Selasa, 30 Januari 2018

EMANSIPASI


Pekerjaan itu tidak mengenal gender tak perlu gengsi. Asal mau berusaha, siapapun bisa memperoleh rejeki. Kecil tak mengapa, asal dapat untuk mencukupi anak dan istri. Minimal cukup makan sehari dua tiga kali walau hanya berteman sambal terasi. Jika mau menambah gizi, cukup ke sungai cari iwak kali. Yang penting bersyukur atas karunia Ilahi. Siapa tahu, suatu hari kesandung intan sebesar ibu jari.

Dulu pekerjaan sepertinya terpilah mirip pembagian kasta. Ada yang diistewakan buat lelaki ada yang diperuntukkan khusus buat wanita. Tapi kini pekerjaan tak memandang bulu apalagi jenis kelaminnya. Wong yang digunakan bekerja memang bukan alat kelaminnya, qiqiqi. Kecuali mereka yang berniat menangguk dosa. Jual diri karena iman tak ada di hatinya. 

Dulu wanita berkutat disegitiga emas. Kasur sumur dan dapur area kantor beraktivitas. Menurut pada lelaki tanda bhakti dengan iklas. Meski dalam batinnya protes, kenapa hidup begitu memelas.

Kini budaya itu telah luntur. Siapapun berhak berusaha dan agar tak menjadi orang menganggur. Agar kebutuhan hidup tercukupi, keluarga makmur.

Jumat, 26 Januari 2018

BOCOR


Namanya saja roda karet, tentu tak kebal dari runcingnya paku yang tercecer di jalan. Ban motorku luka, tinggalkan lubang menganga selebar ujung pena. Roda pun kempes, paksa diri jalan kaki sambil tuntun sepeda motor dengan sedikit menyeret, terpaksa.

Ban bocor bisa ditambal, kalau tak layak langsung minta ganti. Tetapi, kalau hati luka, sakitnya tuh sampai di sini. Tidak cukup sehari kadang sampai dibawa mati.

Bocor itu memang ancaman laten serius yang mengganggu negeri ini. Butuh ketelatenan, agar lubang tertutup dan nyaman dihuni. Talang bocor mudah diatasi, rahasia bocor bisa cari alibi. Lha kalau dana bocor, ada indikasi korupsi.

Menambal ban bocor saja butuh orang ahli, apalagi dana bocor, perlu investigasi dan nyali. Bukan sekadar dana habis untuk keperluan yang konon tidak bisa dicukupi dana resmi. Yang akhirnya....ikuti-ikutan mencicipi untuk keperluan pribadi. Termasuk untuk lobi-lobi, perlancar transaksi termasuk agar bisa duduk di kursi. Apa tidak takut dengan takdir Ilahi??? Saatnya mawas diri berintrospeksi,karena semua perbuatan di dunia kan dihisab di akherat nanti.

Kamis, 25 Januari 2018

HITAM PUTIH


Nasehat tua mengatakan, lidah itu tidak bertulang. Bisa keseleo kata saat lidah menari tanpa kendali. Lidah juga gampang berkilah saat ditagih janji. Pagi berkata A, sore menjadi I. Maka, berhati-hatilah jika berkata dan membuat kesepakatan termasuk jual beli. Jangan sampai kelak dikhianati, karna kita tak punya bukti kuat hitam putih bermaterai.

Hitam putih itu bisa jadi alat bukti. Jika kelak ada yang nakal mau menang sendiri. Simpanlah yang rapat dalam laci almari terkunci. Untuk jaga-jaga dari incaran pencuri.
Hitam putih pun kini jadi seragam resmi. Buat aparat berlabel pegawai negeri. Samakan atribut tak banyak asesoris tertempel di badan, mulai pegawai terbawah hingga para pamuncak punggawa negeri.

Hitam putih bisa dibuat memperjelas identitas. Untuk pertanda orang baik dan yang punya jejak culas. Karena kata orang, putih pertanda baik dan suci, hitam pertanda kelam. Hitam dan putih mudahkan orang lihat perbedaan.

Kala hitam putih dicampur, hasilkan abu-abu yang bisa membuat hukum kabur. Samarkan yang hitam agar tak tampak jahat. Jerumuskan orang ke lembah sesat. Yang benar diembuskan berbau radikal, agar dibenci dan digolongkan kaum berandal lalu disikat. Dramanya, ...orang benar terpental orang laknat dipuja bak malaikat.

Hitam putih, sudah jelas beda. Hanya hati nurani yang bicara, apa dan siapa yang benar seharusnya. Masih ragu??

Selasa, 23 Januari 2018

TEROR TELPON HO HO HI HE




Siang-siang, hp di saku celana bergetar. Langsung kuangkat, karena kalo hp jadulku bergetar tanda ada kabar penting tersiar. ternyata ada sms nyasar.

Bukan kabar dinas atau dari keluarga. Tetapi info nomor hp ajakan berkomunikasi mesra. Mungkin dikira saya penyuka berhohohihihehe ria. Aku tersenyum dibuatnya.

Sudah berulang kali aku dikirimi sms model begini. Semuanya tidak pernah aku balasi. Bahkan sempat nomor-nomor itu aku kirim ke pak polisi. Harap nomor itu diselidiki.


Mungkin ini modus baru prostitusi. Awalnya ajak telpon tukar informasi. Tapi kalau bahasannya seputar sara dan sex, pasti nanti menggugah birahi. Aku kan laki-laki. Kalau ditawari gratis, bisa ngibrit ingin mencicipi. Lalu, bisa ketagihan aku nanti. Lupa anak istri, gadaikan gaji.

Untung aku masih punya iman. Godaan ini aku abaikan. Aku harap yang kirim nomor hp ini tumbuh kesadaran. Tidak suka menggoda orang yang lagi sibuk pekerjaan. Atau nanti terciduk kepolisian. Karena melanggar UU transaksi elektronik yang menimbulkan keresahan. Kasihaaaaannnn.

Minggu, 21 Januari 2018

MENCARI CINTA


Hidup tanpa cinta itu bagai taman tak berbunga, begitu kata wak haji Oma Irama. Lha cinta itu seperti apa, kayaknya setiap orang punya definisi beraneka rupa. Yaa, gampangannya saja, cinta itu yang penting bisa dirasa,sukar mengungkapkannya. Mereka yang hidupnya dinaungi cinta, bisa menerima apa adanya dan suka memberi setulus hati. Pemuja cinta, kala bersanding terasa aman dan nyaman sejuk di hati. Setia dalam keadaan senang dan susah walau punya utang beras yang tak terbeli di warung kopi, tetangga sendiri. Perajut cinta jangan sampai mengkhianati apalagi mau poligami, nanti bisa memicu harakiri, dan arwahnya jadi memedi. Hiii..hiii...hiii..... 

Ngikuti pesan wak haji, berarti pasangan kekasih harus menanam bunga sendiri. Jangan suka ngintip bunga tetangga, bisa timbulkan iri, dan tergoda mau ikut mencicipi. Pencari cinta harus rajin menyirami agar tumbuh bersemi. Kelak mekarkan bunga yang mengeluarkan aroma harum mewangi. Tumbuhkan benih, penerus silsilah, pewaris buah cinta sejati.

Bunga itu pasti ada masa kadaluwarsa, seiring perjalanan revolusi bumi. Takkan abadi, meski dahulu berjanji setia sehidup semati. Itu menandakan cinta yang asli. Bukan cinta imitasi yang suka basa-basi. Di depan bermanis muka, dibelakang mengelabuhi.

Jangankan bunga alami, bunga kertas pun takkan awet jika dibasahi. Bunga plastik, justru nanti menyumbang polusi. Bunga bank, juga turun naik, rawan resesi ekonomi. Yaaa, semua kehidupan pasti ada pasang surut, seperti putaran roda pedati. Yang penting dekatkan diri kepada Ilahi. Kalau masih bingung mencari hakekat cinta, kalian akan pusing sendiri. Nikmati hidup yang terus tergerus, dengan menghibur diri. Tak harus shoping, berburu kuliner, yang bisa picu hypertensi. Berkreasi sedikit narsis tak apalah, yang penting happy.

Kamis, 18 Januari 2018

BELAJAR KEPADA PISANG





Nikmat itu tak melulu berupa harta benda. Kesehatan, kemudahan atau kabat baik, adalah bentuk nikmat tak terilai harganya. Meski nikmat itu sendiri bisa bermaksud ganda. Sebagai anugerah atau ujian buat umatnya.

Apapun bentuk nikmat, harus disyukuri adanya. Tak hanya dalam kata, tetapi perlu aksi nyata. Agar berkah tak dinikmati diri sendiri, keluarga dan sahabat dekat saja. Tetapi bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Hiduplah seperti pisang. Sekali hidup haruslah bermanfaat. Tak peduli dirinya dibully atau ditelantarkan. Tetapi tetap berproduksi, dan buahnya bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk yang suka menggangu dirinya saat masih ingusan.  Si pisang bersyukur, dirinya bisa memberi kemanfaatan.

Selasa, 16 Januari 2018

PENGUMUMAN PSB GELOMBANG I TEBUIRENG 2018/2019


Saat yang ditunggu tiba. Setelah sekitar tiga minggu pas seleksi tanggal 24 Desember 2017, hasil PSB gelombang I Tebu Ireng diumumkan.
Selamat kepada calon siswa yang diterima. Kepada yang belum, masih ada kesempatan menuntut ilmu, baik di Tebu Ireng maupun di tempat lain .
 Hasil seleksi selengkapnya bisa buka tautan link di bawah ini
https://tebuireng.online/daftar-peserta-tes-yang-lolos-seleksi-psb-20182019-gelombang-1/#trensainsp-psb-2017


Senin, 15 Januari 2018

REJEKI JALANAN


Rejeki itu rahasia Ilahi. Dikejar kadang seperti lari, kita diam dia tak jua menghampiri. Bukan karena benci bukan pula karena tak kasihan kepada yang sudah bekerja setengah mati. Hanya waktu yang kan memberi bukti. Menguji kesabaran para insani.

Rejeki itu tersebar di permukaan bumi. Ada yang mudah didapat ada pula yang harus digali. Ada yang di jalanan ada yang di gedung-gedung tinggi. Ada yang gratis ada pula yang perlu modal segunung Fuji. Yang penting halal buah keringat kerja keras sendiri. Bukan hasil korupsi, mencuri ataupun memungli. Karna rejeki yang dimiliki kan dipertanggung jawabkan di akherat nanti. 

Rejeki itu juga tidak tiba-tiba turun dari langit. Butuh usaha dan doa plus dzikir wirid. Kalau berhasil jangan jemawa apalagi pelit. Keluarkan zakat agar badan dan hati tak berpenyakit.

Minggu, 14 Januari 2018

LITERASI DALAM BAYANG HARGA KERTAS


Bukalah jendela dengan buku, begitu kalimat manis terpampang di perpustakaan dan taman baca. Buku ibarat jadi kata kunci, kalau orang ingin berhasil. Dengan buku, berbagai informasi, ilmu dan seabreg pengetahuan bisa diserap, sebagai modal mengarungi kehidupan. Melewati jalan panjang terjal berliku dan berharap tujuan utamanya bisa diraih dengan sukses. Sukses dunia ya selamat di akherat.

Gerakan cinta buku pun digalakkan. Apa fakta di lapangan yang bisa diperoleh? Budaya membaca apalagi mau membeli buku, rendah. Buku kalah dengan media berbasis IT. Orang tak pelit mengeluarkan rupiah bersosmed ria. Sayangnya, bersosmed itu tidak dilakukan dengan bijak. Justru hanya pelarian, menghibur diri atau pamer diri. Tetapi kalau menggunakan uang untuk beli buku, 1001.

Padahal belakangan gerakan memulis buku kian menjamur. Berbagai kemudahan diperoleh, termasuk kebutuhan ATK. Tentu saja ini terkait dengan biaya penerbitan buku, utamanya ketersediaan kertas sebagai unsur utama buku, selain naskah tentunya. Berbagai gerakan menulis buku bermunculan. Menulis buku bukan sesuatu yang sulit.

Sayang, di tengah semakin deras terbitnya buku-buku, harga kertas naik tak terkira. Padahal, belakanan kenaikan barang dan jasa strategis tidak mencolok. Ada apa gerangan? Apa mau ngekor naiknya harga beras, terus nanti ada usulan, lebih baik impor buku atau mending menerjemahkan buku karya orang manca? Apa kata mertua, eehh....apa kata dunia. Jangan kuatir, dunia akan tertawa kok. Justru nanti ada sumbangan, eh hutangan....,buat penyuksesan pengadaan buku... Asal kertasnya impor yang bahan kertasnya hasil pembalakan liar hutan Indonesia.

Jika untuk mencetak buku saja mahal, bagaimana dengan harga jual? Pasti mahal.
Sepertinya gerakan literasi terkebiri naiknya harga kertas. Hal ini bisa berdampak dengan semangat penulis, jadi malas. Enakan jual pulsa atau kertas dari pada buat buku. Jika profuktivitas dan kualitas buku berada di bawah bayang-bayang harga buku, budaya literasi hanya indah di berkas. Pemanis bibir, hanya basa-basi. Mau, generasi kita asing dengan makhluk bernama buku???

Kamis, 11 Januari 2018

RESOLUSI




Kali pertama masuk kerja, kata-kata yang sering terdengar dan terbaca adalah= Resolusi. Lah, terus kalau ditanya apa resolusi itu, kok yaa pada bingung. Gimana to ini?

Anu, pokoknya resolusi itu suatu kenginan yang harus diwujudkan. Entah bagaimana caranya. Weleh, ini golongan orang nekat. Memang kalau tidak terwujud gimana, apa mau bunuh diri, mutusin kekasih atau terpaksa jual harta gono gini buat nebus kegagalan? Walah-walah, ini bisa lebih runyam.
Makanya buat resolusi itu ya enggak usah muluk-muluk. Karena orang muluk itu batasnya hanya kemampuan cengkeraman ujung lima jari. Lho, kok? Iya, tanya saja orang Jawa yang suka makan dengan cara muluk. Wiss, bingung thooo.

Resolusi itu semakin tinggi semakin mahal biaya mewujudkannya. Yaa, mirip beli tv atau hp yang resolusinya tinggi itu lhoo. Makin tinggi resolusinya, memang kelihatan keren. Tapi kalau enggak punya cukup modal, gagal dech memilikinya.
Jadi, bagaimana? Masih mbahas resolusi, kok kayak kurang kerjaan. Kerjakan saja yang ada dihadapan anda. Wujudkan mimpi anda mulai dari yang sederhana, dari diri sendiri, dan dimulai SEKARANG!

Sabtu, 06 Januari 2018

MENTAL KUCING




Yang namanya kucing, ya tetap hewan. Punya perasaan tidak punya pikiran. Jadi, kalau berbuat kesalahan jangan dijadikan kambing hitam. Lha wong sudah tahu suka mencuri kok dijadikan peliharaan.

Mungkin itu pula muncul istilah alim kucing. Tidak adakan, istilah alim anjing. Padahal keduanya sama-sama binatang peliharaan. Enggak tahu kenapa, najis kali. Sejinak, selucu atau nggemesi sekalipun, kalau si kucing nakal pasti yang empunya kesal. Mau dipukul melanggar hak asasi hewan, dibuang kasihan, dipelihara terus, makan hati. 

Belum lagi punya kucing peranakan luar negeri. Manjanya setengah mati. Makanan bernutrisi harus di hidangkan di wadah suci. Buang hajat di pasir yang harus beli. Bulunya harus rutin dikramasi, disisiri mungkin juga perlu direbonding biar rapi. Ngalahkan memelihara anak kandung sendiri. Minta fasilitas mewah, kerja ogah, biaya operasionalnya menghabiskan jatah. Belum lagi suka buat ulah. Berlagak pongah, merasa sang majikan tak akan memberi hukuman walau perbuatannya membuat resah seisi rumah. Sang majikan jadi salah tingkah.


Makanya, punya kucing itu harus bijaksana. Kalau si kucing nakal, ya sesekali atau banyak kali diberi hukuman saja. Jangan selalu diperlakukan istimewa, agar kucing tidak jemawa. Yang punya kucing pasti sudah hafal kebiasannya. Hanya butuh keberanian untuk melakukannya. Beranikah manusia dengan kucing? Apa manusia justru takut kualat dengan kucing, yang nanti saat sang majikan mati, kuburannya diloncati kucing hidup??? Jika ia, manusia jenis ini kategori penakut bin pengecut. Atau jangan-jangan sang majikan sudah ketularan virus kucing= alim kucing. Ada yang tersungging, eeeh tersinggung? Kena, deeech!!!

Jumat, 05 Januari 2018

GURU ARTIS




Jangan apriori saat membaca judul di atas. Itu hanya tulisan bebas, agar pembaca tersenyum lugas. Syukur mau membaca hingga tuntas, terkesan dan di hatinya membekas.

Ya, meski telat sehari aku tahu. Kalau wajahku mejeng di Radar Madiun grup Jawa Pos, koran di daerahku. Baru tadi malam dikirimi gambar lewat ig teman anakku. Aduh....senang hatiku. Eeh, lha kok jadi lebay, aku. Yaa, baiknya biasa saja-lah, yauuuu. Jangan buat malu. Aku kan guru, masa di sosmed mau melucu. Nanti di bully sama pengikut setiaku, hehehe. Sok pede aku. Ketularan para penggiat sosmed yang sering upload foto dan ganti profil setiap waktu. 

Sudah beberapa kali aku nampang di koran dengan gratis. Wajah luguku dipoles bergaya narsis, niru para artis. Meski aku tak punya tampang kaum borjuis. Hanya bermodal sisiran rambut klimis dan berkumis tipis.

Lumayanlah wajah terpampang di media masa. Bisa dikenal orang banyak, rekan dan sahabat nun jauh di sana. Apalagi di foto terpampang buku-buku yang sudah aku terbitkan. Aku pun bisa promosi beriklan jualan secara gratisan. Kalau ada yang pesan, kan lumayan. Bisa buat beli jajan di angkringan. Syukur bisa bayar cicilan. Alhamdulillah.... Puji syukur kupanjatkan.

Selasa, 02 Januari 2018

MENCARI SEHAT




Dalam badan sehat terdapat jiwa yang kuat, begitu petuah tua berkata. Makanya orang itu perlu olah raga, agar metabolisme tubuhnya berjalan sebagaimana mestinya. Berolah raga juga enggak perlu mahal. Asal tubuh bisa bergerak, keringat terperas, tubuh terasa waras.

Orang kota mungkin pergi ke gym, angkat beban atau jalan di alat yang tak beranjak dari lantai. Kalau orang desa sederhana saja, ambil sabit dan cangkul, potong rumput dan ranting yang batangnya memanjang mengganggu jalan. Usai olah raga, badan terasa segar, perut terasa lapar, makan habis sepiring besar. Tubuh dilentangkan di tikar, dengkur pun terdengar.