooh nasib.

Selasa, 12 Juli 2011

Satu Siswa Tanam Satu Pohon

Siswa Baru Tanam Pohon

Kelestarian alam menjadi tanggung jawab kita bersama. Kritisnya alam dan perubahan iklim memerlukan penanganan intensif. Pencegahan kerusakan, rehabilitasi hutan, penanaman lahan kritis serta menanam pohon di sekitar kita merupakan langkah jitu agar lingkungan bisa bersahabat dengan manusia. Langkah dini yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada anak-anak sekolah. Seperti yang dilakukan dinas pendidikan Madiun dengan memasukkan Pendidikan Lingkungan Hidup dalam kurikulum sekolah.

Kalaupun bukan sebagai mata pelajaran, gerakan cinta lingkungan hidup dapat dilakukan dengan memanfaatkan momen masa orientasi siswa baru (MOS). Yaitu para siswa diharuskan membawa bibit pohon dan menanamnya di sekolah. Bagi sekolah yang tidak memiliki lahan cukup, pohon ditanam di sekitar sekolah, tepi jalan, lahan kosong atau lahan kritis. Bisa juga anak-anak menanam bunga. Tanaman ini diberi nama penanamnya. Mereka berkewajiban merawat pohon tersebut hingga tanaman itu mampu tumbuh mandiri. Bila perlu hingga mereka lulus. Dengan cara ini akan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian anak terhadap lingkungan. Lngkungan semakin indah dan sejuk. Satu pohon menyelamatkan bumi.

Senin, 11 Juli 2011

MEMBUAT MOS BERKARAKTER DAN HUMANIS

Senin (11/7) lusa tahun ajaran baru 2011/2012 dimulai bersamaan Masa Orientasi Siswa (MOS). Belajar pelaksanaan MOS tahun-tahun sebelumnya yang masih dibumbui kekerasan, hal ini jangan terulang lagi. Perlu penegasan aturan dan pemberian petunjuk MOS yang bersifat lebih humanis.

Kegiatan diarahkan pada pendidikan karakter. Mengajarkan kepada siswa baru untuk menjalin komunikasi positif dengan seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar. Membentuk jiwa disiplin, sopan santun, menghormati, menghargai, berjiwa sosial dan belajar hidup bersama dalam perbedaan. Seperti mengenal guru lebih dekat, bhakti sosial atau menyantuni fakir miskin/yatim piatu.

Dalam pelaksanaan, pengurus OSIS dilibatkan dengan pendampingan dan pengawasan guru secara optimal agar tidak terjadi tindakan negatif. Memposisikan kakak kelas sebagai fasilitator untuk menghilangkan sifat senioritas antar adik dan kakak kelas. Dengan demikian MOS bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan ajang balas dendam. Agar tidak ada korban berjatuhan gara-gara MOS

Minggu, 10 Juli 2011

Razia Barang oleh-oleh dari luar negeri

Dua orang masyarakat awam (Dian dan Randy) berurusan dengan hukum. Gara-garanya ia menjual 2 buah gadget (ipad2) oleh-oleh dari luar negeri (Singapura) yang belum dilegalisasi pemerintah dan tidak dilengkapi buku petunjuk berbahasa Indonesia. Meski mungkin masih banyak lagi warga negara Indonesia (termasuk pejabat/legislatif) yang pulang dari melancong/kunker membawa barang sejenis ini. Hanya saja mereka lolos, sedang 2 orang ini bernasib sial.

Terlepas dari legalisasi barangnya, peristiwa ini mengingatkan kepada kita semua perlunya perlindungan konsumen dan kebebasan mencari penghidupan layak. Karena dengan pasar bebas saja, belum masih banyak produk luar tidak berbahasa Indonesia ditemui di pasar. Begitu juga ketika ada penyedia jasa layanan telekomunikasi (Blackberry) belum membuka perwakilan dan pelayanan produknya, pemerintah juga tidak langsung menindak. Terjadi tarik ulur berkepanjangan.

Jadi kalau kita ingin melindungi konsumen dan menegakkan hukum, semua barang produk luar wajib mencantumkan informasi dan petunjuk dengan bahasa Indonesia. Dan semua oleh-oleh dari luar negeri baik masyarakat umum, pejabat dan legislatif juga dirazia. Adakah yang ilegal. Agar keamanan konsumen terjamin dan penegakan umum bisa adil.

Sabtu, 09 Juli 2011

Helm Bermasker dan Pelidung Dada bagi Pengendara R2

Berbagai upaya untuk menjamin keselamatan pengendara sepeda motor (R2) telah dilakukan. Mulai kewajiban memakai helm standar, berjaket, menyalakan lampu pada siang hari dan kelengkapan sepeda motor itu sendiri. Hal ini terutama untuk melindungi pengendara jika terjadi kecelakaan.

Namun ada yang kurang untuk perlindungan pengendara R2 terkait kesehatan. Yaitu mencegah/mengurangi terjangkit penyakit saluran pernafasan. Baik itu penyakit dalam jangka pendek seperti masuk angin dan infeksi saluran pernafasan atas, hingga kemungkinan menyerang paru-paru. Apalagi memasuki musim kemarau, berbagai penyakit mudah menyerang. Banyak debu pembawa virus beterbangan beserta polutan asap masuk paru-paru kita.

Agar tubuh terlindungi sejak dini, pengendara R2 diwajibkan memakai masker penutup hidung dan pelindung dada. Maskernya bisa terpisah atau melekat dengan helm. Dengan demikian pengendara akan lebih enjoy bernafas saat melaju di jalan raya. Badan tidak mudah masuk angin dan dada tidak terasa sesak.

Jumat, 08 Juli 2011

Refreshing bermanfaat bagi guru

Sebagai PNS guru memang harus bekerja sesuai aturan. Tetapi ada yang membedakan antara PNS guru dan non guru. Jam kerjanya tidak mutlak seperti di kantor 37,5 jam. Selain kewajiban mengajar 24 jam perminggu di kelas, guru masih ditambah tugas lain. Mulai urusan kurikulum, kesiswaan, wali kelas dan seabrek tugas lain. Itu pun sering harus kerja lembur. Belum lagi tugas pokok guru menyiapkan perangkat dan bahan ajar, koreksi, analisa dan membuat laporan. Di kala cuti bersama pun guru dan siswa tetap masuk, karena hari masuk sekolah sudah ditetapkan dalam kelender pendidikan.

Jadi wajar saja jika di kala siswa libur, gurunya juga ikut libur plus piket. Refreshing diperlukan dan akan bermanfaat bagi guru. Aktif dan produktifnya guru di hari efektif atau selama libur sekolah tergantung dari kesadaran dan tanggung jawab guru serta manager sekolah (Kasek). Sesuai dengan managemen berbasis sekolah, sekolah mempunyai otonomi untuk memberdayakan seluruh komponen. Karena di luar cuti hamil dan keperluan khusus, tidak ada cuti khusus guru. Cuti guru dibarengkan dengan libur sekolah. Hanya saja pengawasan, reward dan punishment perlu dioptimalkan untuk memperbaiki kinerja guru.

Kamis, 07 Juli 2011

“RSBI/SBI SATU ATAP”

RSBI/SBI & KUALITAS OUTPUT SEKOLAH

Membangun itu mudah. Tetapi memelihara, mempertahankan apalagi mengembangkan lebih sulit. Apa pun itu. Tak terkecuali pendidikan. Sebenarnya ada perasaan bangga bila melihat semangat pemerintah dan masyarakat yang menggebu hendak memajukan pendidikan. Diantaranya dapat dilihat dari maraknya pendirian PAUD hingga perguruan tinggi. Berbagai atribut sekolah pun ditempelkan. Mulai sekolah plus, terpadu, full day hingga yang paling ngetop saat ini RSBI/SBI.
Tidak tanggung-tanggung, promosi di lakukan. Meski kebanyakan masih memamerkan fasilitas dan jenis kegiatan. Tidak mau kalah dengan anggota DPR, siswa-siswa RSBI/SBI pun diajak study banding ke luar negeri. Diberengi dengan upaya sekolah menjalin sister school. Untuk lebih meyakinkan , bahwa sekolah RSBI/SBI sudah sesuai standar internasional, badan standarisasi mutu manajemen seperti ISO pun dihadirkan. Dengan pendampingan dan pembinaan, akhirnya label ISO diisematkan. Pendek kata, jika sudah ada pengakuan baik masyarakat umum hingga lembaga sertifikasi berskala internasional, sekolah RSBI/SBI tidak perlu diragukan lagi.
Namun ternyata di dalam RSBI/SBI sendiri masih banyak yang tidak percaya diri. Bisa dilihat, berapa banyak yang mau membuka diri kepada masyarakat untuk mengakses informasi ke sekolah. Baik itu terkait hasil belajar anak didik hingga pengelolaan keuangan. Belum banyak yang melakukan. Semestinya dengan fasilitas ICT, hal semacam ini tidak bisa dijadikan alasan belum bisa diaksesnya informasi sekolah dalam rangka akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan pendidikan.

. Di sisi akademik, dengan kemampuan input di atas rata-rata sekolah reguler, semestinya proses dan output yang dihasilkan harus lebih baik dari sekolah lain. Apalah gunanya jika fasilitas dan biaya berlimpah namun proses belajar mengajar sama saja dengan sekolah reguler. Diperlukan koki handal untuk meng-up grade siswa-siswa bertalenta ini. Di tangan kepala sekolah dan guru-guru berkompeten nasib R/SBI dipertaruhkan. Lagi-lagi masalah klasik masih menjadi kendala untuk memacu kesusksesan R/SBI yaitu kualitas pengajar. Terutama pemenuhan guru S2. Karena berdasar evaluasi Kemendiknas, kualitas guru RSBI/SBI menjadi faktor belum suksesnya RSBI/SBI, terutama berkaitan dengan penguasaan bahasa asing. Untuk yang satu ini milyaran rupiah digelontorkan untuk men-S2-kan serta mengkursuskan bahasa asing kepada guru. Sudah cukupkah ini?

Okelah, jika R/SBI sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah, Namun bagaimana jika penyelenggaraannya belum sesuai harapan masyarakat? Menjadi anggapan umum bahwa RSBI/SBI hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berkantong tebal. Bahkan orang tua pun ikut-ikutan latah. Berupaya sekuat tenaga meng-golkan anaknya agar diterima. Tanpa melihat kemampuan dan kemauan anaknya sendiri. Dan sekolah melihat peluang emas ini. Ada yang menambah daya tampung tanpa memperhatkan prospek penyelenggaraan pengajaran di kelas. Akhirnya R/SBI berjalan ala kadarnya. Prestasi dan output dinomorduakan.

Inilah sebagaian yang dilihat masyarakat. Idealisme pendirian RSBI/SBI mulai luntur. Keinginan mengutamakan kualitas sering kali dikalahkan oleh kepentingan dan nafsu. Sekolah RSBI/SBI mulai jual mahal. Seperti pasar bebas. RSBI/SBI menjadi komoditi mahal bagi orang miskin. Yang berprestasi sekalipun. Jamak dijumpai, ketika PSB jalur RSBI/SBI dimulai, deretan angka pada isian sumbangan sukarela menjadi pertimbangan utama. Mengalahkan deretan prestasi, namum berasal dari keluarga tidak mampu.

Berbagai sisi negatif itulah yang akhirnya menjadi pijakan kritikus dan penggiat pendidikan agar Kemendiknas mengevaluasi keberadaan RSBI/SBI yang sudah ada. Belum adanya perangkat hukum tegas yang mengatur pembiayaan atau daya tampung ideal sekolah RSBI/SBI , membuat penyelenggara RSBI/SBI leluasa mengatur besaran sumbangan terpaksa sukarela.

Pada akhirnya ini berdampak keluarnya kebijakan Kemendiknas. Untuk sementara tidak membuka RSBI/SBI baru. Ini hendaknya menjadi pelecut bagi penyelenggara RSBI/SBI untuk membuktikan kualitasnya. Berbagai masukan demi perbaikan mutu R/SBI harus segera ditindaklanjuti. Mulai prasarana, managemen, guru dan pemberian kuota bagi siswa miskin berprestasi. Sehingga pandangan masyarakat terhadap SBI hanya untuk yang mampu terhapus.

Memang, dengan adanya RSBI/SBI gaung dan animo masyarakat terhadap pendidikan semakin tinggi. Para orang tua menggantungkan setinggi langit agar anak-anaknya dapat bersekolah di RSBI/SBI demi masa depannya. Terbentuk penyadaran, bahwa untuk memperoleh hasil pendidikan terbaik perlu pengorbanan. Membutuhkan biaya tinggi yang tidak hanya ditanggung pemerintah tetapi juga tanggung jawab orang tua. Kalaulah terjadi komersialisasi pendidikan pasti ada yang salah. Kesalahan sistem serta belum adanya pengawasan dan aturan yang tegas.

Apalagi hingga kini tindak lanjut lulusan SBI masih sama dengan sekolah reguler. Belum ada jalur khusus, dari SMP RSBI/SBI ke SMA RSBI/SBI. Tidak jarang kualitas/nilai UN lulusan RSBI/SBI masih kalah bersaing dengan lulusan sekolah lain. Jika terjadi seperti ini keberadaan R/SBI belum menunjukkan hasil memuaskan.
Agar lulusan SBI lebih terarah kelanjutannya perlu dibuat sekolah SBI linier / satu atap, SD-SMP-SMA. Dengan SBI satu atap, pengelola dapat membuat kurikulum berkelanjutan. Para siswa dan guru tidak terlalu banyak membuat matrikulasi kepada siswa baru. Jika menerima siswa baru dari luar SBI satu atap, terlebih dahulu diadakan seleksi dan matrikulasi materi. Sebaliknya, siswa RSBI/SBI yang tidak memenuhi standar, diharuskan melanjutkan di sekolah lain. Guru-gurunya pun diseleksi dan dipilih yang mumpuni, utamanya bahasa dan penguasaan materi. Dan yang lebih penting, siswa jangan dibebani biaya yang memberatkan. Agar harapan pendidikan berkualitas untuk semu tidak sekedar mimpi.

Tulisan ini dimuat di majalah Media Dinas Pendidikan prop Jatim edisi juli 2011

Rabu, 06 Juli 2011

Pendidikan IT bagi perangkat desa

Administrasi desa merupakan modal dan kunci pengambilan keputusan. Untuk desa tersebut hingga nasional. Sering terjadi, pendataan untuk suatu program terjadi ketidak akuratan. Karena tidak tertib dan sistem administrasi desa yang kacau. Sehingga pelayanan kepada masyarakat tidak optimal.

Hal ini bisa diatasi dengan penataan dan pengaturan administrasi terpadu, tertib, cepat dan akurat. Salah satunya dengan menerapkan teknologi informasi. Tentunya ini memerlukan perangkat dan operator mumpuni. Sayangnya belum banyak desa menggunakan cara ini.

Untuk itu, bagi desa yang belum menerapkan IT dalam pengadministrasiannya perlu segera dipenuhi. Perangkat beserta kepala desa dilatih pengoperasian IT. Dan bila ada perekrutan perangkat desa baru, seyogyanya juga diberi persyaratan harus menguasai IT. Dengan demikian administrasi desa semakin baik. Masyarakat terpuaskan, data desa bisa sebagai acuan untuk kepentingan apapun, mulai pemerintahan desa hingga pusat.

Senin, 04 Juli 2011

Rok Panjang Bagi Anak Perempuan

Saat ini penerimaan siswa baru tengah berlangsung. Dalam rangkaian PSB ini biasanya sekolah juga sudah menyiapkan tata tertib sekolah terkait seragam. Entah nantinya dikoordinir atau bebas membeli di luar, sekolah sudah menentukan model seragamnya.
Khusus seragam perempuan, rata-rata sekolah membuat model rok pendek, yang penting panjangnya di bawah lutut. Seiring pertumbuhan anak utamanya siswi SMP/SMA, dalam waktu tidak terlalu lama panjang rok sudah di atas lutut. Dan ini tidak baik bagi para siswi. Baik itu dari segi estetika, etika atau keamanan.

Untuk itu sekolah seyogyanya membuat aturan seragam rok anak perempuan dibuat panjang hingga mata kaki. Modelnya bisa seperti rok pada umumnya atau dibuat model celana. Hal ini akan lebih menjaga martabat dan keamanan siswa perempuan. Mereka juga lebih bebas dan energik beraktifitas, baik di perjalanan maupun dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Minggu, 03 Juli 2011

Pendidikan wira usaha bagi PNS

Besarnya PNS yang mencapai 4,7 juta menimbulkan kekuatiran. Utamanya dalam penganggaran, mulai gaji, asuransi dan dana pensiun. Hal ini memunculkan wacana dilakukannya pengendalian pengangkatan PNS/honorer, mengoptimalkan kinerja PNS, pegawai sistem kontrak bahkan rasionalisasi dalam konteks reformasi birokrasi.
Dan rasionalisasi dianggap yang paling menakutkan bagi PNS. Jika rasionalisasi dilakukan akan berdampak buruk pada diri PNS yang tidak siap. Dikuatirkan terjadi gangguan kesehatan, kejiwaan ataupun post power syndrom. Pasca dirasionalisasi, mungkin saja PNS bingung melakukan aktifitas baru dan tidak bisa mengoptimalkan pesangon.

Oleh karena itu kepada para PNS perlu diberikan pendidikan wira usaha. Sehingga kelak setelah pensiun atau jika sewaktu-waktu terkena rasionalisasi bisa mandiri bahkan membuka lapangan kerja baru. Disamping itu pendidikan wira usaha juga akan membangun etos kerja selama menjadi PNS. Dengan wacana ini minimal sebagai pelecut PNS untuk meningkatkan profesionalisme dalam bentuk kedisiplinan dan kinerja.

Jumat, 01 Juli 2011

Polisi Khusus Sungai

Polisi Khusus Sungai
Lagi-lagi korban berjatuhan di sungai. Sebuah perahu penyeberangan di aliran bengawan Solo tenggelam Ini bukan kali pertama terjadi. Berkali-kali musibah tenggelamnya perahu di sungai, danau dan laut. Rata-rata penyebabnya karena kelebihakn muatan dan kondisi perahu yang tidak layak.

Berbeda dengan angkutan penumpang di jalan raya atau di perairan laut. Di sana pengecekan kelayakan perahu dan operasi penertiban sering dilakukan. Sedang untuk angkutan sungai jarang. Oleh karena itu demi keselamatan pengguna transportasi sungai dan danau, perlu pengawasan ketat dan operasi rutin. Salah satunya dengan menempatkan dan mengoptimalkan polisi khusus sungai. Para petugas ini harus sering melakukan operasi rutin terutama terkait standarisasi kelayakan operasi perahu. Serta mengawasi batas maksimum muatan. Bagi perahu yang melanggar ditilang dan yang tidak layak operasi dilarang beroperasi. Agar jangan terjadi lagi musibah di sungai karena kelalaian manusia itu sendiri.