Minggu, 31 Januari 2010

TES PERANGKAT DESA

Awal tahun ini di Madiun mulai diadakan seleksi perangkat desa. Menggantikan perangkat desa yang sudah berusia 60 tahun atau mengisi formasi yang lowong.
Berbagai type seleksi diterapkan. Diantaranya :
1. Soal diberikan dulu beserta kuncinya untuk dipelajari. Pada hari H soal dilotere satu persatu, baru digandakan. Jika ada nilai sama, diadakan tes lanjutan
2. Soal disiapka dalam beberapa paket. Pada hari H tes, soal diundi, paket mana yang dipakai
3. Panitia membentuk tim sleksi yang biasanya dari luar desa. Tim datang satu hari sebelum hari H. Tim dikarantina sehari semalam. Tim membuat, melaksanakan tes. Koreksi dilakukan secara terbuka dengan membacakan satu persatu jawban peserta dihadapan peserta dan saksi. Nilai langsung terlihat.
4. Dll
Yang pasti dalam setiap tes punya nilai plus minus. Yang penting tes dilaksnakan secara transparan dan jauh dari unsur KKN. Soal biaya, desa dan peserta bergotong rotong memikulnya. Soal hasil, nasib dan usaha yang menentukan.

Jumat, 29 Januari 2010

HANTU PUNCAK DATANG BULAN

Belum reda suster keramas, penikmat film horor kembali disuguhi Hantu Puncak Datang Bulan. Kali ini bintangnya Andi Soraya, asli Indonesia. Tapi jangan kaget, artis lokal tidak kalah dengan artis manca sekelas Rin Sakuragi si suster keramas.
Kalau Suster keramas diprotes MUI dibeberapa daerah karena penggunaan kata keramas yang berkonotasi dengan syariat Islam. Akankah kata datang bulan juga dipermasalahkan. Apa hantu bisa datang bulan yaa. Pembalutnya seperti apa... Siklusnya berapa hari..... Wah ini bisa membuat orang penasaran. Tentu saja selain adegan2 yang bikin jantung copot. (soalnya saya baru lihat foto2 posternya, belum lihat filmnya)
Yang jelas masyarakat kita memang demen melihat film yang nyrempet2 sex apalagi yang ngesex abis..he..he...
Yang jelas film ini bukan bagian program 100 hari pak SBY. Atau film ini ditujukan kepada pendemo atau pengkritisi pak SBY, biar mereka cooling down dan tidak protes melulu. Malah yang perlu dipertanyakan, apakah pendemo gerakan 28 Januari ini juga mendemo suster keramas? Atau malah menontonnya?

GERAKAN 28 JANUARI

Apa yang dikuatirkan banyak pihak pada 28 Januari 2010 tidak terbukti. Demo memeperingati 100 hari pemerintahan SBY-Budiono ini berlangsung wajar-wajar saja. Kalau lah ada sedikit gesekan anatar aparat dengan demonstran masih dalam batas wajar.
100 hari it sendiri bukan barang aneh. Seperti hari-hari yang kita lalui bersama. 100 hari hanyalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang harus dilalui bersama. Tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Kita tidak boleh mengklaim sebagai orang yang paling bisa berjlan sendiri untuk menggapai mimpi. Atau pun kita juga ingin menikmati keberhasilan. Sementara kita sendiri tidak mau membantu dan justru mengolok-olok bahkan mungkin menggaganggu jalannya pembangunan. Lucu kan.
Jadi 100 hari ini bisa dipakai pijakan, akan seperti apakah arah pembangunan kita lima tahun ke depan nanti.
Bukan asal menuntut dan bukan asal mengobral janji.

Rabu, 27 Januari 2010

MENCARI APARAT JUJUR

Logikanya hasil tergantung dari proses. Jika prosesny baik, hasilnya baik juga da sebaliknya. Meski kadang kala terbalik. Banyak yang prosesnya baik2, hasilnya jeblok dna ayang asal2asal hasilnya lumayan.
Seperti pada proses rekrutmen pegawai. Tidak sedikit pemberitaan di mediaa yang menyoroti rekrutmen pegawai berlangsung tidak fair. Kalau sudah begini, kira2 hasilnya bagaimana? Silakan beropini snediri.
Yang jelas kejujuran awal dari keberhasilan. Oleh karena itu jika menginginkan apatat yang jujur, semula harus dilakukan dnegan juu pula.

Selasa, 26 Januari 2010

MEMBERDAYAKAN ANAK JALANAN

Lagi-lagi anak jalanan jadi korban. Tidak itu saja, korbannya dimutilasi. Sang Babe seakan mengikuti jejak Ryan, si Jagal dari Jombang. Kasihan anak jalanan korban Babe itu. Tapi yang lebih patut dikasihani, anak jalanan lain. Mau dikemanakan anak-anak itu. Anak-anak yang mungkin saja memang sudah tidak ada yang menaungi. Tidak memiliki orang tua ataupun saudara. Atau mereka yang terpaksa menjadi ajang pemerasan orang-orang tak bertanggung jawab. Memaksa anak-anak jalanan setor upeti kepada boss anjal.
Kita tentu masih ingat almarhum Didit HP. Arek Suroboyo yang getol membina anak-anak jalanan dengan Sanggar Alang-Alangnya. Membuatkan penampungan dan membinanya menjadi anak berguna. Bahkan anak asuhnya mampu jadi finalis kontes Idola Cilik.
Sosok Didit HP adalah sosok penyelamat anak-anak jalanan dari jeratan mafia anak. Membantu pemerintah/departemen sosial yang dengan keterbatasannya belum mampu menampung dan memelihara mereka. Bukankah fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara dan dijamin Undang-Undang? Kita harus memberdayakan anak-anak terlantar ini. Memberdayakan bukan memperdayai. Akankah muncul Didit HP baru? Kita tunggu, dan surga balasannya!

Senin, 25 Januari 2010

TEBANG PILIH DAN SIDAK

HILANGKAN BUDAYA TEBANG PILIH DAN SIDAK TERENCANA
Entah apa yang menjadi budaya politik dan kenegaraan kita. Termasuk kita yang orang sipil, juga tidak begitu paham tentang sistem komando di militer atau kepolisian. Beratnya tanggung jawab menjadi pejabat yang diangkat karena faktor balas budi dan kedekatan seringkali tidak mengenakkan. Pejabat juga manusia, punya rasa benci dan dendam. Awalnya kawan bisa jadi musuh. Dan musuh paling berbahaya ádalah teman kepercayaan terdekat, terbukti sering terjadi.
Penyidikan kasus bank Century serta sikap parpol koalisi dalam menyikapi kasus ini memberi gambaran kepada masyarakat. Bahwa berteman itu ada etikanya. Tidak asal baik ketika menikmati kesuksesan, dan berbagi kesusahan tatkala ada musibah, meski mengorbankan idialesme.
Kita juga melihatnya dalam perbedaan perlakuan tahanan. Perbaikan pelayanan kepada masyarakat juga seringi tergantung karena kejanggalan dan sidak. Sidak yang masih menunggu komando. Nah ini lucunya, kalau sidak tergantung rencana panjang komando, yang disidak sudah menyiapkan make up baru.
Jika demikian kapan negeri ini menjadi negeri madani? Untuk memperlakukan hukum saja masih tergantung pesanan dan komando. Bukan dari kesadaran dan tanggung jawab abdi negara sebagai abdi masyarakat. Saatnya hukum menjadi panglima di negeri ini dan para pemimpin menjadi jendralnya

KARTU ATM DENGAN SIDIK JARI

Bobolnya ATM beberapa nasabah di beberapa bank menjadi keprihatinan banyak pihak. Pemberitaannya menyaingi bobolnya bank Century. Ternyata kode rahasia seseorang pun bisa dijebol orang lain. Malingnya yang pinter atau sistemnya yang belum optimal.
Untuk menghindari itu perlu pengamanan lebih ketat. Penggunan sidik jari nasabah dirasa lebih aman. Bukankah tidak ada sidik jari yang sama? Gabungan nomor pin dan sidik jari akan lebih mengamankan nasabah dari pembobolan.
Yang perlu diingat, betapapun cangginya teknologi, jika pemakainya tidak hati-hati akhirnya bisa celaka juga. Kealpaan bisa berbuah musibah. Mana yang lebih kreatif, maling atau programernya? Kejahatan terjadi tidak hanya karena ada kesempatan dan niat pelakunya. Kehati-hatiaan dan kepedulian bersama bisa mencegah lebih dini. Waspadalah-waspadalah!

Minggu, 24 Januari 2010

AFGAN KECIL TUNA NETRA








Siapa tak kenal Afgan. Pelantun lagu Bukan Cinta Biasa yang piawi meluluhkan hati pendengarnya ini memang bukan cowok biasa. Sudah suaranya merdu, Afgan juga berwajah ganteng, imut, berpanampilan kalem ramah lagi. So pasti cewek2 banyak yang ngefans.
Gimana yaa masa kecil Afagan, apa ia memang sudah bakat dari sononya atau sukses yang sekarang ia raih buah ketekunan dan kerja kerasnya berlatih vokal? Belakangan juga muncul penyanyi remaja solo. Entah ngekor atau memang musimnya cowok remaja bersolo karier di bidang tarik suara. Saya sendiri penasaran juga dengan fenomenal kesuksesan Afgan.

Nah kebetulan kemarin ketemu sama si Afgan. Tapi penampilannya kok beda banget dengan Afgan yang saya lihat di TV. Afgan ternyata tuna netra. Lho.....lho...lho... apa iya Afgan yang selalu berkacamata ini seorang tuna netra. Si Afgan ini sedang manggung di sekolah saya. Suaranya merdu.... Tidak itu saja iya piawai memainkan alat musik, baik bermusik sambil nyanyi atau mengiri penyanyi lain. Saya dengarkan suara dengan seksama. Ia membawakan lagu dengan penuh penjiwaan. Penonton dibuat terkesima. Applauss pun diberikan seusai ia melantunkan lagu. Dengan bantuan rekannya, ia dibimbing turun dari panggung, karena matanya tidak bisa menuntun menuruni tangga.

Yaach, ini Afgan dari Madiun. Bukan Afgan biasa. Ia memang tuna netra. Afgan kecil ini bernama Muhammad Said Sanjaya. Yang jelas ia bukan kerabat Memo Sanjaya bapaknya Juwita anak Annisa Bahar. Penghuni SLB kelas 7 SMPLB Putra Idhata Dolopo Madiun ini ternyata juara I porseni Jawa Timur tahun 2008.

Melihat bakatnya, kalau ada yang memandu dan mengorbitkan. Saya raya ia bisa jadi bintang. Suaranya bagus, bisa memainkan berbagai alat musik dan bisa mengiringi bermacam aliran musik. Siapa tahu ia bisa menyusul seperti Fiersa di Akademi Fantasi, atau jadi Stevie Wondernya Indonesia.

Sabtu, 23 Januari 2010

DIES NATALIS SMPN 1 DOLOPO KE 47


































Tak terasa umur sekolah tempat saya bekerja sudah 47 tahun. Sudah tua juga, lebih ta dari guru-guru yang ngajar di sini. Untuk memperingati hari jadinya, kali ini sekolah kembali menggelar kegiatan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, yang banyak menggelar aneka lomba. Karena majunya jadwal Unas, kegiatan dies natalis diajukan bulan Januari seusai ulangan semester yang biasanya dilakukan Maret atau April. Meski lebih sederhana, tapi lumayan juga. Minimal kreatifitas anak tersalur dan tidak melupakan sejarah. Seperti pesan bung Karno : Jasmerah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.

Jumat, 22 Januari 2010

SATGAS VS MAFIA UNAS

Senang juga nulis dimuat di koran. Dua hari berturut2 lagi. Kemarin di harian Surya, hari ini di Jawa pos. Rasanya seperti.... yaaa pokoknya senang. Tulisan yang dimuat di Jawa Pos kali ini terkait Satgas Unas. Baca selengkapnya di bawah ini



Agenda Kota | Iklan Jitu | Bursa Kerja | Social Community | Surat Pembaca
Kamis, 21 Januari 2010

Opini
[ Kamis, 21 Januari 2010 ]
Satgas v Mafia Unas
KINI lagi musim satgas. Setelah pembentukan satgas untuk memberantas mafia hukum dan peradilan, muncul satgas untuk unas. Sudah sedemikian gawatkah unas hingga perlu satgas? Adakah mafia unas seperti mafia hukum dan peradilan?

Meski masyarakat awam belum tahu wujud dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) satgas unas, sepertinya, pembentukan satgas itu semakin mengerdilkan kepercayaan terhadap pelaksana unas. Pertanyaan sederhana, beranikah satgas tersebut nanti menindak pelanggar unas? Entah itu guru, pejabat pendidikan atau pemerintahan, tim independen, bahkan siswa itu sendiri?

Sebenarnya, siapa pun yang menjalankan atau mengawasi unas tidak akan menelurkan hasil optimal jika semua pihak tidak punya iktikad baik dan berkomitmen melaksanakan unas dengan jujur. Yakni, mau menerima hasil unas apa adanya. Tidak menggadaikan moral hanya demi angka-angka. (*)

Abdul Hakim, guru SMPN 1 Dolopo, Madiun, Jatim


Informasi : Pembaca yang ingin menyumbangkan opini atau gagasan, dapat dikirimkan melalui

>>> opini@jawapos.co.id
Harap sertakan foto diri, nomor rekening serta NPWP (kalau ada).

* Perlawanan ala Marsilam
* Kerisauan Bupati dalam Pengusutan Korupsi

HALAMAN KEMARIN

* Perang Maya Tiongkok v AS
* Kegalauan Hadapi Krisis Gula
* Jangan Berhenti Buru Koruptor
* Pansus Harus Tetap Fokus
* Defisit Nilai Kebijakan Ekonomi Kita
* Pasang CCTV di Penjara
* Perbaikan Unas Harus Sentuh Substansi
* Ruhut dan Repudiasi Istana
* Catatan untuk Menkes: Jelang 100 Hari Pemerintahan SBY
* Kampung Industri Kreatif


Copyright @2008 IT Dept. Jawa Pos
Jl. Ahmad Yani 88, Surabaya 60234 Jawa Timur - Indonesia
Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555

Rabu, 20 Januari 2010

MANUSIA DAN TOPENG MONYET





Anda bisa membedakan, mana monyet mana yang bukan monyet? Gambar di atas hanyalah bagian pertunjukan topeng monyet.

Manusia dan Topeng Monyet
Rabu, 20 Januari 2010 | 9:04 WIB | Posts by: jps | Kategori: Warteg | ShareThis
Abdul Hakim
Guru SMPN 1 Dolo:po, Madiun
dhakim_dolopo@yahoo.co.id
Minggu sore, 3 Januari 2010. Saya sedang bersih-bersih rumah. Dari jauh terdengar musik yang saya kenal sejak kecil. Musik pengiring topeng monyet. Di kampung saya, topeng monyet ini populer disebut ketkek ogleng komedi monyet.
Saya segera menghentikannya, nanggap hiburan murah meriah itu. Lumayan, sambil bernostalgia juga menyenangkan anak, keponak¬an serta anak-anak tetangga. Musik pun dimainkan. Lalu si monyet mengikuti perintah sang pawang. So pasti, adegan demi adegan dilakoni monyet. Menarik gerobak, membawa payung, hormat, salto, sujud, dan sambil memakai topeng memanjat pohon.
Kebetulan tempat atraksinya di bawah pohon lamtoro. Monyet pun berjalan, melompat kegirangan mengikuti hentakan musik. Yang terakhir, ular dikeluarkan. Seperti monyet, ternyata jalannya ular juga bisa dikendalikan dengan musik sang pawang. Pertunjukan pun selesai, sang majikan mematok Rp8.000 untuk opera monyet ini. Murah bukan? Berapa bagian monyet dan ular? Yang pasti monyet sudah senang dengan sebuah pisang.
Itulah monyet dan topengnya. Monyet-monyet bertopeng bisa melakukan apa saja sesuai perintah majikannya. Topeng untuk menutupi rasa malu, mengubah penampilan. Topeng juga untuk melindungi diri dari para pengincar agar tidak ketahuan. Tidak sedikit manusia yang hidup ala komedi monyet. Bermuka dua dan menutupi mukanya dengan topeng-topeng kepalsuan.
Tidak malu berbuat curang untuk mengeruk keuntungan. Berwajah ganda demi meraih kepuasan. Terpaksa bersimpuh di hadapan sang bos untuk sesuap nasi. Menggadaikan harga diri demi gengsi dan meraih posisi.
Tetapi, banyak yang lupa bahwa yang bergelayut di bawah kekuasan tidak hanya para monyet. Masih ada ular, harimau, kancil, ataupun buaya. Meski satu koloni, mereka semua tidak bisa selalu akur. Rukun di hadapan bos, kerja sama tatkala menangkap mangsa. Tetapi, ketika tidak ada bos dan berbagi tangkapannya, seringkali adu kekuatan sendiri. Dengan akal liciknya, menjatuhkan satu sama lain.
Padahal, mereka itu kuat dan pintar. Sayang tidak menggunakannya untuk menjadi dirinya sendiri. Mereka lebih suka dikendalikan orang lain. Tidak mau bersusah payah membangun komunitas sendiri dan berinteraksi dengan baik. Hidup saling menghargai untuk meraih sukses dengan kemampuan sendiri. Sebuah opera kehidupan mirip komedi topeng monyet.
Padahal, manusia diciptakan dengan keunggulan akal dan hati nurani. Dengan akalnya manusia diharapkan mau berkarya. Mampu membedakan yang benar dan yang salah. Dengan perasaan dan hati nurani, manusia dapat mengarahkan hidupnya untuk memilih jalan kehidupan yang lebih baik.
Tidak sekadar mencari kepuasan sesaat. Hendaklah manusia memanusiakan manusia sebagai makhluk beradab. Tidak meniru kehidupan liar yang ada di luar sana karena manusia bukan keturunan kera.

Baca juga di kolom WARTEG, HArian Surya Pos, Rabu 20 Januari 2010


[link]

NILAI EKSTRA MAT N REMIDI 7A

BAGI ANAK2 7A YANG NILAINYA DI BAWAH 70, HARUS MENGERJAKAN SOAL DI BAWAH. DIKUMPULKAN BESOK DI RUANG KURIKULULUM PALING LAMBAT KAMIS, 21 JANUARI 2010 JAM 08.00
NILAI DAN SOAL REMIDI BISA DIDOWN LOAD DI BAWAH INI!!!

NILAI EKSTRAMAT 7A
SOAL REMIDI

HARAM REBOUNDING, NGECAT RAMBUT DAN FOTO PRA WEDDING

Satu lagi sebuah fatwa hasil peretemuan pondok pesantren di Jombang, Diantaranya mengharamkan rebounding dan ngecat rambut, foto pra wedding dan perempuan naik ojek (Kalau nggak salah ngutip). Keputusan kali ini mendapat banyak tanggapan. Biasa, ada yang pro dan kontra. Soal ngecat rambut, setahu saya waktu belajar di madrasah sih memang tidak boleh. Kata guru saya yang nggak boleh itu ngecat rambut uban dengan warna hitam. Kalo dengan yang lain malah boleh. Sekali lagi kalo ngak salah lho. Lha wong sudah lama nggak buka bukunya.

Memang banyak ulama mengharamkan melakukan perbuatan dengan mengubah perubahan bentuk butuh hanya sekedar menubah penampilan agar kelihatan lebih seksi dsb. Kecuali demi kemaslhatan/kesehatan/dhorurot baru diperkenankan.
Berkembangnya trend sering membuat orang melakukan perbuatan yang memaksa anggota tubuh dipermak. Dan sebagain besar ingin mengubah penampilan agar lebih menarik, kalau ngak mau dikatakan seksi. Menarik buat siapa??

Buat suami? Itu sih oke2 saja. Tetapi yang terjadi adalah, penampilan menarik itu untuk lawan jenis. Nah kalau yang begini ini akhirnya banyak mudhorotnya. Siapa sih yang tidak tertarikm dengan penampilan gadis...ehhhh cewek kinclong berjalan di depan umum. Pasti banyak mata lelaki yang melirik, malah melotot. Dan ini yang bahaya. Mengundang setan untuk membisiki berbuat tidak baik. Jadi seruan haram atas perbutan mengubah penampilan diri dengan ngecat atau rebounding itu wajar2 saja. Lebih baik mencegah daripada terjadi hal yang tak baik
.
Sedang soal foto pra wedding, sering kita lihat di lembae undangan atu foto2 yang dipampang diarea resepsi. Banyak adegan2 yang nyrempet2 ke hal yang bertentangan denan agama. Toh mereka memang bukan mahromnya. Nggak boleh megang2, apalagi ada adegan yang menantang seperti ......ehm.

So..soal pengharaman apapun sebaiknya disikapi dengan bijak. Tidak asal menolak dan tidak asal mengharamkan. Mungkin suatu saat naik mobil haram karena banyak yang mati tertabrak, mobilnya menimbulkan polusi, mengakibatkan perubahan iklim.... Dan terbiasalah menerima berita jangan kagetan jangan gumunan!

Selasa, 19 Januari 2010

TEBAR BENIH VS TEBAR PESONA

Iklim benar2 sudah berubah. Ingá pertengahan januari ini, meski hujan sudah Turín, tetapi air yang turun Belem cukup untuk mengairi sawah. Buktinya, petani di sekitar rumah saya masih banyak yang mengandalkan mesin pompa air. Kalau tidak, jangan berharap padinya tumbuh. Padinya kalah cepat dengan rumput. Sumur rumahanpun sampai saat ini belum terisi air. Para petani sambat, uangnya banyak tersedot untuk sewa diesel. Belum lagi pupuk urea yang langka. Pembelian lewat kelompok tani tidak seperti harapan. Stok pupuk di kelompk tak mencukupi bagi petani dikelompoknya. Entah salah perhitungan, salah pengeloloaan, atau salah sasaran.

Sementara harga beras dibeberapa daerah merangkak naik. Beras2 yang berasala dari para pedagang besar. Padahal gabah di rumah petani tak ada lagi. Beras2 sudah dimiliki pedagang yang dikala panen punya banyak uang untuk membeli hasil panen dengan biaya rendah. Naiknya harga beras yang menurut para pakar atau pemimpin sebagai berkah bagi petani, sebenarnya hanya isapan jempol.

Itulah bedanya antara petani dan penguasa. Petani menebar benih, penguasa menebar pesona. Pepatah siapa yang menebar, dia yang menuai tak selamanya tepat. Kali ini petani menebar benih, pedagang menuai untung penguasa menebar pesona. Untuk kesekian kalinya petani selalu dipihak yang dirugikan. Kabar swasembada hanyalah angka-angka yang terkumpul di pusat statistik nasional. Petani tidak berharap banyak dengan istilah swasembada. Yang penting mereka bisa menanam padi, cukup air, tersedia pupuk dan hasil panennya nanti terjual dengan harga layak. Cukup untuk balik modal, buat mkan dan sedikit menabung untuk menyekolahkan anak2nya. Syukur bisa nyicil utang dan persediaan lebaran. Kalau nasib petani sering terabaikan, bisa2 mereka mutung, tidak mau menanam padi. Celakalah kita semua. Mau makan apa kita nanti??

Senin, 18 Januari 2010

SIAP UN 2010 PAKET 6

Bagi yang sudah ulangan smster, ini ada bekal buat liburan PLUS KUNCI Jawaban ( Yang ada) Kalo kuncinya nggak cocok tanya gurunya sendiri... . Met menikmati

mat paket 6

BIG paket 6

BIN paket 6
IPA paket 6

Minggu, 17 Januari 2010

SUSTER KERAMAS DAN MORAL BANGSA

Miyabi ditolak, Rin Sakuragi bertindak. Tanpa banyak gembar-gembor sebelumnya, pihak produser membuat film Suster Keramas. Penonton pun berjubel ke bioskop. Penasaran, seperti apa filmnya. Bukan alur cerita tetapi adegan yang diberitakan menampilkan adegan syur Rin Sakuragi menjadi magnet. Karena membaca judulnya saja orang pasti tergoda. Apa Suster Keramas sekuel Suster Ngesot?
Dan yang makin bikin orang semakin penasaran tentu saja bintang utamanya. Rin Sakuragi, bintang porno asal Jepang. Artis yang sudah membintangi puluhan film biru di negeri matahari terbit, yang kabarnya lebih tenar dari Miyabi. Berbagai pihakpun kebakaran jenggot. Tak kurang MUI di berbagai daerah menolak pemutaran film Suster Keramas. Ada yang beralasan, selain terlalu mengumbar adegan hot, kata keramas ini berkonotasi dengan mandi besar. Mandi wajib bagi orang yang sudah melakukan hubungan dewasa. Dan ini dianggap melecehkan syariat agama.
Terlepas dari penolakan Suster Keramas, sebenarnya terlalu banyak film-film Indonesia yang menyuguhkan adegan-adegan tak layak tonton. Siapa yang salah, produser, artis, lembaga sensor film atau penontonnya. Di sinilah manusia menjadi hakim bagi dirinya sendiri. Hakim yang menentukan baik buruknya sesuatu yang dilihat mata dan hati.
Jadi kalau menyalahkan siapa yang salah, dan yang salah masuk penjara. Bumi ini perlu bangunan penjara maha besar. Pihak produser cari untung, si artis cari uang, penonton cari hiburan. Klop sudah, semua saling membutuhkan. Bukan aneh lagi. Kalau film Indonesia menyajikan artis panas ataupun adegan-adegan layak sensor, film tersebut bakal dibanjiri penonton. Memang seperti itukah wajah film dan selera penonton Indonesia? Tidak adakah filter ketat dari pihak sensor? Bukankah ada lembaga penyaringnya, Lembaga Sensor Film dan masyarakat. Sensor jangan hanya bergantung MUI, tokoh agama, tokoh masyarakat apalagi pemerintahan. Kita semua mempunyai tanggung jawab moral atas pembangunan moral bangsa ini.
Apa gunanya UU Anti Pornografi. Dengan undang-undang itu siapapun berhak menuntut segala sesuatu yang mengumbar ataupun yang bisa mengundang nafsu. Jadi di tangan mereka ketajaman nurani dipertaruhkan. Tidak hanya mengandalkan tajamnya gunting sensor. Sehingga dengan kekuatan moral untuk memotong setiap adegan yang lebih banyak mempertontonkan maksiat ini, moral anak bangsa dapat diselamatkan. Tidak hanya memuaskan hawa nafsu segelintir orang yang memperjuangkan kebebasan meski dengan alasan seni.
Seni memang bebas, tapi moral bangsa harus diselamatkan. Jadikan moral sebagai panglima, garda terdepan pelindung dari pornografi ataupun pornoaksi. Masih banyak film bermutu yang bisa dibuat tanpa harus menonjolkan kemolekan tubuh dan ketenaran bintang filmnya. Laskar Pelangi, Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Sang Pemimpi adalah contoh film pembangun motivasi dan meningkatkan moral anak bangsa.

Sabtu, 16 Januari 2010

HIDUP SESUDAH MATI

Alhamdulillah, saya masih diberi umur panjang. Setelah Kamis lalu sekitar jam 8 saya dimatikan alias dibius pak dokter, siang sekitar jam 11 saya sadar. Meski agak ngantuk2. Pagi itu pen dikaki saya yang sudah bersemayam dua setengah tahun diambil. Jadi inilah untuk ketiga kalinya saya dimatikan, dan akhirnya hidup kembali. Hidup sesudah mati yang direncana. Bukan mati sebenanrnya. Selama mati karena dibius, saya tidak merasakan apa2. Begitu dibius tak ingat apa2 dan ketika sadar, sudah berada di kamar.
Namun siang itu mata masih banyak dipengaruhi bius. Makanya sampai jam 4 sore saya sering bangun n tidur.
Menurut rencana sore jam 5 pulang. Itu berdasar pengalaman murid sya yang barusan juga operasi ambil pen. Makanya mulai jam 5 istri saya mulai mempersiapkan barang yang mau dibawa pulang sambil ngurusi administrasi. Meski kalau melihat kondisi saya, belum memungkinkan pulang. Kepala saya pening, dan perut mual2.
Dan benar saja. Menjelang magrib, saya berusaha duduk, begitu duduk perut mual2 dan kahirnya muntah. Badan terasa dingin seperti masuk angin. Lantas tubuh ini dilumuri minyak kayu putih, saya pun langsung tidauran kembali.
Sementara ayagh dna pak sopir yang kebetulan masih saudara sudah siap menunggu. Administrasippun sudah beres. Jam 20.30 saya bagun lagi bersiap pulang. Begitu duduk tiba2 perut mual, saya langsung muntah. Saya pikir ini muntah masuk angin. Saya dan yang lain pun memaksa diri segera pulang.
Sambil duduk di kursi roda, saya didorong menuju mobil, Namun mendekati areal mobil, tubuh saya mual lagi, dan isi perutpun mengalir, muntah ketiga kalinya. Yaaaxh terpaksa balik lagi ke kamar.
Oleh perawat saya diberi omat magg. Mugkin karena sehari tak makan dan pengaruh obat bius, magga saya kambuh. Saya minum sua sendok dan disuruh tidur. Ditunggu reaksinya. Kalo tidak kunjung baik, saya disarankan ngamar lagi. Padahal anak2 pak sopir sudah nelpon berulang2.
Jam 23.30 saya bangun, badan terasa ringan dan akhirnya kami sepakat pulang. Dengan laju pelan2 mobil merayap pulang dan tiba di rumah jam 02.30.
Alhamdulilah saya sehat sampai rumah, minimal tidak muntah2. Dan Allah masih memberi kesehatan dan umur panjang meski sempat mati tiga kali. Dan kini saya kembali Siap menjalani kehidupan untuk hari esok.Kehidupan sesudah mati.

Jumat, 15 Januari 2010

BELAJAR DARI KEGAGALAN

Kejadian pada babak penyisihan sepakbola Piala Asia beberapa hari lalu menyisakan bekas menggelitik. Saking gemesnya dan cintanya dengan sepakbola Indonesia, Hendri Muliana turun ke lapangan, menggiring dan menendang bola ke gawang lawan. Penonton bersorak kegirangan mendapat tontonan menghibur dibanding permainan sepakbolanya. Sekjen PSSI, pak Nugraha rela mengatakan, tidak akan menuntut si Hendri dan akan menjadikan ini sebagai pelajaran meski PSSI menerima sanksi dari AFC.
Apa yang terjadi dengan sepakbola kita belakangan banyak memberi pelajaran. Kedatangan pemain asing yang diharapkan sebagai contoh, tidak bisa memberi kontribusi signifikan. Permainannya tidak beda jauh dengan pemain lokal. Sistem kompetisi yang banyak mengadopsi dari luar negeri lebih banyak dihiasi dengan perkelaihan pemain dan ulah penonton. Dan kita pun belum mampu mengekspor banyak pemain.
Ternyata dari 200 juta lebih penduduk, sulit menemukan 11 orang berkualitas. Terpuruknya sepakbola kita termasuk olah raga lain setidaknya jadi cambuk bagi pembinaan olah raga. Untuk itu perlu membuat pusat pelatihan khusus dan terpadu dengan pola pembinaan jangka panjang. Menghargai prestasi dan memberi sanksi tegas bagi pelanggarnya. Tidak bersifat instan dan pilih kasih dalam perekrutan pemain. Kalau tidak dimulai, kapan lagi?

Rabu, 13 Januari 2010

MATI TIGA KALI

Hidup di dunia sekali, setelah itu mati. Dan nanti dibangkitkan kembali. Mati adalah gerbang menuju kehidupan abadi. Kehidupan yang tak akan dimatikan lagi. Sudahkah kita siap mati? Banyak orang berkata, belum siap. Tapi sayangnya mereka tidak menyiapkan diri untuk mati. Maunya hidup enak di dunia dan ingin hidup seribu tahun lagi. Mati ibarat kabar buruk. Tak enak didengar dan harus dihindari meski itu tak mungkin terjadi. Diminta atau tidak, mau atau menolak, kematian pasti datang. Sekali manusia mati, hilanglah kenikmatan dunia.

Meski ada manusia bertindak tidak wajar. Minta mati, Bunuh diri. Kematian yang tak terampuni dosanya. Ada juga yang bernasib sial. Sudah berusaha mencari selamat, eeeehhh malah mati menimpa. Ketabrak, kecelakaan, tenggelam atau lagi sial terbunuh.

Kadang pula orang dipaksa mati demi kemaslahatan. Seperti yang saya alami. Saya sudah dua kali dimatikan, bukan dibunuh. Kali pertama setelah kecelakaan. Pasang pen buat nyambung tulang 28 Juni 2007. Kedua, ramadhan 2009 ini, ngoperasi kelenjar yang mengganggu metabolisme tubuh. Dan ketiga, insya Alloh besok. Kamis 14 Januari 2010, saya kembali dimatikan. Lagi2 yang melakukan sama, Dokter. Kali ini pen di kaki saya mau diambil. Jadi saya mengalami mati tiga kali.

Nah kalau mati model begini, namanya mati tereorganisir. Disiapkan, dieksekusi dan dibangkitkan kembali. Lha kalau operasi tidak dimatikan bisa dibayangkan rasanya. Bisa2 mati beneran. Mati dikarenakan alasan medis merupakan bentuk kematian kecil. Mati untuk dihidupkan kembali.

Yang jelas semua orang harus siap mati. Dimanapun dan kapanpun. Jangan takut dan jangan minta mati. Karena mati pasti datang. Begitu kata Bimbo. Dan semoga, kalau besok saya dimatikan, Allah menghidupkan kembali. Dan jikalau suatu saat saya
dimatikan dalam arti sesungguhnya, semoga mati dalam keadaan khusnul khotimah.

Selasa, 12 Januari 2010

PENGEMIS BERMOTOR

Senin sore saya mampir ke rumah ibu. Baru merebahkan badan di kursi tiba- tiba di depan pintu muncul seorang laki2 umur 40-an. Tanpa mengucapkan salam dianya langsung berucap : "Bu minta seribu!"
Saya sempat menjawab sekilas, "Ada apa pak" Dia diam saja dan tetap berdiri di depan pintu.
Ibu saya yang masih di belakang, begitu mendengar suara di depan langsung menuju pintu. Sambil mendekat, ibu memperhatikan orang di hadapannya. Orang itu langsung berkomentar " Kenapa bu, aneh ya saya"
Ibu menjawab. "Maklum saya sudah tua, tidak jelas melihat wajah dari jauh. Ada apa"
Orang yang ditanya diam saja, samabil lenggat lenggot mengerakkan kepalanya. Dia minta uang seribu bu" Saya segera menimpali. Dan ibu saya pun langsung memberi selembar seribuan. Orang itu lantas pergi ke rumah seberang.
Tak lama kemudian, nampak dia sudah kembali. Saya masih duduk di kursi sementara ibu masih menunggu di dekat pintu memperhatikan orang tadi. Tiba2 terdengar suara motor distater. "Lho kim, orang yang tadi minta itu ternyata bawa motor"
Aneh kan! Ternyata mau minta2 itu perlu modal kendaran untuk memperlancar operasinya.
Sore haripun saya sempat melihat Uya memang kuya. Dasar Uya, kali ini korbnannya anak kecil yang ternyata punya kerja sambilan jadi peminta-minta. Buat jajan, pacaran dan bantu orang tua.
Dunia memang aneh, peminta-minta tidak lagi berwujud wajah kusam berbaju gembel, jalan pincang dan penampilan amburadul. Sekarang banyak peminta2 berpenampilan mentereng. Jadinya kita semakin sulit membedakan, mana peminta2 beneran atau palsu. Atau mungkin mereka menyontoh orang lain. Yang berdasi, bermobil, punya kedudukan tapi sering meminta-minta. Minta fee, upeti dan .........

REFLEKSI TRITURA 44 TAHUN

Empat puluh empat tahun lalu Tritura dikumandangkan. Seorang Arief Rahman Hakim gugur sebagai pahlawan demi mengusung idealisme mahasiswa untuk menyelamatkan negeri. Tuntutan membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya, pembubaran kabinet Dwikora serta penurunan harga menjadi awal lahirnya orde baru. Kini selayaknya Tritura direfleksi.

Berbagai permasalahan dan issue-issue yang berkembang di tanah air sepertinya memerlukan pencerahan baru. Baik berupa pemikiran maupun tindakan. Keadaan ekonomi nasional maupun global yang rentan krisis, penegakan hukum dan mafia peradilan, sistem birokrasi, KKN yang masih membudaya, persatuan dan kesatuan yang mulai tercabik, iklim yang kian kritis dan masih banyak lagi permasalahan, menjadikan kita tidak segera beranjak. Terlalu banyak berkutat dengan berbagai konflik dan kepentingan. Dan Indonesia pun semakin ketinggalan.

Tritura setidaknya menjadi inspirasi bagi tegaknya supremasi hukum dan bangkitnya ekonomi. Kita ikrarkan lagi Tritura rasa baru :
1. Tegakkan supremasi hukum, berangus pungli dan mafia peradilan, berantas KKN, permudah birokrasi
2. Kuatkan ekonomi, jamin ketersedian kebutuhan hidup, pakai produk dalam negeri dan kobarkan semangat berdikari (berdiri di atas kaki sendiri)
3. Perkuat persatuan dan kesatuan bangsa, jalin toleransi, selamatkan bumi dan lakukan konservasi alam untuk anak cucu kita nanti

Senin, 11 Januari 2010

MATIKAN TV DI JAM BELAJAR ANAK

Saat ini televisi menjadi guru nomor satu. Mengalahkan guru dan orang tua. Lebih banyak waktu di depan TV daripada belajar. Apa yang ditayangkan TV sangat berpengaruh pada pola dan gaya hidup anak. Kritikan, sanksi dan fatwa bagaikan angin lalu. Tidak membuat jera tetapi malah merangsang kreatifitas perancang menu acara dan rumah produksi.
Peranan pemerintah yang sudah jauh berkurang untuk penyiaran informasi, semakin memberi ruang bebas pihak TV berekspresi demi rating dan keuntungan. Kini masyarakatlah yang harus kritis dan menentukan sikap. Ikut-ikutan menonton atau mematikan TV. Di sinilah kekuatan masyarakat menjadi pengendali. Kalau orang tua atau masyarakat tidak menyadari kepentingan anak, siapa lagi yang peduli?
Padahal sebentar lagi anak-anak sekolah menjalani ujian nasional. Kalau mereka tidak dikendalikan, nasibnya bisa terjungkal. Tidak lulus ujian dan harus ikut ujian ulang. Untuk itu bagi para orang tua bersama masyarakat perlu berkomitmen pada dirinya sendiri menyikapi godaan acara TV. Salah satunya dengan mematikan TV disaat jam belajar anak.
Apalagi kalau komitmen ini diamini komunitas yang lebih luas, niscaya hasil belajar anak semakin baik. Agar pihak stasiun TV bisa instrospeksi dan mawas diri. Jangan menggoda dengan acara menarik di waktu prime time, saat anak-anak belajar. Kepedulian kepada anak bangsa perlu dikedepankan demi menyukseskan wajib belajar. Minimal menjelang anak-anak mau ujian nasional.

Minggu, 10 Januari 2010

ANGKA CANTIK

ANGKA CANTIK

080808
Deretan angka bawa hoki
Ramai-ramai kais rejeki
Harap untung jauhkan rugi
Dirikan partai undang kenduri

090909
Angka kembar buat orang kuatir
Jantung berdebar hati berdesir
Kabarkan ramalan hadirkan tanya
Akankah tsunami dibawa gempa

211212
Angka cantik dibolak-balik
Mata mendelik bulu kuduk berkidik
Ramalkan dunia akan berakhir
Terima ramalan tak gunakan pikir

22222
Penta dua lewati masa
Gugurkan ramalan akhir dunia
Angka cantik bikin orang lupa
Kala berlalu tambah usia
Mereka yang kini muda
Saat itu sudah tua renta

Karya : Abdul Hakim @301109:11.45

Sabtu, 09 Januari 2010

JANGAN KULTUSKAN GUS DUR

Lebih seminggu sudah Gus Dur meninggalkan kita semua. Bela sungkawa terus mengalir. Suara dukungan pemberian gelar pahlawan nasional pun bergulir. Sementara makam Gus Dur tak sepi dari pelayat. Tak urung pendekar Pagar Nusa membuat pagar betis.

Yah.. para pelayat mulai kehilangan arah. Niat melayat menjadi ajang mencari berkah. Mengambil kembang hingga sejimpit tanah. Mereka mengharap tuah keagungan Gus Dur. Perbuatan yang mengarah ke perbuatan syirik.

Untuk itu perlu penyadaran bagi kita semua, terutama para peziarah. Kita semua mengagumi, mengidolakan dan mengagungkan Gus Dur. Kita Bangga dengan Gus Gur. Kita ingin Gus Dur dikenang sebagai sosok multi cendekia. Kita ingin Gus Dus jadi Pahlawan Nasional. Meski Alloh tak membedakan gelar untuk menghisab. Kita yakin Alloh akan meletakkan Gus Dur di tempat yang mulia. Dan kita tak perlu repot-repot mengkultuskan Gus Dur. Di alam baka Gus Dur akan marah pada kita yang mengkultuskannya, karena Gus Dur tak suka yang repot.

Kamis, 07 Januari 2010

FULL DAY SCHOOL DAN IMPLEMENTASINYA

I love you full, school. Ungkapan bagi sekolah bak kekasih yang selalu merindu.Tempat menuntut ilmu, mencurahkan isi hati, mengekspresikan diri dan menorehkan prestasi. Siswa, guru dan sekolah laksana pasangan kekasih dan bahtera yang bersimbiosis mutualisme. Saling berbagi dan membutuhkan untuk menciptakan keharmonisan yang memancarkan sinar terang.
Seiring dinamika kehidupan yang kian menuntut kecepatan, ketepatan dan kewaspadaan, perkembangan intelektual, emosional, spiritual dan kreatifitas siswa menjadi fokus dalam pendidikan. Peran orang tua pun dari hari ke hari semakin tergerus. Baik oleh kesibukan mereka atau pergaulan anak-anak yang kian bebas. Agar kebebasan anak ini terkoordinir dan bermanfaat perlu wadah yang tepat. Daripada menciptakan wadah baru yang menghabiskan banyak waktu dan tenaga, maka sekolahlah media tepat bagi penyelenggaran pendididkan plus dengan menambah waktu belajar di sekolah yang dikemas dengan nuansa Full Day School. Dengan Full Day School, kegiatan anak-anak lebih terorganisir baik pengelolaan waktu ataupun muatan materinya. Orang tua pun tidak lagi terlalu disibukkan dengan pengawasan ataupun memberikan tambahan bekal ilmu lain, terutatama budipekerti dan agama.
Tentu saja kebijakan Full Day School ini mempunyai banyak konsekuensi. Tidak hanya dari segi biaya, pembagian waktu di sekolah dan kegiatan rumah yang mungkin saja berkaitan dengan kehidupan para siswa bisa menimbulkan efek negativ. Meski anak-anak sekolah “dilarang” mencari uang, tetapi tidak dipungkiri masih banyak siswa kita yang di luar waktu sekolah membantu kehidupan ekonomi keluarga. Bahkan untuk biaya sekolah mereka sendiri.
Untuk pemberlakuan Full Day School tidak dapat serta merta untuk semua jenjang sekolah atau seluruh sekolah dalam jenjang sama. Faktor sosial ekonomi dan demografi harus dipertimbangkan. Memang, dengan pemberlakuan ke semua jenjang, sekolah akan memudahkan koordinasi. Baik dari sisi birokrasi, kurikuler maupun ektrakurikuler. Tetapi di sisi lain, masih ada sekolah yang tidak siap melaksanakannya. Baik faktor sarana prasarana, guru bahkan siswa itu sendiri. Apalagi untuk anak-anak di tingkat dasar.
Di tingkat dasar, anak-anak yang masih banyak membutuhkan kasih sayang orang tua, bisa tergerus haknya. Selain itu sebagai anak dalam taraf bermain, pemberlakuan Full Day School berdampak hilangnya masa emas itu. Masa penting dalam perkembangan mental dan intelektual anak di masa depan.
Kalau toh Full Day School dipaksakan pelaksanaannya, tentu akan ada konsekuensi logis. Konsekuensi yang cenderung mengurangi makna Full Day School itu sendiri. Kurangnya tenaga guru berkompeten jelas-jelas menampar wajah sekolah. Apalagi sarana prasarana tidak lengkap. Untuk itu perlu strategi jitu menyiasati minimya SDM guru. Sekolah bisa memanfaatkan komite sekolah untuk membantu mengangkat tenaga baru yang kompetensinya sesuai kebutuhan. Jika program berkaitan dengan pengayaan ataupun penambahan muatan baru, sekolah bisa memanfaatkan orang tua siswa yang mempunyai keahlian khusus untuk mengisi kegiatan full day school. Menjadikan orang tua siswa sebagai bagian learning community. Sekolah memprogramkan parents day dalam full day school. Sekolah hendaknya menyelenggarakan Full Day School sesuai kemampuan sarana yang dimiliki. Sekolah pun dapat memanfaatkan potensi yang ada di sekitar sekolah untuk menunjang kegiatan Full Day School.
Kemampuan otak yang terbatas, situasi lingkungan yang kurang mendukung acapkali menjadi penyebab gagalnya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Perlu kiat mengatur strategi pembelajaran yang menyenangkan. Pergantian suasanan dan penciptaan pembelajaran kontekstual bernuansa persahabatan dan menyenagkan akan memudahkan guru. Pembelajaran sekolah yang identik indoor bisa diubah outdoor. Penggunaan media interaktif termasuk multimedia juga bisa dipakai, agar siswa dapat memvisualisai dan mencerna materi lebih mudah.
Meskipun demikian pelaksanaan Full Day Scholl jangan diiibaratkan membangun gunung mencipta jurang. Keinginan meningkatkan intelektualitas, dengan tanpa terasa memisahkan ikatan batin antara anak dengan orang tua. Bagi orang tua sibuk, ini bukan masalah. Weekend dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan ruhani dan curahan hati. Meski hal ini belum menunjukkan penciptaan ikatan batin dan membangun watak anak.
Bagi yang lain, anak akan semakin terasing dengan orang tuanya sendiri. Terlebih setiba di rumah anak masih diracuki berbagai les privat dan seabreg kegiatan lain. Full Day School yang diharapkan tidak menambah beban pelajaran di rumah, tetapi karena budaya dan rasa kekurangpercayaan masyarakat/orang tua terhadap penyelenggaraan pembelajaran di sekolah seringkali memberi beban tambahan sendiri bagi anak. Walau pelaksanaan full Day School sudah mengkonsep tidak ada pekerjaan yang di bawa pulang. Semua tugas sudah diselesaikan di sekolah dan siswa mendapat tambahan muatan unggulan sekolah bersangkutan.
Budaya orang tua yang pasrah bongkokan, menyerahkan sepenuhnya anak-anak mereka kepada sekolah kadang melupakan tanggung jawab mereka sendiri dalam mendidik putra putrinya. Terutama dalam menjalin hubungan mesra antara orang tua dan anak. Keterbatasan waktu yang dimiliki orang tua dapat disiasati dengan membuat parents day di sekolah. Dengan demikian anak akan merasa masih ada perhatian dan keterikatan batin. Orang tua juga bisa membuat jejaring sosial dengan pihak sekolah, agar perkembangan jiwa dan akademis terpantau. Ketersedian jejaring sosial dalam dunia maya dapat juga dipakai sebagai upaya membentuk jalinan kasih sayang. Perlu diingat pula, canggihnya teknologi tidak akan dapat menggantikan kedudukan orang tua. Menyempatkan waktu dengan sedikit mengorbankan ego orang tua diantara kesibukkan merupakan solusi cantik agar anak merasa masih mempunyai orang tua. Agar tidak muncul anggapan bahwa Full Day School ibarat taman penitipan anak, wadah pelarian tanggung jawab orang tua.

DIMUAT DI MAJALAH MEDIA DINAS PENDIDIKAN PROP JATIM EDISI JANUARI 2010

Rabu, 06 Januari 2010

Istisqo’ di musim hujan

Mendung tak berarti hujan bukan lagi pepatah, tapi fakta. Memasuki Januari ini hujan belum banyak menyapa para petani. Mendung hanya menggelayut dan berlalu. Kalau orang Jawa mengatakan Desember gede-gedene sumber, Januari hujan sehari-hari. Kiroto boso/ungkapan itu tidak lagi sesuai kenyataan. Entah iklim global telah banyak berubah atau Tuhan mulai bosan melihat tingkah manusia. Yang jelas berkurangnya curah hujan membuat petani berkeluh kesah.
Bibit yang disemaikan tak sempat tumbuh. Lahan sawah yang baru digarap mengering lagi. Ditengah kesuksesan swasembada beras, para petani masih menderita. Dan itu mungkin karena kita mulai melupakan-Nya. Tidak pandai bersyukur dan mulai membusungkan dada. Merasa dirinya mampu membuat segala sesuatu, tetapi melupakan yang memberikan ilmu.
Pawang hujan dikerahkan untuk menolak hujan buat hajatan. Mementingkan diri sendiri tidak memperhatikan jeritan petani. Kini krisis pangan global mengancam. Komoditi pangan mulai dimainkan harga. Kalau para petani tidak segera menggarap sawahnya. Sebentar lagi akan banyak yang kelaparan.
Ada baiknya kita semua memanjatkan do’a. Bermunajat kehadirat Ilahi Robbi Yang Maha Kuasa. Sholat Istisqo berjamaah memohon hujan segera tiba. Kelihatannya aneh, di musim hujan sholat Istisqo’. Lebih baik aneh daripada kita semua tidak merasa diberi adzab dini, bagai hidup di tepi neraka. Di Musim hujan tak ada air hujan mengalir.

CINTAI PRODUK INDONESIA, PLEASE

Di tahun baru 2010 kita mendapat kado tidak enak. Khususnya di sektor ekonomi. Tanggal 1 Januari 2010 dimulai perdagangan bebas ASEAN dengan Cina. Suka atau tidak ini telah menjadi keputusan. Jangan heran mulai besok, di pasar tradisional dan kaki lima barang-barang produk luar terutama dari Cina membanjiri dan mengusai. Tidak dipungkiri lagi, Cina telah menjelma manjadi raksasa ekonomi dunia. Di tengah krisis global, Cina mampu eksis.
Apa yang akan kita lakukan? Menolak, jelas tidak mungkin. Menerima apa adanya, kita akan hancur. Kita dapat meniru India dengan semangat Swadesi-nya Mahatma Gandhi. Sayang semangat itu sering jadi ceremony di saat memperingati hari Kebangkitan Nasional 20 Mei. Padahal satu tahun tidak sepekan saja berswadesi yang diwujudkan berbusana berbatik.
Andai semangat swadesi mampu membumi dalam sanubari setiap anak negeri. Para pemimpin memberi teladan dan tak perlu membeli mobil baru yang harus impor. Padahal yang lama masih bisa dipakai. Niscaya kita tidak akan terjajah lagi. Bukan jadi negeri koloni, tetapi kita akan terjajah secara ekonomi. Bahaya neo liberalisme mengancam. Akankah kita tetap tenang-tenang saja. Agar jangan terjadi seperti anak ayam mati dalam lumbung padi, ayo pakai produk dalam negeri. Beri bekal anak didik kita pendidikan wira usaha. Beri kelonggaran berusaha, agar tercipta entrepreneurs-entrepreneurs muda.

Senin, 04 Januari 2010

PAJAK LISTRIK BAGI SI KAYA

Kabar gembira dari direksi PLN baru di bawah pimpinan pak Dahlan Iskan. Tahun depan PLN berencana tidak menaikkan tarif dasar listrik. Walau PLN tengah berupaya mencukupi pasokan listrik, baik pengadaan pembangkit listrik skala kecil, serta penyediaan trafo cadangan. Program yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Devisit anggaran PLN yang mencapai puluhan trilyun tentunya juga membutuhkan dana segar dari pelanggan.
TDL kita yang konon terendah di Asia tenggara, daya listriknya banyak dihambur-hamburkan oleh mereka yang hidup bermewahan. Sementara rakyat kecil banyak yang masih antri untuk pasang. Padahal listrik sekarang langka, listrik bak barang mewah. Tapi anehnya banyak yang berfoya-foya dengan listrik.
Selain industri, konsumen terbesar listrik adalah orang-orang kaya. Sedang rakyat kecil yang berdaya di bawah 1300 VA, setiap bulan jarang yang pemakaiannya melebihi batas.
Untuk itu bagi mereka yang memakai listrik berlebihan dan berKVA di atas 1300 VA layak dikenakan pajak progresif, 10%-20% dari pemakaian. Dananya bisa dimanfaatkan PLN untuk mencukupi listrik tanah air. Mendukung program listrik 10.000 MW.

REWARD BUAT PETANI

Swaswembada beras berhasil. Pasokan beras aman. Siapa pahlawannya? Petani. Warta yang menggembirakan. Siapa aktor semua ini? Petani. Apa yang diperoleh para petani? Hasil panen yang diperoleh, kebanyakan hanya cukup untuk makan dan mengganti ongkos produksi. Sedikit reward yang didapat.
Selain pupuk bersubsidi yang pada saat musim tanam ini sulit diperoleh, petani hanya bisa pasrah. Menunggu nasib hukum ekonomi. Disaat mau tanam kesulitan pupuk (karena sering pupuk subsidinya langka). Di saat panen harga gabah jatuh. Memasuki kemarau, ongkos produksi bertambah. Saluran air kering, air tanah pun harus dipompa. Dan itu butuh biaya.
Oleh karena itu sewajarnya para petani ini diberi reward. Bukan pejabat yang diberi penghargaan. Reward tidak hanya kemudahan memperoleh kredit perbankan. Terlebih mereka juga perlu kepastian harga yang lebih bagi hasil panennya. Hasil panen mereka harus diproteksi dari produk luar. Dan perlunya pembinaan bagi petani dalam pemasaran. Agar petani dapat bermain sendiri atas hasil keringatnya, dan tidak dimain-mainkan.
Reward jangan hanya berupa ikan. Kail yang berwujud sarana prasarana serta kebijakan yang menguntungkan lebih bermakna. Kalau petani kita pintar, siapa yang untung? Siapa tahu para petani bisa membentuk holding company. Sehingga pertani tidak jadi seperti orang dalam cengkeraman koloni.

Sabtu, 02 Januari 2010

GUS DUR, GUS DUL dan GHOSTBUSTER

Sebutan bisa disandang sebarang orang. Gelar bisa diraih bagi mereka yang punya kepentingan. Tapi kemampuan yang mengikuti sebutan dan gelar jadi pembeda. Siapa yang pantas menyandangnya.
Orang sudah mengenal ghostbuster. Sekelompak anak muda penangkap hantu gentayangan. Setan-setan pada takut kepada ghosbuster. Karena jarang yang punya kemampuan seperti mereka. Para ghostbuster ini bisa seenaknya menetapkan tarif. Ghostbuster jadi kaya. Karena selalu berhubungan dengan hantu, jarang orang yang mau menjadikan penangkap hantu sebagai pekerjaannya. Ghosbuster jenis ini ada di Amerika.
Di Indonesia banyak juga orang yang punya keahlian menangkap hantu. Tidak hanya hantu jinak seperti di luar negeri. Orang Indenesia lebih sakti. Mampu menangkap hantu, mulai jenis jinak hingga yang liar. Mulai Tuyul, genderuwo, pocong, kuntilanak, jin hingga iblis. Orang-orang yang punya kemampuan ini ada yang dipangil mbah dukun, mbah kyai, gus atau apalah sebutan2 lain.
Yang saya tahu kalau orang dipanggil kyai itu pasti punya kemampuan ilmu agama tinggi. Para alim yang punya kemampuan lebih dari yang lain. Padahal banyak pusaka2 sakti yang dipanggil juga dengan kyai. Termasuk sebutan ngetrend bagi orang2 mumpuni dibidang agama ini dipanggil Gus. Saya memang belum paham benar mengapa sebutan itu lahir.
Sebutan Gus yang paling akrab di telinga saya yaaa Gus Dur. Sayang Gus Dur sudah tiada. Gus Dur cocok banget menyandang Gus. Tidak hanya Gus Dur menguasai ilmu agama kelas wahid. Tapi ketokohan dan inteletualnya disegani kawan, ditakuti lawan hingá setanpun tak berani dekat. Gus Dur lewat, setan minggat. Sebenarnya masih banyak Gus-Gus lain yang Hebat seperti Gus Dur. Cuma kadang tidak habis mengerti mengapa Gus begitu mudah disandang oleh beberapa orang yang mungkin dari kaca mata kebanyakan masih belum setara dengan Gus Dur.
Kalau melihat ini saya cenderung untuk menyebutna Gus Dul. Yaa bukan bermaksud menyamakan dengan Si Doel anak betwai atau Si Doel anak sekolah. Tapi kalau sebutan Gus terlalau gampang disandangkan kepada seseorang, kayaknya Gus tidak sacral lagi. Hanya orang2 terpilih dan mumpuni yang berhak menyandang Gus.Tidak hanya asal dipanggil Gus.

SIAP UN 2010 PAKET 5

HADIAH TAHUN BARU 2010. BUAT YANG MAU LIBURAN, INI ADA BEBERAPA BEKAL. SELAMAT MENIKMATI.
MAT PAKET 5

BIN PAKET 5

BIO PAKET 5

FISIKA PAKET 5

GUS DUR PAHLAWAN NASIONAL

Rabu 30 Desember 2009, bangsa Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Gus Dur, mantan presiden, negarawan, mantan ketua PBNU, budayawan, penggerak demokrasi, dan segudang label kecendekiawannya baik level nasional dan internasional telah berpulang kehadirat Alloh SWT.

Ketokohan dan intelektualitasnya telah menghadirkan banyak warna di jagad ini. Membawa angin segar perubahan dan menciptakan nuansa kenegaraan, perpolitikan, hidup beragama, menghargai kultur dan etnis menjadi suatu mozaik indah di negeri ini.

Ditengah kontroversi dan selera humor ciri khasnya, Gus Dur adalah tokoh idola, panutan dan menjadi guru bangsa. Maka selayaknya gelar pahlawan nasional disematkan kepada Gus Dur atas jasa-jasa yang tak terhitung nilainya. Selamat jalan Gus Dur. Semoga amalmu menjadi lampu penuntun menuju surga.

Jumat, 01 Januari 2010

START

Posisi menentukan prestasi. Start menjadi kunci. Kalah start jadi ketinggalan, mencuri start bisa jadi dikeluarkan.

Tahun 2009 telah berlalu. Tantangan di depan sudah menunggu. Sejarah tak boleh dilupakan. Tak boleh hanya jadi kenangan, Ttetapi sejarah jadi pelajaran. Agar kesalahan tak lagi terulang. Bung Karno sudah berpesan. JASMERAH, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.

Di tahun 2009 prestasi sudah ditorehkan. Penghargaan terpampang menghias menyambut tamu di dinding depan. Jadi pemacu buat pedoman. Untuk melecut prestasi lebih terdepan. Awas!! Yang lupa diri akhirnya tenggelam.

Di awal tahun 2010 ini semua sudah ancang-ancang. Mempersiapkan diri dalam persaingan. Kesalahan antisipasi bisa menjadi bumerang. Kalah bersaing dengan pihak lawan. Ditinggal dibelakang yang pada akhirnya bisa tenggelam.

Untuk itu perlu membangun tim yang solid. Berikrar bersatu mencapai tujuan. Menetapkan fokus menuju sasaran. Menghilangkan rasa benci dan dendam. Bekerja bersama-sama tidak sendirian. Jangan salahkan orang lain jangan salah diri. Jika terjadi kegagalan di tengah jangan. Lekas ambil langkah cari alternatif. Pecahkan permasalahan tanpa keributan. Kalau semua mampu mengendalikan diri. Nigeri ini tak lagi jadi negeri koloni. Bukan oleh kompeni atau agresi. Tapi kita terjajah oleh ekonomi.

Barang dalam negeri harus diimport. Karena kita terbiasa tak mau repot-repot. Produk bangsa sendiri tak jadi favorit. Oleh mereka yang punya duit. Mereka yang kaya belanja di negeri luar. Padahal yang dibeli berasal dari negeri sendiri. Rasa gengsi korbankan harga diri. Mereka yang papa ikut2an. Beli barang tak lagi diloakan. Beli dari supermarket atau di plaza. Padahal makannya cuma lauk ketela.

Belum telat belum terlambat. Untuk berbuat untuk berbenah. Kalau tak mau hidup melarat. Mari segera berdiri dan berangkat. Karena masa barulah start. Dan dunia belum kiamat.