Kamis, 31 Desember 2009

TUTUP BUKU

Selamat tinggal 2009, Selamat datang 2010.

Berbagai kenangan, kejadian peristiwa telah terjadi. Pahit, getir, manis susah senang telah kita jalani. Buah pelajaran jadi pengalaman baik untuk ke depan. Seberapa besar kebaikan yang telah perbuat di masa lalu? Seberapa besar kesalahan dan dosa telah kita perbuat. Kita tidak mampu mencatatnya. Kita tidak bisa menghitung. Kita hanya m bisa merenung. Mengenang memori yan mungkin akan hingga di hati. Menghias kenangan buat nostalgia. Membayangkan kebahagian dikala lara.
Tapi tak sedikit kita meninggalkan luka. Buat kita sendiri, tetangga atau siapa saja. Ada yang direncana ada yang sengaja. Kesalahan yang dapat kita jadikan pelajaran sebagai nasehat. Mencegah kesalahan terulang di masa datang. Memohon maaf kepada yang terluka.
Ke depan kita siapkan . Rencana kita tata. Strategi kita atur .. Songsong 2010 dengan harapan.

GUS DUR PULANG

Inna lillahi wainna ilaihi rooji'uun. Gus Dur meninggal dunia. Presiden keempat RI ini menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu, 30 desember 2009 pukul 18.45. Kompikasi yang diderita beliau mengantarkan roh Gus Dur menghadap sang Kholiq.
Kita kelihatan tokoh nasinonal. sang pendobrak, cendekiawan handal, budayawan, tokoh refformis, demokratis, humoris, pluralis dan sebreg gelar yang menyertau beliau.
Tokoh yang layaj disebut bapak bangsa, guru bangsa tiada tanding.

Rabu, 30 Desember 2009

SEHARI TANPA GULA

Stok gula cukup, harga gula terus membumbung mencapai rekor tertinggi, dan pemerintah sementara tak akan mengimpor gula. Begitu media mewartakan seputar gula. Dan kita kelimpungan. Gula terasa tak semanis butirannya. Gula tak lagi komoditi murahan. Apa jadinya hidup tanpa gula? Rasanya seperti makan tanpa garam. Lalu, apa yang dapat diperbuat?
Yaa, apa salahnya hidup tanpa gula. Bukan untuk diet ala penderita diabetes mellitus. Tetapi sebagai terapi bagi siapapun yang punya kepentingan dengan gula. Seperti pepatah ada gula ada semut. Mungkin saja ada pihak yang sedang menikmati manisnya gula. Sementara yang lain hanya bisa gigit jari.
Kalau di kota besar ada program sehari tanpa kendaraan bermotor. Ada pula himbauan sehari tanpa rokok. Kini saatnya mencoba sehari tanpa gula. Bisa dibayangkan, berapa ton gula bisa dihimpun jika sehari tidak mengkonsumsinya. Berapa devisa yang dapat dihemat? Kalau tidak ada yang mengkonsumsi, apa gula akan disimpan terus? Biar gulanya jadi kerumunan semut. Semut-semut yang bisa terkena diabetes mellitus.
Sehari tanpa gula bukan hanya mengharap harga gula turun. Dengan sehari tanpa gula minimal kesehatan kita semakin terjaga. Tak cukup sehari, dua ...tiga...empat hari atau kapan pun, kita siap hidup tanpa gula. Sehari tanpa gula, siapa takut!

KEKUATAN KOIN DAN KEADILAN

KEKUATAN KOIN DAN KEADILAN
Keadilan itu akhirnya datang juga. Selasa 29 Desember 2009, Prita Mulyasari akhirnya diputus bebas. Hakim sudah mengetok palu berdasarkan bukti dan saksi serta pertimbangan hukum yang matang. Sementara jaksa penuntut umum masih pikir2.
Putusan hakim ini merupakan klimaks dari rangkaian cerita Prita. Mulai diagnosis yang berubah2, email yang menyebar, tuntutan RS OMNI tentang pencemaran nama baik, penggalangan koin hingga putusan bebas.

Kasus yang digelar berdasar UU terkait transaksi elektonik ini telah mengundang polemik banyak pihak. Di era kesejagadan ini, dimana arus komunikasi tak bisa lagi dibendung. Siapapun berhak mewartakan dirinya sendiri atau orang lain. Kebebasan yang punya batasan. Salah mewartakan bisa menjerat diri. Kasus Prita, Luna Maya dan sudah berapa orang yang diseret ke pengadilan gara-gara tulisan, info, yang menurut orang lain tulisan itu telah mencemarkan nama baik. Meski orang yang melaporkan itu memang kadang sudah tercemar he...he...he...

Dan kita yang sering nulis di dunia maya bisa memetik hikmah dari kasus ini. Putusan bebas itu sendiri disamping kemenangan bagi Prita sendiri, juga kemenangan para simpatisan. Baik yang mendukung secara moral atau lewat aksi pengumpulan koin.
Saya yakin, kalau tidak aksi solidaritas seperti itu, putusan pengadilan bisa beda. Koin ternyata menjadi kekuatan dahsyat. Dan Pengadilan pun bisa luluh.

Semoga koin2 untuk prita tidak hanya mampu meluluhkan hati para hakim, tapi bisa lebih bermanfaat bagi yang lain. Mbak Prita kan sudah tidak memerlukan koin itu kan? Masih banyak pihak2 lain yang membutuhkan koin. Pihak2 yang setiap hari sudah terbiasa dengan ketidak adilan. Hidup susah, melarat dan selalu dirundung kekurangan. Siapa yang peduli dengan mereka. Mereka tentu tidak akan terjerat karena menulis di dunia maya. Karena memang mereka tidak mungkin bisa meraihnya. Mereka sudah terjerat sengsara. Kehidupan nyata yang tidak perlu biaya untuk melihatnya. Mereka Nyata buka maya. Mereka hidup di sekitar kita, tidak di dunia maya. Siapa yang akan mengkoordinir aksi mengentaskan kemiskinan di dunia nyata ini? Kita Tunggu mereka yang peduli, punya hati. Tidak hanya mencari sensasi atau karena ada koneksi!!

Selasa, 29 Desember 2009

BUKU, GOSIP DAN SALES

Buku Membongkar Gurita Cikeas adalh buku yang paling dicari minggu ini. Entah karena judulnya menarik, pengarangnya yang kontroversi atau isi buku yang menggoda. Yang pasti buku itu sekarang menjadi buah bibir. Presiden SBY pun mengomentarinya. Dan menganggap buku itu sebagai fitnah.
Buku memang sarana penumpahan imajinasi dan pengungkapan fakta. Imajinasi yang kadang dibumbui berbagai daya kreatif penulisnya. Pengungkapan fakta yang kadang juga dipaksakan dengan data-data sekunder. Menurut pak Amien Rais, data sekunder secara ilmiah kurang memiiki bobot kekuatan. Dan untuk buku Membongkar Gurita Cikeas ini G Adjitjondro juga menggunakan metode ini. GJA tidak melakukan penelitian sendiri. Kalau sudah begini, kita mungkin akan menarik konklusi. Bahwa akhirnya buku itu tak ubahnya seperti gosip. Mencari sensasi dan ujung-nya untuk menarik rejeki. Teori pemasaran pun berlaku. Siapa yang untung dan siapa yang rugi? Pikirkan sendiri.

Senin, 28 Desember 2009

GURITA CIKEAS

Hewan berkaki banyak ini digambarkan sebagai hewan yang rakus dan suka menguasi. Maklum banyak tangan-tangan yang siap mencekeram mangsa. Senjata pamungkas lain menjadi alat membela diri. Siap menembakkan semprotan tinta. Meski demikian, gurita tetap jadi primadona. Rasanya yang enak menjadikan gurita jadi buruan nelayan. Harganya tinggi, nyarinya tidak banyak kesulitan. Dari gurita kecil yang lazim disebut cumi-cumi hingga gurita raksasa.

Sosok gurita inilah yang sering dijadikan orang untuk menggambarkan seseorang ataupun company yang mampu menguasai dan mengendalikan kekuasaan. Menerobos hingga celah sempit dan membelit siapapun yang menghadang. Menjadikan kaki-kaki sebagai penyokong keabadiannya. Menyingkirkan lawan yang mencoba menggangu. Berkamuflase diantara sekumpulan koloni untuk menyerap informasi dan menjadikannya sebagai alat bukti menjerat lawan.

George Adjitjondro pun kini menggunakan gurita sebagai judul bukunya. Buku George Junus Aditjondro berjudul 'Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century'. Buku yang langsung mengundang reaksi dari penguasa negara. Meski buku itu disusun berdasar bukti dan fakta yang dikumpulkan. Namun pihak-pihak yang ditulis meragukan kebenarannya. Dikuatirkan buku itu menimbulkan fitnah dan menjurus kepada penggiringan opini publik untuk mempercayai isi buku tersebut.
Itulah kekuatan sebuah buku. Mampu mempengaruhi pembacanya. Buku juga bisa menggurita dalam lubuk sanubari manusia. Menyusuri alam pikiran hingga bawah sadar. Gurita mana yang unggul, gurita yang ditulis atau gurita buku.

Minggu, 27 Desember 2009

TSUNAMI

TSUNAMI

26 Desember 2004 Aceh luluh lantak diterjang tsunami
Trilyunan rupiah hanyut terbawa air ditelan bumi
Ratusan ribu nyawa melayang
Terkubur di antara reruntuhan
Lahirkan yatim piatu ciptakan panti asuhan

Pengungsi hidup di bawah tenda
Mereka yang dulunya kaya jadi dhuafa
Hidup menderita dengan menghamba
Meratap nasib berselimut duka
Memandang hamparan negeri yang sudah rata.

Rumah-rumah lenyap tinggal pondasi
Mempertahankan diri mencengkeram bumi
Para penghuni hanya mengharap belas kasih
Dari mereka yang masih punya hati

Lima tahun sudah tsunami berlalu
Trauma yang masih membekas di kalbu jadi saksi bisu
Pada diri manusia yang berjuang menghilangkan duka
Songsong hari depan dengan penuh asa
Bertahan hidup dengan sisa-sisa.

Kini saatnya para korban Bangkit
Membangun negeri hidupkan nyali
Lupakan tragedi siapkan diri
Rajut tali kasih semaikan damai.

Jumat, 25 Desember 2009

LAHIR UNTUK MATI

LAHIR UNTUK MATI
Setiap kita lihat tanggal kelahiran kita, yang ada dibenak adalah peringatan hari ulang tahun. Pesta, kado dan ucapan selamat sudah terbayang dalam lamunan. Dan perayaanpun disiapkan. Menjamu para sohib dan kerabat. Tiup lilin dan iris kue. Lagu happy birthday pun dikumandangkan. Sorak sorai teman mengisi ruangan.

Tapi apalah arti sebenarnya sebuah tanggal lahir. Untuk apa kita lahir? Pada manusia ke dunia ibarat hanya ”mampir ngombe”/ sekedar minum. Seberapa banyak orang minum kalau hanya mampir. Paling Cuma satu gelas, itupun biasanya dari pemberian orang.

Melihat sedikitnya waktu manusia Hidup di dunia, yang namanya lahir ibarat hanya awal dari kematian. Lahir untuk mati. Itu kata singkat dan tepat. Lalu untuk apa hidup ini kalau akhirnya mati? Buat apa susah-susah hidup jika apa yang diperolehnya tidak di bawa mati? Apa sebaiknya kita diam saja, toh akhirnya mati juga?

Makna bahwa lahir untuk mati setidaknya mengingtka kita tentang pentingnya arti hidup. Maka kita juga bisa memaknai bahwa hidup adalah perjalanan menuju hidup. Perjalanan yang memerlukan bekal agar kita selamat dalam perjalanan dan akhirnya mencapai tujuan. Kalau ini yang kita pegang, niscaya hidup ini akan lebih bermakna dan berwarna. Bermakna, karena kita lahir dan hidup ini ada manfaatnya. Berbuat kebaikan dan kebajikan. Mengumpulkan bekal menjemput ajal. Berwarna! Karena memang manusia diciptakan berbeda. Perbedaan yang ditentukan dengan jenis amalnya. Menanam pohon yang dinanti buahnya. Kelak manusia akan memetik buah di akhir nanti, bertemu dengan Ilahi Robbi.

TANGAN TUHAN

TANGAN TUHAN

Dipopulerkan Maradona, diamini Theiry Henry. Menguntungkan negaranya, bencana bagi lawannya. Inggris kala itu merana, sementara Irlandia tak jadi pesta. Gagal ikut piala dunia. Kedua pelaku yang melakukan hal ini tak mau bohong, bahwa tangannya memang berperan atas terjadinya gol. Jika Maradona kelihatan menanduk, padahal tangannya yang menyundul bola. Henry lebih sopan. Bukan tangannya yang menanduk, tapi berkat tangannya, bola terkontrol dengan baik dan enak ditendang. Dan akhirnya berbuah gol. Dan Tuhan telah membantu kedua artis lapangan hijau ini. Dalam dua kejadian itu, wasit tidak melihat telah terjadi handsball dalam proses terciptanya gol. Wasit juga manusia. Dan yang terjadi, orang2 yang melihat kejadian itu menghujat keduanya. Merasa berdosakah keduanya. Merasa sih merasa. Tapi apa boleh buat. Pak Wasit sudah mengesahkan kemenangan timnya. Manusia kan tempat salah dan lupa.

Di saat genting seringkali muncul keberuntungan. Keberuntungan dari doa2 orang yang teraniaya. Mungkin dikala itu Argentina baru kalah perang Malvinas dengan Inggris. Sebagai gantinya Inggris dikalahkan berkat pertolongan Tangan Tuhan. Sedang Prancis yang di piala dunia sebelumnya kalah dengan Italia gara2 Zidane dikartu merah, juga ditolong Tuhan. Makanya Zidane pun membela Henry. Siapa yang ingin tangannya sendiri memegang bola kalau tidak seijin Tuhan. Kedua kejadian masuk Skandal sepakbola abad ini.

Apa kita berharap Tangan Tuhan membantu menyelesaikan masalah kita sekarang? Tentu iya. Saat ini kita dirundung banyak masalah. Mulai harga gula yang naik, hujan yang belum turun, listrik yang byar pet hingga century. Semua masalah masih berkutat di sekitar lingkarannya masing2. Yang satu ingin menang sendiri, yang lain ingin menjatuhkan. Banyak tangan ingin membantu. Uluran tangan yang tak jelas ingin meraih apa. Yang pasti tangan2 yang membantu itu bukan tangan Tuhan. Buktinya sampai sekarang, masalah tersebut belum kelar2.

Tuhan memang belum menjulurkan tangannya. Menunggu semua pihak untuk bersabar dan melihat. Siapa yang paling teraniaya. Dan pada waktunya nanti kita akan jadi saksi. Bahwa Tangan Tuhan akan membantu. Sesungguhnya doa orang2 teraniaya lebih mudah terkabul.

Kamis, 24 Desember 2009

BUPATI MADIUN DITUSUK

Menyerang seorang pemimpin lagi ngetrend. Setelah G Bush dilempar sepatu, kini perbuatan menyerang pemimpin terjadi di Indonesia. Tepatnya di Kincang Wetan Jiwan Madiun.
Disaat acara hiburan dalam rangkaian Bakti Sosial Terpadu, seorang laki2 bernama Yuyun naik panggung dan langsung menusukkan obengnya ke perut pak Bupati. Untung saja perbuatan ini tidak berakibat fatal. Tusukan pertamanya hanya sedikit melukai perut sang bupati, serangan kedua nyantol di meja, dan serangan ketiga digagalkan pak wabup Iswanto.
Apa yang melatar belakangi yuyun menyerang pak bupati? Menurut pengakuannya Yuyun keceewa dengan janji2 pak bupati Obral janji yang menurut Yuyun terlalu muluk2 dan sulit direalisasikan. Dan rasa kecewa itu iya tumpahkan ke pak Bupati Muhtarom.
Untung saja, akibat serangan itu pak bupati tidak luka parah. Lukanya hanya seperti digigit nyamuk. Kejadian yang timbul pada Selasa Malam itu pun tidak mengganggu aktivitas pak bupati.
Keesokan harinya pak Bupati langsung bekerja. Memberi contoh buat kita semua. Bahwa sakit bukan alasan utama untuk tidak masuk kerja atau sekolah. Meski sakit, asal sakitnya tidak menggangu aktivitas kerja, tetap masuk. Coba bandingkan dengan kita, sakit demam sedikit, sakit panu akut saja sudah minta ijin.
Soal motif lain penusukan, masih jadi PR pak polisi.

MATEMATIKA ITU PEREMPUAN

Matematika itu Perempuan

Suatu ketika seorang guru matematika memberikan apersepsi kepada murid-muridnya.
Guru : Anak-anak, matematika itu penting. Matematika Queen Of Science
Siswa 1 : Hebat dong Bu! Ratu itu kan perempuan. Jadi matematika itu perempuan
dong. Makanya persamaan mengandung variabel. Kalau tidak
perempuan, mana mungkin mengandung.
Siswa 2 : Hebatnya lagi, mengandung tapi tidak tahu kapan melahirkan.
Guru : ?????????

Rabu, 23 Desember 2009

IBU, ANAK DAN SURGA

Aljannatu tahta aqdamil ummahat, surga itu di bawah telapak kaki ibu. Coba tanya kepada anak2 play group atau anak TK tentang surga, di mana letakknya. Sebagian besar akan menjawab seperti bunyi hadist di atas. Mereka hafal dengan dengan lancar hadist tentang kemuliaan seorang ibu. Makanya anak2 kecil banyak yang sangat menghormati ibunya. Mengharap surga dengan menghormati ibunya. Bapaknya nomer empat.

Tapi coba tanya tentang surga kepada anak2 remaja. Jawabnya akan beragam. Ditanya soal hadist diatas, banyak yang lupa, tepatnya banyak yang tidak tahu. Lalu apakah mereka tidak hormat lagi kepada ibunya? Tentu tidak. Hanya bedanya anak2 remaja ini memang sudah terlalu banyak tercemar virus. Sehingga memori ingatannya banyak yang error.Karena kesibukan masing2, anak dan ibu jarang bertemu. Apalagi banyak ibu2 mereka tidak berada di dekatnya. Pergi ke perantauan di negeri orang. Mencari pundi2, buat sesuap nasi, biaya sekolah dan mencari modal agar nantinya hidup mandiri.

Jadi wajar anak2 remaja banyak yang tidak dekat lagi dengan ibunya. Peran ibu seringkali digantkan dengan perangkat teknologi dan uang. Dan dampaknya jelas, semakin banyak anak yang jauh dari surga. Bukan karena tidak menghormati ibunya, tetapi efek peran ibu yang jauh berkurang. Salahkan ibu mereka? Tidak juga. Ibu mereka rela mengorbankan diri demi anak dan keluarga.

Emansipasi terkadang memaksa ibu untuk berbuat melebihi laki2. Tingginya derajat seorang ibu dikalahkan oleh kebutuhan hidup sehari-hari dan pesatnya kemajuan teknologi. Akankah gerbang surga ini harus memikul beban yang melebihi batas? Gerbang surga yang di bawa sendiri pemiliknya. Sementara anak2nya masih mencari-cari di mana letak pintu surga itu berada.
Selamat hari Ibu.

SIMBOK

SIMBOK

Trimo ini memang anak kebangeten. Semenjak ditinggal ayahnya yang meninggal di luar negeri sewaktu jadi TKI. Trimo seperti kehilangan figur. Sebagai anak tunggal ia tidak melihat kondisi orang tuanya yang masih kekurangan. Masuk ketegori keluarga miskin, penerima BLT. Meski sekarang sudah duduk di kelas XII SMK, sikap kedewasaan Trimo belum muncul. Apa-apa masih diladeni bak anak raja. Mbok Nem sendiri tidak kurang menasehati Trimo
“Trimo, kamu itu mbok yaao melihat keadaan keluarga kita. Ngaca! Kamu itu siapa? Bapakmu saja memberi kamu nama Trimo itu biar kamu melihat keadaan kita. Jadi anak yang nrimo.” Itulah wejangan rutin mbok Nem buat anaknya. Wejangan tinggal wejangan. Kehidupan trimo pun sudah terkontaminasi teman-teman sekolahnya. Sok kaya. Membuat mbok Nem sering meratap memikirkan Trimo. Tapi itulah hati seorang ibu. Bagaimanakan tingkah Trimo, mbok Nem berusaha memenuhi semua keinginannya. Ngak peduli harus berbuat apa, yang penting Trimo mau sekolah.
“Mo…, Trimo…bangun. Sholat Subuh. Sudah jam 5.30”, mbok Nem membangunkan Trimo yang masih molor di dipan bambu. Yang dibangunkan masih saja membujur kaku. “Mo, lekas bangun. Ayam dan kambingmu belum kamu beri makan.” Kalimat itu seperti menjadi lau wajib bagi mbok Nem setiap pagi. Mbok nem juga hafal, Trimo kalau membangunkannya belum tiga kali yaa belum bangun. Sesekali siraman air terpaksa mbok Nem guyurkan ke tubuh Trimo. Kalau sudah begitu, dijamin. Trimo pasti bangun.
Memberi makan ayam dan kambing adalah kegiatan rutin Trimo setiap pagi. Itupun, untuk makanan kambingnya saja, mbok Nem sendiri yang masih mencarikan. Aktivitas rutin Trimo tak jauh dari sekolah, makan, tidur dan main. Hingga suatu saat Ujian Nasional sudah dekat.
“Le… katanya pak guru dan teman-temanmu, sebentar lagi Ujian Nasional. Belajar giat ya Mo!”
“Yaa mbok!” Jawaban singkat khas Trimo.
Ujian nasional pun berlalu, Trimo menjalaninya penuh semangat. Saban malam mbok Nem bermunajat kepada Allah swt. Memohon doa, agar anaknya berhasil menempuh Unas. Unas dilalui Trimo dengan lancar. Dan seusai pengumuman, Trimo dinyatakan lulus.
Tantangan menghadang Trimo. Hendak kemana setelah lulus? Meski ia lulusan SMK, ia masih bingung. Keahlian otomotifnya untuk apa? Ikut bengkel ia tidak biasa kerja. Penyakit malas bawaan keseharian menghinggapinya sendiri. Ia takut dengan bayang-bayang sendiri. Sering ia duduk termenung menyendiri. Menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa ia tidak memiliki jiwa entrepreneurs seperti yang diajarkan gurunya di sekolah? Mengapa ia tidak mencoba merantau seperti teman-teman sekolah dan tetangganya? Beberapa pertanyaan yang Trimo sendiri tidak mampu menjawabnya Kematian ayahnya sewaktu jadi TKI masih membuat dirinya trauma. Hingga mbok Nem mengetahui perubahan sikap Trimo akhir akhir ini.
“Mbok tahu kok yang kamu pikirkan. Kalau kamu terus melamun begini, kapan kamu belajar kerja? Lha mbok yoo nyoba kerja sama mas Joko di kota sana. Siapa tahu kamu nanti jadi kaya seperti mas Joko!” mbok Nem mencoba membuka wawasan Trimo.
Dengan bekal petuah dari simboknya, Trimo pun menuruti. Mas Joko adalah warga satu desa dengan Trimo yang sukses kerja di Kota. Punya showroom motor, bengkel mobil dan motor, counter HP dsb. Pokoknya mas Joko orang sukses.
Dua setengah tahun Trimo magang di bengkel mas Joko. Merasa keahliannya sudah terasah dan mempunyai modal cukup. Trimo membuka usaha bengkel sendiri dengan dua teman sekolahnya. Hoki pun berpihak pada Trimo. Dalam sekejap bengkelnya berkembang pesat. Langganannya banyak. Mereka puas dengan layanan Trimo.
Seiring pundi-pundi yang kian menumpuk, penampilan Trimo pun berubah. Ia tak lagi Trimo yang dulu. Yang culun dan lugu. Penampilaannya berubah, mengikuti trend modern. Mbok Nem sebenarnya tidak senang dengan penampilan dan perubahan perilaku Trimo.
“Mo, kamu ini mbok ya nggak usah neko-neko. Biasa saja. Syukur-syukur keuntungannya kamu tabung dan buat sodaqoh. Jangan lupa bayar zakat. Banyaknya uangmu jangan membuatmu lupa dengan akhirat. Sholat lima waktu jangan kamu tingalkan.”
“Halah, simbok ini terlalu banyak kutbah. Ini semua berkat kerja keras Trimo. Mbok. Eh Mbok, mulai besok aku manggilmya ganti yaa. Tidak simbok lagi. Gantiansaya panggil ibu atau mama. Masak ortunya anak gaul, dipanggil Mbok.”
“Nggak usah. Buat apa diganti. Aku lebih suka dipanggil simbok seperti dulu. Sama halnya mbok juga lebih suka melihat penampilam kamu seperti dulu”
Diberi nasehat Trimo malah ngacir. Pergi meninggalkan mboknya yang berdiri mematung memperhatikan polah anaknya yang mulai keluar jalur agama.
Hari-haripun berjalan. Hingga suatu saat musibah menimpa Trimo. Seluruh bengkelnya terbakar. Akibat kecerobohannya sendiri. Memperbaiki motor sambil merokok. Trimo lemas melihat bengkelnya yang tinggal arang. Mbok Nem lalu mendekat.
“Trimo, yang sabar dan tabah ya lee. Masih untung kamu selamat. Harta masih bisa di cari. Makanya bersyukrkah. Ingatlah nasibmu dulu Jangan kau lalaikan Yang Kuasa. Ini baru peringatan. Kalau kau tidak berbenah. Alloh akan memberi cobaan yang lebih berat. Dan kamu patut bersyukur punya orang tua seperti Mbok. Coba kalau orangtua mama. Kamu panggil aku mama…mama….. Memangnya arti mama itu apa. Coba kamu piker, kamu kan anak sekolah…”
“Yaa mbok… Trimo akan berubah” Trimo lalu bangkit. Menyibakkan sisa arang dan siap meretas masa depan yang lebih baik.
“Terima kasih Simbok.”

Senin, 21 Desember 2009

RAHASIA KELUARGA

Jangan bilang-bilang yaaa. Ini rahasia. Begitu kalimat yang sering terlontar manakala manusia ingin mengumumkan kerahasiannya. Rahasia kok diumumkan. Kalo begitu namanya yaa bukan rahasia lagi.

Tapi itulah kenyataan. Ketika kemampuan memegang amanah ini mulai luntur, rahasia bukanlah barang tabu untuk diumumkan. Bahkan, kalau perlu rahasia buruk keluarga dekat sekalipun, orang lain harus tahu. Yang payah lagi, sebelum orang dalam/keluarga sendiri tahu, orang luar harus diberitahu dulu. Agar rahasia keluarga ini bisa menyebar ke seantero bumi.

Jadi jangan heran, begitu pihak luar bertanya kepada kita tentang sesuatu yang katanya rahasia, kita sendiri tidak tahu. Bahwa yang ditanyakan itu rahasia keluarga kita sendiri. Dan kita memang benar2 tidak tahu.
Dan penyebaran kerahasiaan keluarga pun sukses. Orang lain tahu borok kita, sementara anggota keluarga kita sendiri tidak tahu. Di mana borok itu berada. Bagaimana rahasia keluarga ini bisa bocor? Lebih tepatnya siapa pembocor rahasia keluarga kita?

Kita sudah sering mendengar kalimat : maling teriak maling. Iwan Falls juga memakai maling teriak maling untuk lagu Tikus Kantor.
Rasa kekeluargaan kadang kala dikalahkan oleh rasa benci dan dendam.Dendam kesumat yang membara dalam dada. Membakar habis nurani. Menghanguskan toleransi dan rasa saling menghargai.

Kedewasaan sikap dalam menghadapi permasalahan dan mencoba untuk memecahkannya merupakan tolok ukur kedewasaan seseorang. Kemampuan menahan diri untuk meredam emosi, mencegah sengketa dengan sesama keluarga menjadi kunci tertahannya kerahasiaan keluarga.

Siapa yang suka memakan bangkai keluarganya sendiri? Mereka2 yang suka mengumbar aib sesama, mengobral rahasia keluarga bak burung nazar. Memakan bangkai demi kelangsuangan hidup yang tidak abadi. Buat apa memakan bangkai kalau masih ada makanan lezat, halal, bergizi dan sehat. Sesungguhnya kesehatan hati tidak karena memakan bangkai. Menjaga agar makanan itu tetap sehat tidk menjadi bangkai dan beraroma busuk lebih utama dilaksanakan, agar semua keluarga terhindar dari fitnah yang bisa mengancam keselamatan bersama.

Kapal bisa retak, dan sewaktu-waktu akan tenggalam. Andai saja para penumpang saliing keroyokan membuat lubang dalam kapal. sementara para penumpang banyak yang tidak tahu bahwa kapalnya dibocori oleh anggota keluarga sendiri. Dan para pembocor sendiri sebenarnya juga tidak pandai berenang. Bersiaplah menunggu nasib. Insyaflah para pembocor kapal, sebelum kapal karam.

JUARA LKG 2009

Bagi yang belum tahu juara LKG 2009, silahkan buka di bawah ini. Selamat bagi para pemenang!!
JUARA LKG 2009

Minggu, 20 Desember 2009

GOPEK UNTUK PRITA YANG LAIN

Hari kesetiakwanan sosial kali ini ditandai dengan berbagai moment penting. Selain dijadikan hari peduli buat para tuna grahita, hari ini ada penyerahan secara simbolis koin hasil penggalangan dana buat prita. Lebih 650 juta terkumpul. Penyerahannyapun dilakukan berbarengan dengan konser musik. Hebat.

Buat apa koin sebanyak itu? Apa semuanya buat Prita? Bukankah denda perdata 200 jt lebih telah dibatalkan? Sampai saat ini saya belum baca tentang peruntukan koin itu. Malah panitia atau entah apa yang menggalang koin itu merasa kerepotan sendiri untuk membawa berton2 koin itu. Kalaupun mau ditukarkan ke bank, beberapa bank tidak mau menerima. Kuatir dikira memihak ke salah satu pihak yang bersengketa. Meski pada akhirnya BI akan memfasilitasinya.

Menurut saya, dari pada repot2 menukarkan koin, ada baiknya koin yang terkumpul itu kembali diberikan kepada orang2 yang nasibnya lebih buruk dari Prita. Buruk bukan karena bersengketa. Tapi memang kondisi sehari2 memang layak untuk disantuni. Koin untuk Prita akan lebih bermanfaat buat Prita2 lain yang banyak membutuhkan uluran tangan.Baca Jawa Pos edisi Sabtu, 19 Desember 2009.Gopek Untuk Prita-Prita Lain

Demam penggalangan koin buat prita jadi tonggak bangkitnya kepedulian dengan sesama. Kepedulian yang tak perlu dimobilisir. Kepedulian yang tumbuh dari dalam kita sendiri.

WAYANG MASUK SEKOLAH

1 Syuro identik dengan acara ruwatan. Bersih desa, nyuci pusaka dan berbagai tradisi tradisional khususnya Jawa. Acaranyapun dikemas dalam berbagai bentuk. Mulai yang sakral sampai yang sekedar ceremonial. Minimal dengan memperingati tahun baru Hijriah ini, ada semangat melestarikan budaya bangsa.

Salah satu bentuk pelestarian budaya ini dilakukan dinas pendidikan kab Madiun yang menggelar wayang kulit. Bertajuk WAYANG MASUK SEKOLAH, pada Sabtu 19 Desember 2009 bertempat di SMPN 1 Dolopo, digelar pementasan wayang kulit dengan lakon Banjaran Tetuko. Dalangnyapun bukan sembarangan. Dua anak sekolah: Bimo Maharani siswa SMAN 2 Mejayan dan Angger Resi Setya Wicaksana yang masih 8 tahun.

Dua dalang muda yang sudah menorehkan prestasi hingga tingkat nasional. Berbagai festival dan kegiatan pedalangan telah diikutinya, termasuk ndalang di depan pak SBY. Lewat Wayang Masuk Sekolah ini pemerintah berharap, agar wayang yang diakui dunia sebagai warisan budaya dapat semakin digemari anak2 sekolah. Mengenal, melihat, mempelajari serta memetik pelajaran dari lakon2 yang ditampilkan. Karena konsumsinya untuk anak sekolah, Pagelaran berlangsung mulai pukul 9 sd 12 siang, tidak malam hari seperti biasannya.

Sabtu, 19 Desember 2009

HIJRAH

Selamat datang tahun baru Hijriah 1431 H. Tahun baru bagi kaum muslim.Seperti biasa setiap pergantian tahun baru, mesti ada beberapa hal yang patut direnungkan. Pergantian tahun hanyalah perjalanan melewati batas waktu. Tahun baru yang tak perlu dirayakan dengan tiup terompet.

Di saat ini kita kembali instrokpeksi, berkaca dan menata diri. Menengok sebentar ke belakang, mengevaluasi yang pernah terjadi. Melihat hari ini, menilai seberapa pantas diri kita berdiri. Dan menatap ke depan. Menjemput impian meraih cita yang masih jauh dari pelupuk mata.

Apakah kita di masa lalu sudah mencapai hasil yang dicanangkan? Apakah hari ini kita sudah puas dengan pencapaian diri? Dan apakah ke depan kita merancang dan menyiapkan segala sesuatu sebagai bekal menempuh perjalanan panjang? Berapa nilai yang kita peroleh di masa lalu berapa nilai kita hari ini dan berapa target nilai kita nanti?
Sesunguhya kita termasuk orang2 yang celaka jika hari lebih buruk dari kemarin. Menjadi orang2 yang rugi jika hari ini sama dengan yang kemarin. Tentunya kita berharap, agar hari esok lebih baik dari hari ini. Dan kita termasuk orang2 yang beruntung.
Hijrah tak sekedar pindah tempat, pindah waktu. Yang lebih penting berhijrah dari kehidupan yang kelam, buram, yang terkontaminasi kemaksiatan ke kehidupan yang lebih baik, demi menggapai surgawi.

AWAS, TELPON HIPNOTIS!!!!

Hari ini Jumat 18 Desember 2009 bertepatan 1 Syuro 4031 H. Menjelang sholat Jum’at telpon rumah berdering, n saya angkat. Seperti biasa saya langsung menyapa, ”asslaamu’alaikum, hallo”. Kali ini beda banget, si penelepon tidak menjawab. Pikir saya ini pasti orang usil atau salah sambung. Sy coba tanya, eee tidak menjwab. Berulang2 saya tanya tidak menjawab.

Justru terdenfar suara aneh. Suara orang yang bicara tidak jelas, mendesah. Kalau tidak salah dengar (lha wong suaranya mendesah2) yang nelepon malah mengajak berbuat sesuatu. ”Ayo....pak!!. ayo....” Karena saya pernah dapat telpon dari perempuan tidak dikenal yang ingin kenal lebih dekat, saya jadi takut juga. Akhirnya telpon saya tutup. Tapi tak lama kemudian telpon berdering lagi. Begitu saya angkat kembali terdengar suara ajakan dengan suara mendesah, ”ayo.... pak, ayo......” Saya jadi merinding. Saya tanya berulang2, jawabannya malah membuat saya takut Telpon langsung saya tutup.

Saya langsung teringat peristiwa beberapa waktu lalu, ada orang yang menato dirinya karena disuruh orang lewat HP. Atau ada guru di Mojokerto (kalo tdk salah) yang bertelanjang ria di alon2, karena juga mendapat gendam/hipnotis lewat HP. Dan tak lama kemudian telpon kembali berdering. Kali ini saya minta tolong ibu untuk mengangkat, dan pesan agar hati2. Setelah diangkat, ibu diam saja memperhatikan suara telpon. Mungkin si penelepon tahu bukan saya lagi yang angkat, penelepon tidak bicara sama sekali. Telpon langsung ditutup ibu.

Siapa gerangan si penelepon? Wallohu ’alam. Yang jelas, si penelepon beritikat tidak baik. Oleh karena itu kita wajib waspada dengan segala bentuk informasi yang datang. No telpon rumah/hp bukan lagi nomor privasi. Banyak yang menyalahkan kepintarannya untuk menipu sesama. Hati2lah dengan telpon2 yang menghubungi kita.

Jumat, 18 Desember 2009

MAYA

Maya itu semu.Maya itu menipu. Maya tak bisa dipegang. Tak bisa dijerat Tak bisa dijamah. Maya itu hitam. Dan maya bisa berbuah kejam. Gimana Luna Maya? Maya ini memang beda. Maya yang satu ini ayu jelita. Bikin laki2 ingin memilki. Tubuh semampai rambut menjuntai. Mata menggoda senyum terurai.

Tengokah dunia maya. Dunia bebas berekspresi. Kirim kabar kirim gambar. Kirim salam sampaikan ucapan. Tapi dunia maya bisa mengancam. Dan kurunganpun siap menghadang. Kebebasan berekspresi kadang di luar kendali. Maunya curhat, eehh malah tulisannya menjerat.

Setelah Prita diseret ke pengadilan, kini Luna Maya jadi incaran. Tulisannya di twitter jadi bumerang. Kekesalan hati menngancam diri. Para paparazi mau jebloskan maya ke bui. Sungguh mereka tak mau mengasihani. Entah ada apa di balik semua ini.
Andai semua mau membuka diri. Saling bermaaf menahan emosi. Tak ada dendam tak ada benci. Duduk semeja sandar di kursi. Hari ini bisa berdamai, esok cari rejeki.

Untuk ke sekian kali para pengisi dunia maya diingatkan. Tuk hati2 buat tulisan. Semoga yang telah terjadi jadi bahan renungan!!

ANAK DAN PREMANISME

Masa anak2 adalah waktu terpenting bagi pembentukan karakter dan intelektualnya. Makanya banyak produsen susu membidik anak2 sebagai pangsa pasarnya. Berbagai iklan yang dimunculkan, berbagai zat yang dikandung dalam susu diyakini dapat meningkatka metabolisme dan kecerdasan anak. Anak2pun tergoda minum susu. Moga2 mereka jadi anak pintar.

Tapi pintar belum cukup bagi perkembanan kehidupan anak kelak. Masih banyak faktor yang mempengaruhi perilakunya. Dan yang paling banyak berpengaruh adalah pergaulan serta keluarga. Jadi jangan heran kalau banyak anak yang secara gizi cukup, tetapi akhlaknya memprihatinkan. Anak yang di rumah pendiam, ternyata di sekolah dan di lingkungannya nakal. Atau anak yang di sekolah diam, ternyata di rumah sebaliknya.

Berbagai kenakalan anak pun semakin meningkat. Tidak hanyaa nakal seperti nakalnya anak2 sekolah, tetapi sudah ada yang mulai mengarah tindak kriminal. Diantaranya belajar jadi preman. Memeras temannya sendiri dengan ancaman. Kalau tidak menuruti, di luar sekolah sudah siap hukuman bagi yang nggak nurut. Celakanya aksi premanisme model ini juga ada yang dikoordinir. Kayak membentuk gang, mafia kelas kecil. Memprihatinkan bukan.

Oleh karena itu pengawasan terhadap anak merupakan hal penting dan wajib dilakukan oleh siapa saja. Orang tua, guru dan masyarakat. Kepedulian kita akan menyelamatkan bangsa. Kelengahan kita bisa merusak generasi muda.

Kamis, 17 Desember 2009

SIAP UN 2010 PAKET 4

Yang ini oleh2 dari mgmp mat kota malang. trims pak teguh. Silakan download n Selamat menikmati!!!


prediksi mat paket 1

prediksi mat paket 2

prediksi mat paket 3

Rabu, 16 Desember 2009

HAJI MABRUR

Sabtu malam kemarin, rombongan haji kab Madiun kembali ke tanah air. Perasaan haru menyelimuti keluarga dan rombongan haji yang menjemput di alon2 madiun. Setiba di rumah, sanak saudara dan tetangga menyambut dengan gembira. Tamu2pun silih berganti berdatangan mengucapkan selamat dan mengharap berkah doa.Doa mustajab dari para jamaah haji yang baru pulang. Doa yang makbul hingga 40 hari setiba di rumah. Bukan mengharap oleh2 sajadah, tasbih, peci, serban, kacang arab, kismis atau kurma. Kita2 yang datang hanya bisa berharap, kelak kita bisa menunaikan ibadah haji seperti mereka. Pergi ke tanah suci, mendekatkan diri ke baitulloh. menyempurnakan rukun Islam, menjadi haji mabrur. Kemabruran yang bisa mengubah perilaku para jamaah haji untuk hidup lebih baik dari sebelunya. Meninggalkan yang mungkar, mengajak dan menegakkan kebenaran. Bukan cuma menjadi haji mabur, haji terbang. Berangkat dan pulang mabur/terbang dengan pesawat terbang. Sepulang dari tanah suci perilakunya tak mencerminkan amar ma'ruf nahi munkar.
Jaminan surga bagi haji mabrur setidaknya menjadi pemacu bagi orang yang pergi haji. Haji bukan untuk menambah gelar di depan nama. Haji bukan kegiatan ceremony yang dilihat massa. Haji bukan untuk merubah image, bahwa dirinya kaya dan paling sempurna islamnya.
Haji adalah salah satu kegiatan ibadah yang menjadikan manusia untuk semakin dekat dengan yang Kuasa. Memasrahkan diri di hadapannya. Mengambil teladan dari perjuangan para nabi yang membawa ajaran tauhid di muka bumi.
Haji ke tanah suci tidak murah. Perlu bekal dan persiapan mental. Bekal untuk berangkat dan bekal bagi yang ditinggalkan. Karna pergi haji ke tanah suci memang untuk yang mampu. Kita pun bisa haji tanpa ke mekkah. Baca saja bukunya Agus Mustofa terbitan Padma Surabaya (bukan promosi lho). Haji bagi mereka2 yang secara ekonomi tidak mampu membeli tiket pesawat. Sesungguhnya Islam adalah agama yang mudah. Tidak memberatkan bagi pemeluknya. Islam adalah agama rahmatal lil'alamiina.

Selasa, 15 Desember 2009

UMUR PENSIUN GURU 56 TAHUN

Pagi ini ada rapat dinas di sekolah. Dan salah satu informasi penting yang disampaikan pak plt Kepsek, nantinya umur pensiun guru 56 tahun. Kecuali yang mendapat perpanjangan dengan syarat2 harus mendapat persertujuan pusat. Saya sendiri belum baca isi lengkap peraturan tersebut.

Kalau benar guru2 harus pensiun umur 56 tahun, siap2 saja guru yang sekarang sudah berumur 50 tahun labih. Apalagi saat ini baru saja memperbaharuhi hutang dan masih mempunyai tanggungan hutang hingga 8-10 tahun angsuran. Termasuk yang baru saja diangkat lewat jalur guru bantu dan diangkat saat usianya kritis 45 tahun serta guru2 yang belum menikmati tunjangan sertifikasi guru dalam jabatan. Dan mungkin baru masuk daftar tahun 2014 nanti. Kapan bisa menikmati TPP dan gajinya? sekitar 10 Tahun jadi guru, apakah gaji dan tabungannya (kalau sempat nabung) bisa untuk nyicil beli KPR apalagi menyekolahkan anak2nya hingga perguruan tinggi? Begitu anak2nya masuk PT, ortunya pensiun. Apa anak2 guru nanti banyak yang cuma lulusan SMA?

Apa yang terjadi di saat usia guru nanti 56 tahun. Apakah rancangan aturan itu sudah disosialisasikan sebelumnya? Jangan2 begitu aturan itu dilaunching, banyak guru yang kena jantung, stroke dan stress kelas berat.

Pertimbangan yang dipakai pemerintah tentunya sudah melalui berbagai kajian. Yang pasti, aturan ini akan banyak menimbulkan pro dan kontra.
Memang, kenyataan di lapangan banyak guru2 yang memasuki masa pensiun (apalagi yang tidak mau mengikuti perkembangan jaman) semangat untuk maju berkurang. Meski ada keanehan pula, disaat memasuki usia itu guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah seringkali ditempatkan di sekolah favorit/maju. Untuk penghargaan KS senior?

Walau ada kesempatan memperpanjang masa pensiun, rasanya aturan yang datangnya tanpa sosialisasi akan lebih banyak memberikan tekanan psikis daripada memacu semangat bekerja. Sudah bukan rahasia lagi, aturan2 yang dipaksakan seringkali menimbulkan kebijakan baru yang akhirnya mengeleminir tujuan utama aturan itu diterapkan.

Bagaimana pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan untuk memperoleh tambahan tunjangan guru sebagai profesionalisme tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Mereka2 yang sudah menerima TPP kinerjanya tidak jauh berbeda dengan yang lain. Tidak bisa dijadikan teladan bagi yang lain. Proses rektrutmen yang banyak mempertimbangkan masa kerja tanpa melihat track record guru memunculkan sentimen negatif bagi guru lain. Sehingga kalimat "sing waras ngalah/ yang akalnya sehat harus mengalah" sering kali dilontarkan untuk memberikan sindiran bagi para penerima TPP yang dilihat tidak layak bagi penerimanya. Karena yang lolos sertifikasipun dari sisi mental dan moral memang TIDAK pas. Layakkah guru yang mentalnya sakit/sakit jiwa (kalau nngak mau dibilang gila) lolos sertifikasi? Layakkkah guru yang sering tidak mengajar mendapat TPP? TPP untuk guru jenis ini pun lebih mirip memberi subsidi setan? Astaghfirullohal'adziim.
Padahal tidak sedikit dari mereka yang seperti ini sudah menikmati jutaan rupiah lebih dulu. Sementara yang lain harus mengalah dan sabar.
Sambil menunggu perkembangan, kita berharap, bahwa umur pensiun guru 56 tahun ini adalah solusi untuk meningkatkan mutu pendiddikan. Kalaupun nantinya guru iri dengan Hakim Agung yang usia pensiunnya diperpanjang atau pejabat tinggi juga diperpanjang. Jadikan ke-iri-an itu sebagai cambuk meningkatkan kinerja dan prestasi yang lebih baik.

Senin, 14 Desember 2009

MULUT DAN TELINGA

Bola Century terus bergulir. Setelah pansus terbentuk dan Idrus Marham dari partai golkar jadi pimpinan. Seolah ada misi balas dendam. Itu yang dirasa menkeu Sri Mulyani. Bang Ical sang ketua Parpol Golkar dirasa memojokkan Sri Mulyani karena ada perasaan tidak suka Ical yang disulut masalah Bumi Resource masa lalu. Padahal bang Ical dan b sri Mulyani dulunya satu kabinet. Ternyata, meski satu tim di dalam dada berkecamuk perasaan tidak suka. Ada dusta dalam dada.
Puncaknya, ketika ada anggota pansus, Bambang dari golkar membeber transkrip percakapan Sri Mulayani dengan Boss Century Robert Tantular yang ditengarai terjadi deal2 di bawah meja. Ternyata transkrip itu, menurut Sri Mulyani seperti yang dinyatakan dalam siaran press dengan media Minggu siang, palsu belaka. Karena Sri Mulyani tidak pernah melakukan percakapan dengan Robert Tantular seperti yang dituduhkan kepadanya. Apalagi sampai 4,5 jam. Apa mentri kurang kerjaan? ngomong2 lewat HP selamaa itu. Yang disadap itu bukan suaranya robert tantular tetapi Marsilam Simanjuntak. Wajar kalau Sri Mulyani berang dengan tuduhan angota pansus century. Pembeberan yang lebih kepada pembunuhan karakter sang menkeu.
Nah, kita kembali disuguhi tontonan baru. Mana yang benar? rekaman apa sanggahannya.
Sebuah tuduhan yang tidak dilengkapi bukti akurat malah bisa jadi fitnah. Kekurang cermatan mendengar rekaman yang hanya didukung menurut perasaan, adalah hal konyol. Bukakah ada alat pendeteksi suara yang bisa membedakan antara suara seseorang. Mengapa hal itu tidak dilakukan. Apa orang yang sudah duduk di kursi dewan dan dulu sudah lulus tes kesehatan, sehat mata, telinga dan mulut merasa bebas bicara sekehendak hatinya.
Padahal, begitu hal yang dituduhkan keliru, akibatnya bisa fatal. Tidak hanya kepada yang dituduh, tetapi pada dirinya sendiri.
Itu sebabnya manusia harus hati2 dengan dua panca indera. Mulut dan telinga.
Salah mendengar, informasi yang diterima bisa salah.
Salah bicara, informasi bisa bikin sakit hati. Bikin runyam. Menimbulkan rasa saling benci, dendam dan menimbulkan permusuhan.
Lidah memang tidak bertulang, telinga selalu berlubang. Keduanya bebas menerima dan menyiarkan informasi. Tidak hati2, bisa tergelincir oleh ulahnya sendiri. Makanya, hati2lah dengan mulut dan telinga.

Minggu, 13 Desember 2009

TKI DAN DEKADENSI MORAL

Saat ini tidak sedikit orang tua murid yang jadi TKI. Mengais dolar, real, ringgit, won, yen di negeri orang. Kirimanpun mengalir ke rekening keluarga yang ditinggal. Anak-anannyapun kecipratan rejeki. Nggak mau dikatakan ketingalan jaman n tidak gaul, anak2 sekolah ini langsung menyerbu toko. HP keluaran terbaru, pakaian modis dan sepeda motor menjadi barang vaforit dibeli. Anak2 yang dititipkan ke nenek atau pamannya dengan bebas merongrong rekening yang sebenarnya diperuntukkan bagi perbaikan kualitas hidup dan biaya sekolah. Tapi inilah konsekuensinya. Kalo nggak jadi TKI, di kampung sulit cari kerja. Jadi TKI, keluarga dan anak jadi korban.
Keadaan ini mungkin saja terjadi di banyak sekolah dan daerah, terutama yang lingkungan daerahnya banyak ortu siswa jadi TKI. Di satu sisi mereka jadi pahlawan devisa. Di sisi lain mereka melempar tanggung jawab pendidikan anak-anaknya. Sekolah dianggap tempat penitipan anak paling tepat, lengkap dan murah. Kalo nggak mau dibilang gratis.
Perkembangan anaknyapun sering terabaikan. Bebasnya pergaulan anak tanpa pengawasan langsung orang tua, dirasa sebagai hal utama penyebab anak2 ini mengalami dekadensi moral dan dekadensi intelektual. Sehingga kalau terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan siswa ini, sekolah hanya bisa mengelus dada. Siapa yang patut disalahkan, siapa yang paling bertanggung jawab.
Kita tidak tahu pasti kapan ini berakhir. Tatkala sekolah dituntut meningkatkan kualitas pendidian dan menyukseskan wajib belajar, seringkali terjadi benturan kebijakan diantar dua kepentingan di atas. Dan yang terjadi lahirlah kebijakan yang sebenanrnya dapat mengarah terhadap penurunan kualitas pendidikan itu sendiri.

Sabtu, 12 Desember 2009

OPEN CLASS

Hari ini sekolah saya kedatangan tamu. Para kepasa sekolah SMP di kabupaten Madiun. Beliau berkunjung untuk merasakan bagian Lesson Study. Utamanya pada DO dan See. Para tamu ini ingin mencoba melakukan observasi selama open class dan melaksanakan refleksi. Sedangkan RPP dan guru modelnya dari SMPN 1 Dolopo, saya sendiri. Yaa, nggak apalah. Merancang dan jadi guru model.
Saya berusaha menikmati jadi guru model. Tapi yang namanya dilihat banyak orang, perasaan grogi masih ada dalam diri saya. Proses DO pun berlangsung lancar. Meski RPP yang saya rancang tidak berjalan dengan sempurna, akhirnya hari itu saya bisa melaksankan tugas dengan lancar. Lancar tersendat. Maklum anak2 juga nervous dilihat banyak orang. Lha womg gurunya saja iya.
Kalau biasanya ngajar dengan santai, dengan sedikit mengajar gaya ancur, kali ini dituntut ngajar secara runtut, sesuai pakem.
Tapi yaa nggak apa2, kita ini kan disuruh belajar hidup sesuai aturan. Tapi aturan dibuat kan untuk dilanggar he...he...he....
Seperti biasa waktu refleksi guru model menyampaikan refleksi dirinya sendiri dan mendengarkan hasil observasi para pengamat.
Lagi2, meski gudel (guru model) sebenarnya bukan dalam posisi terdakwa. Tapi rasanya hampir semua komentar menghakimi gudel. Hakim kok ya dihakimi. Nggak apalah sekali2 hakim jadi terdakwa. Untung saja ada yang masih memberikan nilai2 plus bagi gudel. Bisa nyenangkan hati orang itu kan dpat pahala.
3 jam lebih acara berlangsung, kalau ngak mau jumatan pasti acanya molor. Kita2 ini juga senang yang molor2.
Yang pasti hari ini saya dapat pengalaman berharga dari semua yang hadir. dan minimal diberi uang saku....eh uang transport....eh honor. Nggak tahulah... Saya disuruh tandatangan dan dapat amplop. Lumayan... Ngajar kok yaa diberi amplop. Apa mereka kasihan sama saya ya. Apa wajah saya perlu dikasihani....
Ah.. positif tinkhing saja laah ....
Mungkin kegiatan kunjungan ini bagian dari proyek....... Dan saya kecipratan!!
Alhamdulillah

CEPEK DAN HARGA DIRI

Aksi pengumpulan koin akhirnya membuahkan hasil. RS omni akhirnya mencabut gugatan perdata terhadap Prita. Meski gugatan Pidananya tidak. Pihak penggugat menyerahkan sepenuhnya pada pihak pengadilan. Apa kira2 keputusan hakim? Kita tunggu saja.
Kasus Prita setidaknya memberi pelajaran berharga kepada banyak pihak. Keteledoran sesorang bisa merugikan orang lain. Dan gengsi ataupun harga diri seseorang/lembaga juga bisa menyengsarakan yang lain pula.
Apa yang menimpa prita tentang diagnosis yang berubah2 yang membuat prita sendiri tidak jelas menderita sakit apa, semestinya menjadi pelajaran berharga bagi RS itu sendiri. Minimal bagi dokter yang menanganinya. Diluar benar atau tidaknya pernyataan dari masing-masing pihak, kesalahan diagnosis penyakit seseorang merupakan hal fatal.
Masih untung yang sakit hanya menjalani perawatan dan tidak punya penyakit jantung. Lha kalau punya sakit jantung, bisa bahaya. Bisa mati! Bukan karena hasil diagnosa yang salah, tapi berita yang mengagetkan lah yang lebih mematikan.
Kebesaran hati seseorang lebih berharga dari harga diri. Dikala harga diri dipertaruhkan, seringkali mengorbankan hati mengalahkan pikiran. Yang tertanam hanyalah bagaimana diri manusia itu berada di atas yang lain. Dan merasa dirinyalah yang paling benar dan harus dihormati. Harga diri yang mati.
Tatkala harga diri itu akhirnya mengorbankan orang lain, kita akan melihat. Sejauh mana orang yang merasa dirinya mempertaruhkan harga diri merasa dirinya sebagai manusia. Mana yang mendominasi dirinya, nafsu atau akal sehatnya.
Disaat itu, orang-orang yang menjadi korban karena harga diri orang lain menjadi orang yang teraniaya. Dan kata mbah kyai, do'a orang teraniaya lebih mudah dikabulkan oleh Tuhan.
Maka, ketika Prita dijatuhi denda 200 jt lebih. Sebuah nilai rupiah yang tidak sedikit bagi orang sekelas prita. Pertolongan Tuhan pun datang. Pertolongan Tuhan tidak langsung tertuju ke Prita. Pertolongan Tuhan melalui orang lain. Tuhan membuka hati banyak orang yang juga punya harga diri untuk membuat ide segar. Mengumpulkan koin rupiah. Cepek demi cepek dan rupiah yang terkumpul itu akhirnya meluluhkan hati pihak penggugat.Cepek VS harga diri. Aksi empati dari ribuan bahkan jutaan manusia seakan memberikan tekanan bak air bah.Menggelontor keangkuhan dan merobohkan tirani yang membelenggu hati yang bermukim di sanubari para pemuja harga diri.
Terima kasih para penggalang cepek.

Jumat, 11 Desember 2009

NILAI SEBUAH PERTANYAAN

Bertanya adalah awal dari sebuah kemajuan. Penemuan-penemuan besar diperoleh dari sebuah pertanyaan kecil. Jangan dilihat siapa yang bertanya, tapi perhatikan apa yang ditanyakan. Malu bertanya sesat di jalan sesal kemudian tiada berguna.Terlalu banyak bertanya tidak akan memalukan.

Ketika putra putri bapak ibu pulang dari sekolah, pertanyaan apa yang paling sering disampaikan kepada mereka? Tadi diajar apa, nak? Ada ulangan tidak? Dapat nilai berapa? Ada PR? Uang sakunya masih apa tidak? Tadi nakal tidak? Pulang dengan siapa? Begitu juga bapak ibu guru di kelas. Ada pertanyaan wajib yang sering dilontarkan kepada peserta didiknya. Ada pertanyaan? Sudah faham? Mana yang belum jelas? Siapa yang tidak masuk? Dan berbagai pertanyaan rutinitas lain.
Sebuah pertanyaan tidak sekedar menginginkan jawaban. Pertanyaan bisa suatu basa-basi, interogasi, investigasi, ataupun suatu bentuk manifestasi interaksi komunikasi. Kepuasan yang diperoleh penanya tentu jawaban yang tepat dan menyenangkan. Sebagai guru atau orang tua pertanyaan kepada anak menjadi salah satu alat deteksi ampuh untuk mengetahui umpan balik. Agar pertanyaan dapat ditangkap dengan baik, perlu kaidah yang benar.
Karena pertanyan pula anak akhirnya harus pandai menjawab. Bahkan sesuai perkembangan umur, anak juga akan mencari jawaban yang benar, menyenangkan dan menyelamatkan. Mengapa? Yaa, karena tanpa disadari guru dan orang tua, anak dilatih mencari jawaban yang bisa menyelamatkan. Atau mungkin juga anak sudah belajar dari orang tua atau gurunya yang sering tidak menjawab pertanyaan murid dan berkilah dengan alasan tertentu karena tidak perlu menjawab, belum waktunya bahkan karena memang tidak bisa menjawab.
Kalau pertanyaan-pertanyaaan seperti di atas sudah sering orang tua atau guru lontarkan kepada anak, maka jawaban rutin dengan lancar mengalir dari bibir mereka. Dan, tanpa disadari pula orang tua dan guru tertipu. Berbeda dengan anak kecil yang dengan jujur menjawab pertanyaan apa adanya. Anak-anak yang menginjak remaja mulai merasa bahwa pertanyaan orang tua atau guru sebagai suatu bentuk pengawasan. Anak mulai menemukan jati dirinya, punya malu, gengsi dan harga diri.
Bagaimana reaksi anak ketika diberi pertanyaan? Langsung menjawab, berfikir atau tidak bisa menjawab sama sekali. Hal ini juga tergantung dari bobot pertanyaan atau dapat juga sebagai pertanda kesiapan anak untuk menjawab sesuai kemampuannya. Pada akhirnya juga dapat dilihat nilai kejujuran anak itu sendiri. Pertanyaaan yang tidak bisa di jawab, mungkin pertanyaannya tidak jelas, terlalu sulit dan bisa juga anak mengakui hal yang sebenarya dilakukan atau diketahui. Guru tentu senang jika siswa segera menjawab pertanyaan. Kecepatan anak menjawab pertanyaan dapat dijadikan ukuran tingkat responnya. Meski juga harus dilihat essensi jawabannya.
Bagaimana sebaliknya jika siswa atau anak kita sering bertanya? Jawaban tentu beragam. Sebagai guru yang sering bertanya kepada siswa kadang bersifat kontradiktif ketika menghadapi demikian. Banyak guru tidak senang siswa banyak bertanya. Murid dianggap cerewet, tidak tahu tempat, dianggap menguji guru dan sebagainya. Suatu hal yang disesalkan. Kita dapat memetik hikmah dari lagu yang dibawakan BIMBO, tentang Anak Bertanya Kepada Bapak.
Orang tua ataupun guru yang baik selalu dapat menajwab pertanyaan yang diajukan oleh anak ataupun siswanya. Jawaban guru menunjukkan tingkat keorangtuaan, kebijaksanaan dan bahkan menunjukkan tingkat kecerdasan guru. Termasuk juga nilai kejujuran. Guru bukanlah manusia super yang bisa menjawab segala pertanyaan. Tidak perlu malu mengakui kekurangan, karena tidak bisa menjawab. Lebih baik mengaku belum bisa menjawab dan akan dicari jawaban di lain waktu. Daripada menjawab dengan jawaban ngawur dan salah, dan membiarkan kesalahan itu di bawa siswa hingga masa tuanya.
Karena kejengkalan seorang guru jangan sampai melarang siswa untuk tidak bertanya. Karena kemampuan dan kemauan bertanya siswa menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk maju. Pepatah lama mengatakan malu bertanya sesat di jalan, jangan diplesetkan terlalu banyak bertanya memalukan. Sesungguhnya orang yang mau bertanya pertanda ia mau belajar untuk maju.

Rabu, 09 Desember 2009

KORUPSI OH KORUPSI

Duit....
Lembaran kertas berharga bujuk nurani
Goda iman taruhkan harga diri
Bujukan setan rayu manusia
Kipasan uang hembuskan dosa

Tumpukan kuintasi siap diisi
Aneka stempel huni almari
Beribu tanda tangan tunggu dituangkan
Rentetan materai siap direkatkan

Transaksi berjalan tawarkan komisi
Tutup mata kanan dan kiri
Di bawah meja berjabat tangan
Tanda jadi bagi keuntungan

Tak terasa rakyat dikianati
Proyek berjalan material di curangi
Tiap bagian dikurang sana sini
Buat upeti... iuran pungli dan sogok orang berdasi

Kuli-kuli jadi saksi
Bantu mandor singkirkan besi
Barter rokok bensin dan nasi
Tiru para boss yang ngajari korupsi

Proyer kelar para penguasa pesiar
Nikmati laba undang rekanan
Air datang proyek berantakan
Ulah korupsi buahkan petaka...hantar kematian

Korupsi ... oh ... korupsi
Gelapkan mata butakan hati
Perkaya diri melaratkan negeri
Undang bencana jerumuskan diri

Korupsi... oh korupsi
Kurungan tak lagi ditakuti
Masuk bui cuma beberapa hari
Keluar hotel prodeo naik sedan mercy

Korupsi ..oh korupsi
Kapankah berhenti
Tunggu karma apa kiamat terjadi
Kelak uang korupsi jadi bara api
Bakar diri manusia di neraka nanti

Ingat hidup tak kekal di dunia ini
Limpahan harta tak di bawa mati
Perbanyak amal jauhi korupsi
Uang korupsi tak berkah dinikmati
bawa penyakit ... bawa sial butakan hati
Sadarlah manusia jauhkan lupa diri
Jauhi korupsi sejak dini
Selamat dunia dan di akhirat nanti


Karya Al hak @Kdg :9122009 :22.15

PENGGALANGAN MASSA

Aksi galang menggalang semakin marak. Pada waktu pileg, para caleg sibuk mencari dukungan massa. Berbagai upaya dilakukan guna menarik simpati. Tak peduli latar belakang politik ataupun pribadi para caleg. Dengan daya pikatnya mereka berhasil menghimpun massa. Yang beruntung tampil sebagai pemenang. Dan kursi empukpun diraih.
Pada Pilpres dan pilkada pun tak jauh dari aksi dukung mendukung. Berbagai lapisan masyarakat yang terhimpun dalam berbagai ormas atau orpol digerakkan. Para elite bermanuver. Tak peduli sebelumnya berseberangan faham, begitu tidak mendapat posisi, putar haluan. Apalagi ada capres, cagub, atau cabup yang tidak cocok dihati. Tidak cocok karena platform ataupun pribadi. Tanpa memperhatikan kemauan anggota, para elita menggiring umatnya mendukung para tokoh yang telah mendekatinya. Dukungan pun diarahkan kesalah satu calon yang menurut hitung2an akan menang. Siapa tahu nantinya dapat bagian......
Model dukung mendukung dan galang mengggalang pun berlanjut. Biasa dalam politik, ada yang puas dan dan yang kecewa. Yang kecewa pun mencari celah. Bagian mana yang bisa dipakai untuk menggoyang. Begitu ada, dilanjut aksi galang-menggalang. Menggalang tandatangan mengajukan hak angket, petisi, pernyataan sikap dan berbagai jenis penggalangan yang kebanyakkan berupa rasa ketidak puasaan, ketidak percayaan, ketidaksenangan. Kalau perlu penggalangan tanda tangan itu untuk melengserkan kekuasaan.
Meski kadang aneh juga. Para penggalang dukungan ini sebenarnya kawan karib seperjuangan. Berangkat dari nol membangun jaringan. Mencapai kekuasan menggerakkan roda kehidupan. Tapi sekali lagi. Di dalam perjalanan seringkali ada riak yang tak mampu dilewati bersama. Salah satu merasa terkena imbas negatif, yang lain bisa duduk dengan enak di sisi kapal yang berjuang melawan ganasnya ombak. Perbedaan2 yang terjadi dalam menjalankan kapal ini akhirnya menimbulkan gesekan2. Yang tidak mampu mengendalikan emosinya, akhirnya berbuat ulah. Salah satunya melakukan aksi penggalangan dukungan. Mencoba menarik simpati, meski pemarkasa tidak mempunyai pribadi simpati dan tidak mendapat simpati. Bagi yang takut biasanya ikut arus. Cari selamat. Tapi yang masih menggunakan akal sehat, mestinya mampu menggunakan pikirannya untuk mencari solusi yang cantik. Yang terjadi berikutnya saling sikut. Aneh memang, sehari-hari bertemu, didepan menyunggingkan senyuman. Di belakang menggalang masa berkehendak menjatuhkan teman sendiri. Aneh kan??? Tapi yaa itu tadi, dibalik aksi ada misi pribadi. Merasa dirinya paling suci, berbuat seenaknya sendiri. Keanehan manusia.
Banyak memang aksi galang2 menggalang yang berekses negaif. Tapi tak sedikit pula yang bersifat positif. Penggalangan dana buat sesama yang mengalami musibah atau membangun kepentingan sosial adalah contoh penggalangan yang baik.
Aksi penggalangan koin buat Prita yang sedang dirundung masalah dengan penggugat adalah bentuk empati kepada rakyat kecil yang mencari keadilan. Betapa lemahnya rakyat yang tidak mempunyai kekuatan untuk menggalangdukunga dari orang2 kuat dalam meraih keadilan. Hanya dengan dukungan masyarakat luas yang memiliki jejaring tanpa batas, seorang Prita akan semakin kuat menghadapi cobaan. Dukungan alami yang tanpa ada pamrih dari pendukung yang digalang. Tidak asal ada galang menggalang.

Selasa, 08 Desember 2009

SIAP UN 2010 PAKET 3

Paket 3 ini berisi soal-soal lawasaprediksi UN tahun sebelumnya hadiah dari teman2 yang mengunduh dari dunia maya. Selamat menikmati!

Prediksi BIN

pREDIKSI big

PREDIKSI MAT

SIMBOK, IBU DAN MAMA

EMBOK, IBU DAN MAMA

Mbok…..
Ketika itu tapak hitammu rajin melangkah
Menyusuri jalan terjal tepi hutan
Ambil ranting dan potongan dahan
Sulap rupiah buat sekolah
Mbok….
Doamu manjur hantarkan anakmu
Gapai cita tuntut ilmu
Hingga anakmu capai hasil
Di rantau orang berlaksa mil
Ibu …
Ingin rasa dekap dirimu tatkala bertemu
Bayangkan raut mukamu tak sekuyu dulu
Senyum sapa tersungging menghias di bibir
Pancarkan syukur dengan berdzikir
Ibu….
Kupanggil namamu tatkala ku rindu
Jauh diperantauan kumpulkan saku
Buat mudik di waktu liburku
Moga Tuhan perpanjang umurmu
Mama….
Kini engkau sebatang kara
Tunggu rumah yang makin merana
Berbalut kebaya berbungkus mukena
Hiasi masa siap rengkuh surga
Mama…
Doamu kuharap selalu…

Karya A Hakim @kdg:31102009:22.45

DIMUAT DI MAJALAH MEDIA DINAS PENDIDIKAN PROP JATIM EDISI DESEMBER 2009

Senin, 07 Desember 2009

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH

Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 8, 9 dan 56 menyebutkan bahwa masyarakat berhak ikut merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi program pendidikan, serta berperan meningkatan mutu pendidikan dalam bentuk dukungan sumber daya berupa tenaga, pikiran ataupun sarana prasarana. Termasuk masyarakat di sini adalah orang tua siswa sebagai anggota komite sekolah.
Dengan peran dan kedudukannya, komite sekolah mempunyai andil dan porsi penting di sekolah. Meski selama ini komite sekolah cenderung sebagai lembaga donor pemberi bantuan sekolah yang kebanyakan diwujudkan dalam bentuk fisik. Sekolah ataupun orang tua masih sering melihat gengsi sekolah dari segi prestise fisik, baru prestasi. Pemenuhan sarana prasarana merupakan salah satu faktor meningkatkan mutu belajar siswa yang memudahkan guru dalam mengembangkan dan berinovasi pembelajaran. Namun sayang, megahnya gedung dan fasiltas pembelajaran sering belum dimanfaatkan secara optimal oleh guru. Untuk itu seyogyanya bantuan komite sekolah juga difokuskan untuk kegiatan nyata peningkatan mutu pembelajaran baik intra ataupun ekstra kurikuler.
Kurangnya kesadaran guru serta supervisi intern yang tidak optimal mengakibatkan sekolah/guru terlena dengan kekurangannnya. Akar permasalahan mutu pendidikan tidak mutlak karena bekal dasar peserta didik dan proses pembelajaran di kelas. Hal-hal yang terjadi di luar sekolah sangat berpengaruh kepada perkembangan prestasi belajar siswa. Apalagi sebagian besar waktu anak berada di luar sekolah. Di luar sekolah, orang tua ataupun masyarakat berperan besar dalam pengawasan, perkembangan dan pembentukan mental/moral anak.
Untuk itu diperlukan kontrol dan masukan dari masyarakat luar sekolah khususnya orang tua sebagai anggota komite sekolah. Masyarakat juga berhak memperoleh informasi dan pelayanan maksimal dari sekolah demi kemajuan peserta didik. Sudah waktunya sekolah (guru) lebih membuka diri . Keterbukaan ini tidak hanya kepada guru sejawat atau kepala sekolah tetapi guru juga lebih terbuka kepada siswa, institusi ataupun perseorangan dari luar sekolah termasuk komite sekolah.
Masyarakat bisa turut serta memberikan saran, masukan dalam perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengawasan (see) dan bersama-sama merefleksi jalannya PBM untuk memberi masukan sebagai balikan atas kinerja guru. Dengan keterbukaan ini anggota komite sekolah dapat mengetahui permasalahan yang terjadi sedini mungkin, memberikan ide ataupun membantu memecahkan permasalahan peserta didik yang mungkin tidak bisa dipecahkan sendiri oleh guru atau pihak sekolah..
Masyarakat yang peduli inilah yang dimaksud dengan Learning Community (LC). LC merupakan komunitas belajar di lingkungan sekolah yang di dalamnya berlangsung proses belajar membelajarkan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah dan masyarakat sekolah dengan masyarakat di luar sekolah agar prestasi belajar peserta didik meningkat.
Dengan adanya LC guru lebih terfokus mendidik siswa secara profesional dan kuncinya guru mau membuka kelas. Dalam pelaksanaannya terjadi kolaborasi antar unsur LC. Dengan terlibat dalam plan-do-see serta refleksi, orang tua semakin memiliki tanggung jawab sebagai satu bagian keluarga besar sekolah yang memiliki rasa handarbeni.
Melalui cara seperti ini budaya masyarakat kita yang ewuh pakewuh untuk memberi atau menerima kritikan sedikit demi sedikit terkikis. Kolaborasi yang bersinergi antar unsur LC juga akan mewujudkan demokrasi pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai aktualisasi transparansi pendidikan dalam mewujudkan akuntabilitas publiks. Apabila dalam bekerja unsur-unsur LC bersinergi secara simultan, peningkatan mutu pendidikan yang menghasilkan siswa berprestasi dengan mudah bisa diraih.
Komite sekolah tidak akan pelit membantu atau mempermasalahkan mahalnya pendidikan asalkan proses dan output yang dihasilkan berkualitas. Karena pendidikan memang investasi jangka panjang. Dengan adanya LC guru akan meningkat kinerjanya dan tidak dapat lagi seenaknya dalam mendidik. LC bisa berfungsi sebagai terapi kontrol yang dengan sendirinya akan membentuk iklim kerja yang sehat dan dinamis. Pada akhirnya komite sekolah punya posisi tawar dan juga sebagai mitra kerja untuk memajukan peserta didik meraih prestasi.

TULISAN INI DIMUAT DI RADAR MADIUN OKTOBER 2008

Sabtu, 05 Desember 2009

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Kantin kejujuran mana yang berhasil? Dari pemberitaan di mass media, hanya sebagian kecil yang berhasil. Sebagian besar gagal. Modal kantin pun habis. Contoh, betapa kejujuran masih barang mahal. Siswa jujur masuk kategori manusia langka
Mungkin itu yang menimbukan adanya sindiran buat dunia pendidikan. Bahwa korupsi berawal dari sekolah, harus berakhir pula di sekolah. Kau yang mengawali, kau pula yang mengakhiri. Kalimat yang cocok untuk menggambarkan wabah korupsi yang dirasa sudah menjadi endemic di negeri kita. Kenapa sekolah jadi awal tumbuhnya korupusi? Dengan kata lain, Apakah sekolah merupakan tempat belajar korupsi?

Disadari atau tidak, pembentukan mental korupsi terbentuk di sekolah. Bukan karena ada pelajaran khusus bagaimana orang bisa melakukan tindak pidana korupsi. Tetapi di sekolahlah kepribadian anak mulai terbentuk. Malah yang lebih celaka lagi, para siswa juga belajar bagaimana melakukan korupsi dan manipulasi. Bagaimana anak-anak berusaha meraih nilai baik dengan berbagai cara yang tak terpuji. Nyontek, kerjasama dengan teman kalau perlu dengan oknum guru. Malahan oknum guru juga mengajarkan bagaimana korupsi untuk nilai Unas, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
Jika generasi muda sejak awal mulai diracuni virus korupsi, perlu usaha preventif agar mereka tidak mudah tertular virus korupsi. Syukur menjadi pembasminya. Maka tepatlah kiranya siswa yang duduk di bangku sekolah menjadi focus pendidikan antikorupsi. Disamping masih perlunya pemasyarakatan pendidikan anti korupsi lewat jalur lain baik formal maupun informal.

Dalam pendidikan antikorupsi, konsep utamanya adalah pembentukan mental dan moral yang baik serta bertanggung jawab melalui penanaman nilai-nilai keimanan maupun ketaqwaan. Dengan penekanan norma susila maupun budaya diharapkan para peserta didik tumbuh sifat-sifat kejujuran yang menjadi pangkal dari sikap anti korupsi.
Untuk mencapai hal ini pendidikan anti korupsi tidak perlu menjadi pelajaran khusus di sekolah. Pendidikan antikorupsi bisa diintegrasikan kedalam setiap mata pelajaran. Para guru dapat menyelipkan pendidikan antikorupsi bersamaan pembelajaran di kelas. Karena dalam pembelajaran ada hanyak hidden kurikulum yang bisa digali.
Nilai kejujuran, hidup disiplin dan bekerja keras serta bertanggung jawab menjadi sebagian soft skill yang bisa dimunculkan dalam setiap kali tatap muka. Nilai-nilai tersurat dibalik yang tersirat dalam muatan materi pelajaran sedapat mungkin dikembangkan guru bagaikan diorama yang bisa dicerna siswa dengan mudah.

Keteladanan guru dalam bersikap dan bertindak yang jauh dari perbuatan korupsi adalah contoh terbaik dalam menumbuh kembangkan sikap antikorupsi. Disiplin waktu, pemberian nilai yang obyektif dan perlakuan yang adil adalah beberapa contoh kecil, bagaimana seharusnya seorang guru menjadi cermin bagi siswa-siswanya. Siswa akan berkomentar omong kosong, jika pendidikan antikorupsi sekedar pengetahuan yang harus didengar dan dihafal. Anak-anak lebih mudah mempraktekkannya, jika mereka sendiri bersama-sama seluruh warga sekolah mempraktekkanya dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
Sesuatu yang baru jika dikenalkan kadang hanya akan menjadi bahan perbincangan, cemoohan bahkan penasaran. Pendidikan antikorupsi harus menghilangkan rasa panasaran itu tanpa perlu mengajarkan bagaimana melakukan korupsi yang aman dan benar. Anak-anak tidak perlu praktek bagaimana korupsi itu bisa dilakukan. Untuk itulah pengajaran antikorupsi tidak perlu disampaikan secara langsung sebagai satu mata pelajaran. Pendidikan antikorupsi diajarkan sebagai muatan moral yang terintegritas dalam kehidupan.

Kurikuluam kita yang sudah gemuk, jangan lagi ditambah dengan mata pelajaran baru hanya lantaran ada misi baru. Begitu terjadi gempa, dekadensi moral, seks bebas, korupsi merajalela, dan berbagai peristiwa yang jadi perhatian banyak pihak. Serta merta banyak usulan, agar materi-materi terkait dimasukkan ke dalam kurikulum. Kurikulum anti gempa, budi pekerti, pendidikan seks dini dan entah berapa usulan lain. Kalau setiap kali ada hal baru diusulkan, lantas jadi muatan kurikulum baru. Kurikulum kita jadi kurikulum latah. Anak-anak sudah terlalu banyak beban. Bukannya pengetahuan bertambah, tapi psikis mereka semakin lelah.

Satu kata kunci melawan korupsi adalah kejujuran. Kejujuran tidak serta merta tumbuh dari siswa. Perlu penanam sikap positif dalam diri siswa agar mereka dengan sendirinya berlaku jujur dalam kehidupan. Untuk pencegahan dini dari perbuatan berbau korupsi dan menumbuhkan kejujuran adalah dengan menanamkan nilai moral dan agama.

DIMUAT DI MAJALAH MEDIA PENDIDIKAN PROP JATIM EDISI DESEMBER 2009

UNAS BUKAN KUDA LUMPING

Seminggu terakhir masyarakat disuguhi polemik seputar ujian nasional. Putusan final Mahkamah Agung yang melarang pelaksanaan ujian nasional tanpa syarat serta upaya pemerintah yang tetap mempersiapka ujian nasional 2010 nampaknya akan mengetengahkan tontonan episode baru. Meski akhirnya muncul pernyataan dari MA lagi, bahwa MA tidak melarang ujian nasional.

Perbedaan pendapat antar dua lembaga negara dalam menyikapi satu kasus agaknya menjadi trend di negeri ini. Belum lama cicak vs buaya hilang dari peredaran pembicaraan publik, kini masyarakat kembali disuguhi sajian kebijakan yang dirasa tidak bijak lagi.

Kasus ujian nasional 2009 lalu seakan belum memberi pelajaran yang berharga bagi banyak pihak. Pelaksana unas rasanya juga belum memberikan evaluasi menyeluruh atas sebab akibat unas di tahun-tahun lalu. Apalagi begitu pak Nuh dilantik dan mencanangkan program 100 hari pertama. Rakyat dikejutkan dengan pemajuan jadwal unas dan penggunaan unas bagi seleksi masuk perguruan tinggi. Apakah pelaksanaan dan hasil unas benar-benar sudah dapat dipertanggung jawabkan. Tidak hanya di mata masyarakat, tetapi di depan hukum dan di hadapan Tuhan? Rasanya belum.
Pelaksanaan unas yang tergesa-gesa, apalagi Permen-nya (Permendiknas No 25 tahun 2009) diteken seminggu sebelum pembentukan Kabinet Bersatu jilid II, seakan memaksakan kehendak dan memuat kepentingan. Dimajukannya jadwal unas, dengan pertimbangan ada unas ulangan bagi yang tidak lulus, sebenarnya juga tidak sesuai dengan semangat meningkatkan mutu peserta didik. Belum lagi penggunaan nilai unas untuk masuk perguruan tinggi. Benarkah nilai unas diyakini menunjukkan kemampuan akademis peserta didik? Bukankah masuk perguruan tinggi sekarang biayanya tidak sedikit? Berragam jalur, dampak Undang-undang Badan Hukum Pendidikan? Masuk
perguruan tinggi jadi komoditi mahal.

Apalagi penyampaian dimajukannya jadwal unas dari biasanya disampaikan pada tengah semester gasal. Bukankah guru, sekolah dan dinas pendidikan sudah menyusun kalender akademik di awal tahun pelajaran? Buat apa lebih cepat jika tidak lebih baik? Apakah siswa kita seperti kuda lumping, yang siap dimainkan kapan saja sesuai iringan musik dan selera penabuhnya? Disuruh makan apa saja yang disodorkan ke hadapannya? Sudah pasti tidak. Anak-anak kita manusia juga. Perlu kesiapan materi pelajaran, mental dan spiritual mantap. Persiapan yang tidak serta merta dapat diajukan begitu saja. Bahwa setelah upaya yang ditempuh sudah maksimal, berhasil dan gagal adalah hal wajar. Asal pelaksanaannya sudah sesuai dengan aturan.

Perbedaan kondisi siswa, kemajuan daerah yang belum merata, kemampuan guru yang belum sesuai harapan. Apalagi kesiapan psikologis masyarakat yang belum siap menerima kegagalan, mestinya menjadi pertimbangan utama. Apakah unas yang dilaksanakan dari waktu ke waktu menunjukkan hasil signifikan untuk menggambarkan pemetaan mutu pendidikan.

Janji pemerintah untuk melaksanakan unas dengan ketat, malah menjadi pertanyaan. Apakah berani pelaksana unas bertindak demikian. Budaya masyarakat kita yang masih ewuh pakewuh untuk mengingatkan, menegur apalagi memberi sanksi akan menjadi bumerang dalam pelaksanaan unas. Semakin ketat unas dilaksanakan, semakin lihai peserta unas mensiasati. Klop sudah.

Bukan bermaksut menjustifikasi bahwa anak-anak kita banyak yang punya nurani jadi pencuri. Tetapi ketakutan yang berlebihan seringkali menimbulkan efek buruk terhadap perilaku seseorang. Kata bang Napi, kejahatan tidak hanya terjadi karena ada niat pelakunya, tetapi bisa terjadi karena ada kesempatan dan keterpaksaan.
Pemaksaan unas termasuk memajukan jadwal janganlah dilaksanakan tanpa apersepsi. Perlu pemanasan untuk mencapai kepuasan. Kepuasaan yang ditunjukkan dengan angka-angka. Kepuasan yang tidak boleh dicapai dengan keterpaksaan. Kepuasan dunia pendidikan diperoleh dari suatu proses yang benar. Taat asas dan berkeadilan. Pemaksaan ujian nasional yang hanya sekedar memperoleh angka-angka bisa menggoda banyak pihak untuk meraihnya. Merengkuh kepuasan dengan cara tidak benar.

Aksi tipu-tipu dan perbuatan tidak jujur bisa mewabah. Bisa vulgar, bisa juga sistemik. Ibarat krisis finansial global, jika unas gagal, bisa jadi dunia pendidikan menjadi bulan-bulanan gagalnya pembangunan bangsa. Dan nantinya timbul cemoohan. Menggelar even unas saja gagal, bagaimana mengelola bangsa yang lebih besar.
Mayarakat tidak ingin energi bangsa ini habis untuk berpolemik tanpa ujung. Oke-lah, pemerintah perlu pemetaan mutu pendidikan. Tapi ujian nasional jangan lagi menentukan syarat-syarat nilai tertentu untuk melihat kemampuan anak didik. Keberagaman intelektual adalah diorama kehidupan. Satu sisi unggul di sisi lain lemah. Perbedaan yang akan membentuk simbiosis di suatu waktu. Bukankah banyak orang sukses berasal dari orang yang intelektualnya biasa bahkan rendah?

Ujian nasional juga jangan berkamuflase nama seperti bank Century menjadi bank Mutiara. Wujudnya berubah tapi masih menimbulkan masalah. Daripada berpolemik lebih baik mencari solusi di sisa waktu yang kian habis. Saatnya sekolah menerapkan desentralisasi pendidikan dengan membuat kebijakan yang cantik dan elegan.
Sekolah dan guru bisa jadi hakim bagi anak didiknya. Dengan profesionalismenya, guru juga harus mampu menunjukkan kepercayaan yang dimanahkan. Membuat alat evaluasi yang baik untuk mengukur kemampuan anak didik di satu sekolah atau wilayah. Sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mengukur kualitas kompetensi anak didik secara nasional. Dengan memvalidasi alat ukur evaluasinya, perbedaan angka-angka diolah sebagai alat standarisasi dan pemetaan mutu pendidikan nasional.

Kamis, 03 Desember 2009

TEMAN JADI LAWAN

Manusia tidak bisa hidup sendiri, butuh teman. Carilah teman sebanyak-banyaknya. Tapi ingat, teman yang dicari harus teman yang baik. Salah pilih teman, bisa celaka. Teman yang baik akan jadi sahabat. Yang tidak baik bisa membuat kita jadi penjahat.
Tidak sulit mencari teman yang baik. Tapi teman belum tentu jadi sahabat. Bisa jadi teman jadi lawan. Hubungan antar manusia yang disebut pertemanan dapat digolongkan dalam berbagai bentuk. Umumnya yang namanya pertemanan didasari saling percaya dan mempunyai tujuan tertentu. Itu sebabnya pertemanan dapat dikategorikan dalam 2 golongan. Pertemanan yang disebut persahabatan dan pertemanan yang disebut persekongkolan.
Persahatan didasari saling percaya, menghormati, memberi, menjaga dan merasa bahwa teman adalah dirinya sendiri. Dalam persahabatan, hubungan antar individu tercipta alami. Berasal dari lubuk sanubari. Merasa senasib sepenanggungan, tidak mementingkan diri sendiri dan saling nasehat-menasehati dalam kebaikan. Seorang sahabat merasa kehilangan jika sahabatnya menderita. Berusaha membantu bangkit dari keterpurukan. Tujuan akhir bukan diikrarkan, tujuan adalah buah yang dipetik dari proses kehidupan.
Beda dengan persengkongkolan. Biasanya persekongkolan tercipta dari sekumpulan individu yang mempunyai niat tertentu. Niat untuk meraih sesuatu yang diikrarkan. Bersumpah sehidup semati demi tujuan yang sebenarnya tidak pasti. Meski dalam individu2 itu berkecamuk ambisi pribadi yang bersembunyi di dalam hati. Siap membara kala nafsu tergoda. Meledak tatkala sumbu tersulut angkara murka.
Begitu tujuan tercapai, biasanya masing2 individu menghitung jasa dirinya. Merasa paling berperan dalam skenario persengkongkolan. Begitu bagi2 kue berlalu, muncul rasa cemburu di kalbu. Merasa pembagian kue tidak adil. Meski sebelumnya berikrar”All for one, one for all”.
Apa yang terjadi setelah itu? Meski di hadapan masing2 individu tersungging senyuman, tapi di hati mulai timbul rasa dendam. Mengintip kelengahan pihak lain. Pihak lain yang dulu disebut teman, kini berubah jadi lawan. Dan timbul niat, lawan harus disingkirkan. Begitu lawan lengah, pihak lain siap menyalip di tingungan. Kalau perlu menggunting dalam lipatan.
Dan inilah salah satu perbedaan mendasar. Dalam persahabatan tidak ada pengkianatan. Tapi dalam persekongkolan, pengkianatan adalah sah, seni dalam persekongkolan.
Kita bisa lihat kehidupan sosial masyarakat di sekitar kita. Kepura-puraan yang mulai membungkus muka telah menjadikan kehidupan ini semakin tidak menentu. Sulit menebak, siapakah sahabat dan siapakah teman. Bisakah teman di sekeling kita menjadi sahabat? Atau teman2 disekeling menjadi spionase yang siap2 menghunjam dari belakang? Teman2 yang mencari penghidupan dari sebuah persekongkolan? Tidak ada pertemanan yang abadi. Seperti halnya permainan politik. Politik adalah jenis pertemanan yang lebih mengarah ke persekongkolan.
Apalagi bagi yang baru belajar politik. Politik kelas kacang. Meraup untung dengan hidup menggelantung di ketiak para pencari nasi. Demi ambisi menjual harga diri.
Amit-AMIT!!!!

PETRUK JADI RATU

Tidak sebarang orang bisa dijadikan pemimpin. Selain bawaan, pemimpin bisa dibentuk melalui proses. Budaya masyarakat yang sering mendewakan, mengkultuskan seseorang, seperti karena faktor nenek moyangnya, seringkali mematikan proses mencipta pemimpin.
Pemimpin bukanlah barang warisan yang dibawa lari secara estafet. Pemimpin bukan hadiah dari langit. Hanya para nabi saja yang jadi pemimpin seperti ini.
Menjadi pemimpin sendiri tidak gampang. Bagi yang bisa mengemban amanah, pemimpin merupakan wildcard untuk masuk surga. Sebaliknya, orang yang dipercaya memimpin dan menyalahgunakan wewenangnya, siaplah menjadi bara api neraka.
Banyak orang yang semula dikira cakap dan layak diberi amanah memimpin, tapi begitu jadi pimpinan, polah tingkahnya tidak bisa jadi panutan. Melanggar norma dan menggunakan kekuasaan semena-mena.
Keberhasilan pemimpin tidak hanya dilihat bagaiman pemimpin itu sukses menjalankan program dan membawa kemakmauran bagi semua yang ada dalam tanggungjawabnya. Keberhasilan mencipta pemimpin baru yang handal menjadi tolok ukur, sejauh mana keberhasilan pemimpin dalam meneruskan tampuk estafet kepemimpinan. Hal ini bisa terwujud jika dalam menjalankan roda kehidupan dalam wilayah kekuasaan, pemimpin itu menerapkan managemen yang baik. Salah satunya dengan mendelegasikan tangungjawab kepada bawahannya.
Hanya saja, pendelegasian ini kadang kala menjadi bumerang. Salah memilih orang, pendelegasian bisa amburadul. Sekali lagi, orang yang semula dikira cakap dan mampu memikul amanah kadang bisa berubah. Budaya Mandor yang melekat di sebagaian bangsa ini, menjadikan pilihan sering kali salah orang. Ketika pimpinan itu ada, anak buah menunjukkan kinerja bagus. Begitu pimpinan hilang dari pandangan, kinerjanyapun asal2an. Budaya kuli. Tidak kuat membawa tongkat kekuasaan, menjadi bunglon.
Kita bisa simak kisah Petruk Jadi Ratu. Lha wong aslinya seorang pembantu, seorang punakawan. Begitu diberi kepercayan jadi Ratu, polah tingkahnya tidak jauh dari watak asli seorang Petruk. Seenaknya sendiri.
Ini juga bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak para pemimpin mencoba mencipta pemimpin baru. Mendelegasikan kekuasaan tatkala seorang pemimpin ada tugas dan tidak akan berada di tempat dalam beberapa waktu yang lama. Dan seorang manager di bawahnya, (biasanya yang paling senior) ditunjuk sebagai pimpinan selama masa itu. Apa yang terjadi?
Orang yang paling tahu keseharian seseorang tentu orang-orang yang terbiasa bergaul dengannya. Track record seseorang sebelum jadi manager, sering pula menjadi penyebab gagalnya kepemimpinan.
Begitu menjalankan amanahnya, kebiasaan lama bisa kambuh. Kecakapan yang dihadirkan dihadapan atasan, lenyap ketika atasan itu tidak berada di dekatnya. Dan proses mencipta pemimpin barupun gagal.
Model mencipta pemimpin ala Petruk Jadi Ratu tidak cocok diterapkan. Maunya memberdayakan semua kaum, tapi kalau tidak tepat malah jadi bubrah.

Rabu, 02 Desember 2009

SIAP UN 2010 MATEMATIKA PAKET 2

Meski UN 2010 masih jadi polemik,nggak ada salahnya semua siap melaksanakan ujian. Apapun istilahnya. Ini paket 2 siap un 2010 matematika.
Download siap UN matematika paket 2

HIV DAN AIDS

Siapa yang tidak takut terkena virus HIV dan menderita AIDS? Virus yang konon belum ada penagkalnya ini jadi momok menakutkan bagi siapapun. Beberapa temuan yang mengklaim bisa mencegah berkembangkang virus dalam tubuh hingga kini belum disebar luaskan dan diklaim secara resmi sebagai obat pembasmi virus HIV. Minimal upaya menemukan dan pengobatan para pengidap virus HIV menunjukkan, bahwa masyarakat dunia sangat peduli dengan HIV dan AIDS.
Tanggal 1 Desember yang diperingati sebagai hari HIV dan AIDS sedunia diharapkan sebagai moment penting bagi umat manusia untuk mengingatkan bahaya HIV dan perlunya kepedulian bagi penderita AIDS.
Korban-korban yang terus berjatuhan perlu penganan dan uluran bantuan. Agar mereka yang tidak berharap menderita AIDS ini merasa sebagai manusia yang tidak dikucilkan.
Pengertian yang salah dari sebagian masyarakat tentang HIV dan AIDS, tidak hanya berdampak sosial dan psikologis bagi penderita HIV dan AIDS. Ketidak mengertian hal ikhwal HIV dan AIDS berdampak tersendatnya pemasyarakatan dan pencegahan HIV sejak dini.
Banyaknya korban yang tidak sedikit mengundang keprihatinan kita bersama. Betapa perilaku kehidupan manusia kian hari kian jauh dari norma sosial dan agama.
Free sex, ketidak setiaan pasangan dalam berumah tangga, cara hidup yang tdak sehat, narkoba dan sebagainya yang menjadi sebagai sebab merebaknya virus ini, saat ini sepertinya sudah menjadi tredsetter kehidupan.
Upaya-upaya pencegahan sama gencarnya perbuatan maksiat dan perilaku hidup yang dilakukan oleh sebagian masyarakat jenis ini.
Itulah manusia. Hidup adalah pilihan. Seganas apapun penyakit jika kita tidak berusa menghindar, akhirnya diri kita lah yang akan menanggung akibatnya. Hanya manusia yang selalu ingat dan waspada yang selamat dari ancaman HIV dan AIDS.

Senin, 30 November 2009

MEMBANGUN CITRA GURU

Begitu DPR mengetok palu menyetujui UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, secercah harapan baru muncul seperti menemui oase di gurun pasir. Apalagi Amandemen Undang-undang Dasar juga mengamanatkan bahwa APBN harus mengalokasikan anggaran 20% untuk bidang pendidikan. Rasanya laksana pasangan yang sedang jatuh cinta pada cinta pertama yang sudah mendapat doa restu dari kedua orang tua dan syarat-syarat akad nikahnya hampir lengkap. Tinggal hari-H dan berbulan madu
Meski di tengah perjalanan harapan itu sedikit berkurang karena Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa 20% anggaran APBN itu sudah termasuk gaji dan tunjangan bagi tenaga pendidik dan kependidikan. Keputusan itu dirasa mengeliminir harapan bahkan bisa jadi mengamputasi impian guru untuk meningkatkan kesejahteraannnya. Tetapi hal ini harus disikapi dengan bijaksana. Jangan sampai membuat guru patah arang. Guru harus tetap semangat untuk berkarya dan berkarya. Guru harus berkhittah untuk bekerja dengan tulus ikhlas menjadi seorang guru.
Guru adalah orang yang multi guna, mumpuni di segala bidang baik di sekolah maupun di masyarakat. Di sekolah guru dianggap manusia super. Dengan tugas-tugas tambahan, guru mengerjakan berbagai jenis pekerjaan, mulai wali kelas, penanggung jawab kegiatan, kepala urusan, berbagai seksi kegiatan dan sebagainya. Bahkan jika untuk mata pelajaran tertentu tidak ada guru mata pelajarannya, guru (terpaksa) siap mengajar mata pelajaran yang tiak sesuai sertifikat akademisnya. Pokoknya guru adalah manusia serba bisa.
Gambaran di atas sebenarnya belum mencerminkan sosok guru profesional. Seorang guru profesional adalah guru yang mempunyai keahlian khusus dalam mata pelajaran yang diampu sesuai kualifikasi akademik dan mendapatkan penghargaan yang layak. Tetapi hal ini juga belum cukup. Untuk menjadi tenaga progesional yang mendapatkan penghargaan yang layak masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi sesuai amanat Undang-undang Guru dan Dosen tersebut.
Untuk itu apa yang harus dilakukan guru agar menjadi tenaga profesional sebenarnya? Contoh guru super yang mengajar berbagai mata pelajaran (bukan guru kelas SD) sudah bukan jamannya lagi. Guru yang mengajar tanpa persiapan dengan silabus dan RPP juga tidak benar. Kalau di TPI ada acara ”mendadak dangdut”, di sekolah tidak boleh ada guru ”mendadak mengajar”. Tidak ada guru ngaji (ngarang biji). Tidak ada ulangan, tidak ada tugas siswa mendapat nilai baik bahkan untuk anak yang sudah pindah atau sudah meninggalpun masih diberi nilai. Tidak ada guru yang ”glagepen” di depan kelas karena tidak menguasai materi. Juga tidak ada guru main petak umpet atau main kucing-kucingan dengan kepala sekolah dan siswa. Daftar hadirnya ada, tetapi gurunya tak diketahui di mana rimbanya. Sekelumit contoh kejadian di sekolah di atas bisa merusak citra guru. Apalagi kalau melihat berita di media, adanya guru yang bertindak asusila, main kekerasan, berjudi, mencuri dan sebagainya, hal ini semakin menenggelamkan harga diri, harkat dan martabat guru.
Persyaratan menjadi guru profesional sebagai salah satu syarat untuk lulus sertifikasi guru dengan persyaratan yang ada, jangan sampai merusak tatanan dan norma-norma pendidikan. Persyaratan kualifikasi S1 atau penilain tinggi untuk S2 telah banyak menghasilkan sarjana-sarjana karbitan (bahkan sarjana palsu) yang oleh pemerintah sendiri telah disikapi dengan bijak. Jangan sampai menjadi sarjana lewat jalur absensi, jalur kliping atau jalur copy paste. Jika menginginkan menempuh jenjang yang lebih tinggi perlu ”nawaitu” mencari ilmu untuk menambah khasanah keilmuan.
Penilaian yang tinggi untuk keikutsertaan dalam forum ilmiah juga telah disalah gunakan oleh beberapa event organizer dan celakanya guru mengamininya dengan berbondong-bondong mengikuti dan sering melupakan tugasnya untuk mengajar. Sah-sah saja guru mengikuti asalkan tidak mengganggu tugas, syukuri-syukur mengikuti kegiatan ilmiah yang sesuai dengan bidangnya, bukan untuk mengumpulkan sertifikat belaka.
Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk peringkatan mutu dalam forum ilmiah. Menulis buku, artikel, mengikuti lomba karya tulis ilmiah dan sejenisnya. Di samping memperoleh penialaian juga meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan. Kegiatan-kegiatan pembinaan siswa di sekolah, kegiatan di masyarakat sebagai wujud pengabdian juga akan mendapatkan apresiasi.
Kalau kita menanam pasti akan memetik hasil. Bagai pisang, hidup sekali haruslah bermanfaat. Menjadi orang penting baik, tapi lebih penting menjadi orang baik. Menjadi guru adalah panggilan hati, jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin. Berkarya dan berkaryalah, kelak akan ada buahnya. Citra baik itu tidak berupa sebutan, gelar atau piala. Citra baik itu melekat pada guru yang berkarya sebagai insan cendekia.

DAGING, KEMISKINAN DAN KECERDASAN

Tingkat konsumsi protein yang masih rendah pada masyarakat kita merupakan salah satu indikator lembaga survei, betapa miskinnya masyarakat Indonesia. Slot Iklan Budi Anduk yang mengatakan dirinya pendek karena kurang protein cocok sekali dengan potret kemiskinan dan kurangnya protein bagi sebagian besar rakyat.
Kita bisa melihat pada pembagian daging korban tahun ini. Betapa hanya untuk memperoleh sekerat daging 3 ons, mereka rela antri sejak dini hari. Siapa tahu dengan mengkonsumsi daging, dirinya dan anak2 mereka tdk akan berbadan pendek kayak Budi Anduk.
Apa benar separah inikah kekurang asupan gizi masyarakat kita?
Apa indeks SDM kita yang terpuruk di peringkat bawah juga dipengaruhi gizi masyarakat yang rendah pula?
Tapi mengapa banyak anak2 cerdas juga berasal dari anak2 yang miskin? Yang sayangnya mereka tidak mampu melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi?
Mengapa orang2 yang korupsi, yang jadi penguasa, banyak dari mereka orang2 yang setiap hari kelebihan nutrisi?
Apakah gizi asupannya tidak mampu mencerdaskan otaknya? Tidak mampu melihat kebenaran?
Apakah mereka yang saban hari makan protein hewani ini pada hari raya korban juga berkorban? Atau malah siap mencari korban, siapa esok hari yang akan "dimakan'?
Secara nalar, kata para pakar asupan gizi apalagi protein berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan otak manusia. Tapi adapula yang mengatakan, bahwa apa yang dimakan juga bisa berpengaruh terhadap perilaku pemakannya.
Mungkin itulah mengapa ada orang yang akhirnya ikut aliran vegetarian. Di samping kuatir efek negatif terhadap kesehatan tubuh, mereka juga kuatir perilaku yang dimakan akan berdampak terhadap pengkonsumsinya.
Apakah ribuan orang yang antri ini memang benar2 orang yang benar kurang gizi dan masuk golongan orang yang perlu mendapat santunan?
Bisa jadi ya bisa juga tidak.
Mirip ketika ada pembagian BLT. Kadang mereka2 yang mendapat BLT itu saja ada yang ambilnya bawa sepeda motor keluaran terbaru (miliknysendiri tentunya). Sementara mereka yang mau ambil kartu dan daftar agar bisa dapat BLT saja banyak harus dibantu orang. Akhirnya BLT ada yang kurang tepat sasaran.
Begitu juga waktu pembagian daging kurban. Kita bisa lihat (Meski sekilas di TV), mereka yang antri dan memenangkan daging, sebagian dari mereka, penampilan dan wajahnya terpancar wajah2 bukan orang miskin secara materi. Tapi mereka yang secara fisik sudah kelihatan miskin, tidak mampu berebut dan pulang dengan tangan hampa. Dan protein untuk orang miskin pun tak lagi singgah ke tubuh yang papa.
Sekali lagi, miskin tak lagi bisa dilihat dari penampakan luar saja.
Sekarang kemiskinan sudah menjadi trend kehidupan masyarakat modern. Menjadi miskin tatkala ada pembagian fasilitas. Menampakkan kemiskinan untuk meraih bantuan. Dan merasa kaya tatkala ada pesta.
Akibatnya jelas, negara kita semakin hari semakin banyak yang perlu mendapat bantuan. Para konglomeratpun tiba2 bisa jatuh miskin, dan mengharap bantuan likuiditas. Mendapat bantuan dana segar, meski setelah itu terbang menghindar.
Mereka2 yang saban hari kelebihan gizi dan sehat segar bugar tatkala mengajukan bantuan. Begitu diperiksa, tiba2 badannya sakit. Psikologisnya terguncang dan harus menjalani perawatan medis. Otaknya tak lagi sehat. Penyakit orang besar yang terlalu banyak protein. Terlalu pintar, kepintaran yang digunakan untuk membodohi orang. Akhirnya merasa dirinya bodoh. Biar lepas dari jerat.
Dan ini membuktikan, bahwa daging disatu sisi menunjukkan tingkat kecukupan gizi dan meningkatkan kecerdasaan. Di sisi lain, daging bisa berdampak buruk terhadap kesehatan dan moral pemakannya. Jika saja cara memperoleh, memakan dan memamfaatkan gizi dalam tubuhnya tidak benar.
Andai saja mereka2 yang dirinya sudah kaya dan cukup protein mau berbagi dan menyisihkan daging untuk yang lain, niscaya proteinnya akan lebih bermanfaat. Tidak hanya untuk kesejahteraan di dunia tapi juga di akhirat.

Jumat, 27 November 2009

KAMBING QURBAN

Hewan apa yang paling laris saat ini? Ayam atau ikan? Keduanya bukan!
Kambing adalah hewan terlaris saat ini. Mau kambing Jawa, Etawa, golongannya domba atau kambing2 asal Jawa Barat yang terkenal keelokan dan keunikannya itu. Semua jenis kambing di bulan Dzulhijah ini harganya melangit. Bahkan kalau tidak beruntung, mau beli kambing yang layak di beli saja susahnya bukan main.
Ya.... Kambing jadi binatang vaforit saat ini. Apakah selepas bulan Dzulhijah harga kambing akan turun dan kambing2 sulit dijumpai?
Melihat trend masyarakat Indonesia, kayaknya kambing tetap menjadi komoditi hewan yang mempunyai nilai jual tinggi. Malah, kalau pintar2 mencari kambing jenis langka, kambing jenis inilah yang paling mahal harganya. Kambing jenis apa ini?
Inilah kambing paling mahal dan sebenarnya paling mudah hidup tapi sulit ditemukan, yaitu Kambing Hitam.
Rasanya kambing jenis ini memang jenis langka. Meski keberadaanya ada namun tidak ada, kambing hitam laksana fenomena kehidupan gaya baru yang lagi ngetren. Hampir di setiap sisi kehidupan, kambing hitam menjadi biang keroknya. Dan tentunya si kambing hitam menjadi korban utama.
Entah itu korban sebagai korban betulan, dikorbankan, atau memang sebagai pengorbanan.
Terlepas dari apa pun tentang si Kambing Hitam, semangat berkorban merupakan salah satu semangat yang patut diambil hikmahnya.
Betapa kita masih terlalu tabu untuk mengorbankan diri, mengorbankan orang atau bahkan rela berkorban demi tegaknya kebenaran dan keadilan.
Semangat maju terus pantang mundur yang seolah2-olah mencerminkan pengorbanan kadang kala sperti kamuflase untuk menutupi kepengecutan dan sikap tidak tahu diri. Karena sebenarnya dirinya penuh dengan kesalahan. Merasa malu mengakui dirinya bersalah. Dan lebih suka mencari kambing hitam untuk membela dirinya.
Ketegasan seorang pemimpin yang rela menentukan korban sesungguhnya, karena belas kasihan dan melihat korban itu terlalu baik menjadikan kehidupan menjadi tak menentu. Padahal jika korban itu layak menjadi korban sebenarnya, hal itu akan menjadi pertanda. Bahwa pemimpin sudah berlalu arif dan bijaksana.
Kehidupan yan berputar terus ini akan semakin dihantui oleh si kambing hitam. Andai saja tidak ada ketegasan dari seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Dan kambing hitam pun semakin menumpuk di relung kehidupan, sebagai korban yang tak jelas keberadaannya.

VIDEO HOT SEKAR YANG CANTIK

Bagaimana jika seorang guru jatuh cinta kepada Sekar, dan main2 dengan Sekar?
Klik video : Sekar Yang Cantik di bawah ini!!

Video Sekar yang Cantik

KTI JUARA LOMBA GURU KREATIV

Ini ada oleh2 dari Lomba Kreativitas dan Inovasi Media Pembelaaran guru SMP Tingkat Nasional di Bogor 9 sd 13 November 2009. Silakan di downlod. Tapi ingat jangan diplagiat. Sebagain naskah ada yang saya kurangi gambarnya biar filenya tidak terlalu besar.
Juara I bu Umi
juara II Wiharno
Juara III asra

PUISI NEGERI ANGKA-ANGKA

NEGERI ANGKA-ANGKA

Diameter equator membagi negeriku tidak simetris, terpotong garis-garis
Titik-titik air hujan terdefferensial dari langit sepanjang tahun menggerimis
Dua benua sejajar mengapit, 2 samudra memandikan pulau-pulau bagai segitiga Bermuda di negeri tropis
Biru langit terefleksi di permukaan bahari, layang-layang dimainkan angin sepanjang musim
Himpunan suku menyebar, jadi satu kesatuan integral himpunan semesta di bumi pertiwi
Satu abad negeri ini bangkit, sepuluh windu pemuda-pemudi mengikat janji
Satu dasawarsa negeriku bergejolak dalam reformasi, 63 tahun negeriku terbebas dari koloni
Tapi kini negeri ini teriris, hidup tidak lagi realistis
Fungsi hutan dieliminasi, jadi faktor erosi , banjir di sana sini
Pemulung, gelandangan, pengemis berlomba mengais
Mencacah pecahan sampah, persegi-persegi satuan dihimpun jadi bulatan barang loakan
Elemen-elemen sejenis dikelompokkan, digabung, ditukar sesuap nasi untuk sarapan
Sarjana-sarjana bertranslasi bawa stopmap, ketok pintu yang tertutup rapat
Prosentase pengangguran dan rakyat miskin kian meningkat
Pengusaha dan penguasa bagai gurita himpun nol-nol rupiah berjajar kian berlipat
Rupiah berotasi di lingkaran konglomerat, malah dibawa pergi … Minggat! Dasar pengkianat!
Penjilat setor upeti biar lancar bertransaksi, pedagang sibuk cari relasi
Buruh berdemonstrasi menuntut hak asasi, demi anak dan istri
Pakar ekonomi dan matematika susun persamaan menghitung statistik atur strategi
Sajikan diagram dan angka-angka penuh asa
Politisi berargumentasi adu teorema dan logika, kaum awam jalankan aturan laksana aksioma,.…Terpaksa
Inilah kondisi negeriku
Orang berdasi berkolusi antri subsidi, orang berpangkat menutup mata rakyatnya sedang sekarat
BBM naik,… sembako naik… tabung elpiji dan jerigen kosong berderet menunggu diisi
Rakyat menjerit, ekonomi makin mencekik
Laju pertumbuhan ekonomi memang tak berkembang seperti barisan geometri atau aritmetika
Frekuensi harapan hidup makmur kian menipis, peluang menang kian terbuang
Angka-angka perkembangan hanya untuk perbandingan, setinggi angan-angan
Wahai bangsaku, janganlah kita frustasi
Mari berpikir rasional, cari solusi, meski bukan tautologi
Cari skala prioritas… cari substitusi, cari barang pengganti
Jangan terbuai angka-angka di depan koma
Kobarkan semangat eksponen 45, wujudkan bangsa ini kembali prima
Lihatlah, berkubik-kubik air sungai Musi mengalir tiada henti, membawa berkah hasilkan rejeki
Jadikan Musi sebagai inspirasi ‘tuk beroperasi dan berkreasi
Harapan itu masih ada, entah sampai titik tak hingga
Moga asa ini dapat ridlo dari Yang Kuasa, tidak hanya sekedar angka-angka

PUISI DI ATAS MENDAPAT JUARA HARAPAN III DALAM LOMBA TULIS PUISI MATEMATIKA TINGKAT NASIONAL DAN MERUPAKAN BAGIAN DARI 2008 PUISI MATEMATIKA DALAM PENCIPTAAN REKOR MURI.
*Karya : ABDUL HAKIM, S.Pd; SMPN 1 DOLOPO, MADIUN, JATIM

HATRICK


Beda kelas
Bangga juga rasanya dapat penghargaan tiga kali berturut2 dari pak Bupati Madiun. Bukan soal hadiahnya, tapi kepedulian pemerintah daerah kepada putra daerah yang membawa nama daerah ke even2 nasional mempunyai nilai tersendiri bagi saya. Minimal penghargaan ini bisa memotivasi. Tidak saja bagi saya sendiri tetapi juga bagi yang lain. Terutama bagi guru.
Semua berawal dari partisipasi saya di Konferensi Nasional Matematika XIV di Palembang 24-27 Juli 2008.
Menjadi pemakalah di forum nasional merupakan pengalaman pertama yang tak kan terlupa.
Apalagi di saat yang sama, puisi saya yang pertama kali saya buat berjudul Negeri Angka-angka jadi juara harapan III Tulis puisi matematika tingkat nasional. Penulisan puisi yang menciptakan rekor MURI dan dihadiri langsung Jaya Suprana.
Setelah ketemu pak Jaya Suprana itu lah saya tergugah menulis. Dan tulisan demi tulisan saya buat. Artikel, puisi, cerpen, makalah , essai dan tulisan2 ilmiah lainnya.
Yang buat saya senang, ternyata tulisan saya yang sebenarnya menurut guru bahasa Indonesia bahasanya amburadul, ternyata begitu saya kirim ke mas media dimuat. Di Radar Madiun, Jawa Pos, Surya, dan Majalah Media Dinas Pendidikan Propinsi Jatim beberapa kali memuat tulisan saya.
Dari kegemaran menulis itulah berbuah penghargaan dari pemkab Madiun. Pertama pada hari guru 2008, pada hardiknas 2009 dan pada hari guru 25 November 2009 kemarin. Hatrick penghargaan ini rekor tersendiri bagi saya. Meski belum menorehkan prestasi berpredikat juara, rasanya kepedulian dan motivasi dari sekitar menjadi pemacu untuk berbuat lebih baik di masa depan. Amin.