Selasa, 02 Oktober 2012

Lost Generation VS Gold Generation


Lost Generation VS Gold Generation
Aneh, benar-benar aneh! Kelulusan tahun 2012 ini diwarnai keanehan. Prediksi para pakar meleset. Model soal UN 5 kode berbeda dan komposisi tempat duduk diacak bergantian setiap hari tidak menyurutkan target sekolah. Kelulusan tetap naik, dan terbukti berhasil. Yaa mirip-mirip guyonannya almarhum Asmuni Srimulat: suatu hil yang mustahal. Para pengampu kebijakan menggunakan alasan baku : semua berkat persiapan dan kerja keras siswa dan pihak sekolah.
Prediksi dan logika sederhananya, dengan tingkat kesulitan soal yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya (seperti diungkapkan pak Nuh jauh hari sebelum UN) serta model UN yang diatur sedemikian rupa agar anak bekerja mandiri dan jujur, nilai siswa diperkirakan tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. Bahkan yang tidak lulus bisa lebih banyak. Bukan berarti pesimis, hanya estimasi. Namun, nampaknya nasib berkata lain. Upaya ”kerja keras” dan  ”berita dari langit” membalikkan prediksi.  Nilai anak-anak bagus-bagus. Dan tentunya banyak yang lulus.
Banggakah anda? Nanti dulu! Anda para pendidik, pasti tidak menutup mata dan telinga. Berbagai kabar miring berhembus sejak UN berlangsung. Kode soal beda dan posisi tempat duduk acak ternyata tidak menyurutkan semangat anak-anak berimprofisasi, mencari celah. Tidak kalah mengejutkan, beredarnya  kunci jawaban via SMS, baik sebelum atau saat pelaksanaan UN pada  hari H membuat kebanggaan atas tingginya nilai UN beserta kelulusan berbalik 180 derajat. Entah kunci jawaban tersebut valid atau tidak. Apalagi ini diperkuat warta di media yang  mengungkap modus jual beli kunci jawaban yang dilakukan sekolah/madrasah di Surabaya dengan salah satu lembaga bimbingan belajar. Itu yang ketahuan, yang tidak? Sungguh mencoreng nilai-nilai kejujuran yang dijadikan jargon UN. Kebanggaan berujung keprihatinan. Yaa, siapa saja boleh bangga. Siapa saja boleh menepuk dada. Tetapi semua juga harus introspeksi. Apakah upaya dan hasil sudah seimbang? Apakah upaya yang dilakukan sesuai dengan norma? Baik norma dalam konteks pendidikan, sosial bahkan agama?  Jika rambu-rambu kehidupan dilanggar, hasil apapun tidak bisa dibanggakan.
Terlepas dari polemik tingkat kelulusan siswa, rencana Kemendikbudnas mengintervensi sekolah-sekolah yang angka kelulusannya 0% patut diacungi jempol. Alibi, bahwa sekolah yang siswanya banyak tidak lulus karena SDM pendidik beserta fasilitas pendidikannya kurang layak memang harus diapresiasi. Bentuk treatment yang diperlakukan ada 3 jenis. Pertama, guru-guru di sekolah tersebut diberi pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Kedua, melengkapi sarana dan prasarana. Dan ketiga, dilakukan pertukaran guru. Pertukaran guru yang dimaksud, guru dari sekolah yang nilai UN rendah atau banyak yang tidak lulus, tugas belajar di sekolah maju, serta guru dari sekolah berhasil mengajar di sekolah yang kelulusannya rendah agar diperoleh transfer pengalaman belajar. Pola seperti juga yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di NTT. Tetapi perlu ditambah dengan melakukan pendampingan akademik dari perguruan tinggi. Harapannya, jika SDM memadahi, sarana prasarana terpenuhi, kelulusan merupakan suatu keharusan.
Lunturnya kebanggaan atas kelulusan ini berlanjut. Perasaan kita sebagai pendidik kembali teriris tatkala melihat tingkah polah anak-anak yang merayakan kelulusan. Aksi corat-coret baju, badan, konvoi hingga pesta yang sebagain menjurus melanggar susila disuguhkan anak-anak ini. Seakan mereka lupa dengan ajaran yang diterima selama belajar di sekolah. Beralasan sebagai pelampiasan rasa suka cita melepaskan kepenatan stress, model hura-hura lulusan usia ABG ini tidak patut dicontoh. Meski sekolah sudah berupaya mencegah, namun usaha ini hanya ampuh ketika siswa berada di dalam pagar lingkungan sekolah. Keluar dari halaman sekolah mereka bebas.
Hal ini yang perlu ditangani sejak dini. Karena bagaimanapun juga, selama mereka belum menerima ijazah dan merasa bagian dari keluarga besar civitas akademika sekolah tidak sepantasnya para lulusan ini melakukan perbuatan negatif. Untuk itu sekolah bisa menerapkan aturan tegas terkait perilaku siswa usai kelulusan. Bagi siswa yang melakukan pelanggaran, tidak diberikan surat keterangan kelakuan baik. Sekolah juga perlu menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar dan kepolisian untuk mengawasi serta menindak siswa yang melakukan kegiatan yang mengganggu ketertiban masyarakat, berbuat tidak baik apalagi melanggar hukum. Sekali waktu sekolah memang harus tegas dan tega sebagai sock terapi. Masih banyak kegiatan positif untuk mensyukuri kelulusan seperti doa bersama,  menyantuni fakir miskin, melaksanakan bhakti sosial atau sekedar memberi tali asih untuk guru.
Meski sebenarnya tindakan negatif yang disuguhkan lulusan bukan mutlak salah meraka. Sekolah juga berperan. Para pembaca bisa menduga sendiri. Yaa, sejak 2 tahun terakhir dengan menerapkan formula keluluasan (NA= 0,6NU+0,4NS) yang mengakomodir nilai sekolah, benar-benar menguji idealisme guru. Nilai NS anak-anak rata-rata bagus. Tak terkecuali nilai siswa yang langganan remidi bahkan anak-anak nakal yang sering mangkir tugas dan ulangan. Kebaikan hati guru ini disalah artikan siswa. Dan efeknya berlanjut saat UN hingga kelulusan. Hak prerogratif guru terkebiri, kewibawaan pun ikut luntur. Jadi, para guru, kepala sekolah dan para pengambil kebijakan pendidikan tidak perlu mendewakan kelulusan UN. Semua tahu apa yang terjadi selama UN. Siapa ditipu siapa menipu. Makanya jika sekolah-sekolah mempromosikan Lulus 100% sebagai magnet untuk menarik calon siswa baru, hal ini seperti mau mengiklankan rokok itu sehat. Iklan yang tidak perlu ditayangkan.
Entah sampai kapan negeri ini terlalu bangga dengan suguhan angka-angka. Tidak melihat proses sesungguhnya. Jika apa yang terjadi selama UN dan selama proses pendidikan masih terkontaminasi kepentingan politik, sekolah hanya akan melahirkan generasi semu. Suatu saat akan terjadi lost generation, generasi yang hilang. Generasi yang tidak mempunyai kebanggaan atas jati dirinya sendiri. Generasi emas yang diidamkan tidak terwujud. Gagal hanya  karena ambisi sesaat. Jika dunia  pendidikan tidak berbenah, suatu saat kita akan menyesal, dan itu sudah terlambat. Akankah hal ini dibiarkan? Pilih Gold Generation atau Lost Generation?

Tulisan ini dimuat di majalah media edisi September 2012

Kamis, 30 Agustus 2012

Deadline sayembera penulisan buku penhayaan pusbuk

Deadlene pengiriman naskah sayembara penulisan buku pengayaan pusbuk 2012 3 Agustus 2012 atau 3 September 2012? Soalnya di awal tahun sy baca di blog ada infonya 3 September. Tetapi belakangan sy baca di poster puskurbuk tertulis 3 Agustus. Mana yang benar ya? Kapan ada perubahan tanggal? soalnya kita yang sering buka info ketinggalan berita. Dan kalo di searchng di mbah google, kebanyakan kasih info 3 september.
Kalo yang benar di poster puskurbuk, jadinya sy nggak kirim. yaa buat tahun depan, kalau sayembaranya masih ada. Moga2 kalo ada lagi infonya tidak salah .

Selasa, 24 April 2012

KARTINI ITU WANITA

KARTINI ITU WANITA Kala Kartini sibak tabir Sejajarkan derajat dalam berkarir Berkebaya berjarit bersanggul Tanpa rasa masgul Kini Kartini bebas bertebaran Dari pasar hingga singgasana kekuasaan Tancapkan pesona tanpa hipnotis Lebarkan sayap dengan senyum romantis Namun..... Langkah Kartini tidak boleh egois Tiru gaya kaum borjuis Kartini itu seorang wanita Tak boleh lupa dengan kodratnya Emansipasi jangan korbankan keluarga

Jumat, 20 April 2012

Kebaya tanpa belahan dada

Sudah menjadi budaya untuk mengenang, meneladani dan meneruskan cita-cita Kartini, kaum wanita berkebaya ala RA Kartini. Kebaya juga untuk mematahkan mitos, bahwa kebaya tidak untuk membatasi ruang gerak wanita. Sayangnya, pemakaian kebaya ada yang kebablasan. Jika kita perhatikan di sekitar atau di TV, pemakaian kebaya banyak yang mengumbar aurat. Belahan dadanya terlalu ke bawah dan lebar. Bagian punggung berlubang besar, dan lebih memprihatinkan lagi, jarit atau bagian bawahan mempunyai belahan terlalu tinggi. Hingga (maaf) paha atas. Cara berkebaya seperti ini justru mengundang bahaya dan bisa dianggap melanggar UU Anti Pornofrafi.

Oleh karena itu disarankan kepada Perempuan Indonesia, saat memperingati hari Kartini, jika berkebaya tirulah RA Kartini. Kebaya jangan yang mempunyai belahan dada lebar, sangat transparan, bagian belakang lubang dsb yang dapat mengundang hal-hal negatif. Berkebaya harus yang sopan, elegan dan tidak membatasi aktifitas. Toh RA Kartini saat berkebaya juga sopan dan tanpa belahan berlebihan.

Selasa, 17 April 2012

PUTAR MUSIK SAAT ISTIRAHAT UN

Musik dan Jajan gratis saat istirahat UN
Sukses ujian nasioanl tidak hanya ditentukan penguasaan materi. Faktor kesehatan dan kesiapan mental juga berpengaruh. Tidak jarang anak yang pintar namun ketahaan fisik dan mentalnya kurang bagus, prestasinya jeblok. Pada hari H sering dijumpai, begitu menemui soal sulit siswa langsung stress. Apalagi siswa SMA setiap hari ada 2 mata pelajaran. Jika jam I down, akan mengganggu UN jam II.
Mereka perlu terapi .Caranya, di saat istirahat anak-anak diberi relaksasi. Salah satunya dengan memutarkan musik sesuai selera anak muda. Selain itu agar anak tidak kehilangan waktu karena ke kantin buat jajan, peserta UN sebaiknya diberi jajan gratis saat keluar ruang UN jam I. Dengan demikian anak-anak dapat memanfaatkan waktu untuk belajar, ada tambahan energi dan sukses mengerjakan UN.

Sabtu, 14 April 2012

Manufacturing Hope Sekolah

Pembaca mengikuti tulisan pak Dahlan Iskan di Jawa Pos? Manufacturing Hope-nya pak Dahlan Iskan mencoba menata BUMN. Ada banyak terobosan dan langkah taktis agar BUMN sehat, menghasilkan profit serta menyumbangkan deviden bagi pemerintah sebagai salah satu komponen pendapatan negara untuk membiayai pembangunan. Termasuk untuk menggaji para guru. Ada kiat yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh banyak manajer. Bahwa sekecil apapun yang dilakukan, dapat menghemat ongkos, memaksimalkan potensi, meningkatkan produktifitas kerja dan mencetak laba.
Seperti meminimalkan kunker yang menyedot dana dengan SPPDnya sampai meniadakan snack kala rapat. Langkah itu terbukti efektif. Tidak hanya menghemat pengeluaran, tetapi juga menciptakan budaya kerja tinggi. Tidak perlu terlalu banyak basa-basi, membuang waktu, energi dan tentu saja dana. Orang sudah melihat hasil kerja orang yang telah berganti hati ini. Mungkin inilah yang membedakan kinerja para manajer berNIP dan orang yang besar di swasta
Andai langkah itu diterapkan di sekolah, kiranya sekolah-sekolah menjadi maju, mandiri dan mencetak kader bangsa berkelas dunia. Untuk mewujudkan hal ini, sekolah mengandalkan suntikan dana BOS. Namun BOS barulah bentuk pelayanan pendidikan kepada masyarakat sebatas standar minimal pembelajaran. Pengalokasian prosentase peruntukan BOS 50% untuk biaya operasional, 20% bagi pembayaran honor dan transportasi serta 30% untuk investasi belum cukup untuk memberi pelayanan optimal kepada peserta didik. Memperhatikan Permendikbud RI no 51 tahun 2011 tentang petunjuk teknis penggunaan dna BOS dan laporan keuangan BOS tahun anggran 2012, sekolah memang benar-benar dituntut untuk mengoptimalkan BOS bagi siswa. Namun jika permen itu diterapkan secara kaku, bisa jadi sekolah akan stagnan. Terlalu banyak kegiatan dan kebutuhan yang tidak terakomodir di dalamnya. Meski itu secara riil dilaksanakan secara rutin dan langsung bersentuhan dengan anak.
Maka tidak aneh jika akhirnya sekolah berupaya mewujudkan visi misi sekolah. Termasuk juga memenuhi tuntutan masyarakat agar sekolah memaksimalkan potensi anak. Baik dalam pemenuhan fasilitas maupun program peningkatan mutu siswa. Ini juga sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan. Agar BOS tidak menina bobokan masyarakat. Bukankah keberadaan komite sekolah yang dijamin dalam UU Sisdiknas? Sehingga peran komite sekolah sebagai salah satu pilar penentu kemajuan sekolah ada payung hukumnya. Sehingga wajar jika masih ada penarikan dana dari orang tua. Asalkan besaran dan peruntukannya berdasarkan kebutuhan essensial, hasil kesepakatan antara sekolah dengan orang tua dan mendapat legalitas pemerintah setempat.
Karena tidak dipungkiri juga, bahwa kemampuan APBD setiap daerah berbeda. Pengalokasian anggaran 20% untuk pendidikan belum banyak terpenuhi. Pemerintah sendiri belum konsisten dalam penerapan aturan. Di satu sisi melarang pungutan, di sisi lain bantuan sarana dan prasaran belum mampu memenuhi standar pelayanan minimum pendidikan. Bantuan-bantuan dalam bentuk DAK belum mencukupi. Contoh sederhana, jika sekolah dalam satu tahun hanya diperkenankan membeli satu printer dan satu komputer, sementara sekolah mempunyai laboratorium komputer, kerja administrasi TU dan kurikulum sering memaksa peralatan ICT overwork, cukupkah itu? Belum lagi yang lain.
Sekolah-sekolah juga iri dengan keberadaan RSBI/SBI. RSBI/SBI yang sudah digerojok ratusan juta setiap tahun saja masih diperkenankan menarik dana kepada orang tua, mengapa sekolah tidak berlabel RSBI/SBI tidak boleh? Bukankah payung hukum penarikan dana bagi RSBI/SBI juga belum jelas? Padahal produk RSBI/SBI belum banyak memuaskan. Jika sekolah non RSBI juga ingin meningkatkan, menyamai, bahkan mengungguli RSBI/SBI, mengapa dilarang menarik iuran yang besarannya hanya senilai sebatang rokok sehari saja dilarang? Itulah beberapa alasan, mengapa sekolah hingga saat ini masih menarik dana dari orang tua. Pungutan itu pun rata-rata untuk kebutuhan personal siswa dan melengkapi sarana prasarana yang belum tersentuh bantuan pemerintah.
Okelah, jika sekolah hanya boleh mengandalkan BOS. Apa otomatis naiknya BOS berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pendidikan? Logika sederhanya, YA. Tetapi dalam bahasa ekonomi, naiknya BOS baru sebatas penyesuaian inflasi dan pelayanan normatif. Karena dalam beberapa tahun ini, baru di tahun 2012 BOS mengalami kenaikan berarti. Hal-hal yang boleh dibiayai juga sebatas kegiatan standar, belum pengembangan. Peruntukan BOS belum memotivasi guru bekerja di luar jam kerja, demi meningkatkan potensi dan prestasi siswa. Guru juga manusia, jika yang lain bisa pulang sesuai kewajiban jam kerja PNS, sementara yang lain harus mandi keringat memeras otak tetapi tidak ada reward memadai yang bisa didanai BOS, adilkah? Tetapi jika sekolah/pemerintah menuntut peningkatan pendidikan sebatas tupoksi guru, dapat terwujud. Meningkat , belum melesat.
Jadi semua kembali ke masyarakat. Sudah cukup puaskah bila putra-putinya belajar dengan standar minimum? Jika tidak, sekolah dan masyarakat duduk semeja mencari pemecahan. Melakukan manufacturing hope sekolah. Efisiensi dan optimalisasi potensi guru. Sekolah juga bisa melakukan terobosan. Misalnya, memberdayakan potensi yang ada serta menjalin kemitraan merupakan modal utama untuk memajukan sekolah. Diperlukan semangat kewirausahaan seorang kepala sekolah. Memberdayakan para alumni, mengajak orang tua yang mempunyai kompetensi khusus untuk mengambangkan minat bakat siswa. Jika tidak, sekolah mencari kiat pintas. Memohon bantuan komite sekolah untuk mendukung program kerja dalam bentuk sumbangan dana.
Pemerintah juga harus bijak. Bisa menjadi hakim atas kebijakan yang dibuat. Bila sekolah tetap ada pungutan, perlu ditelisik, sebatas apa penggunaan, proses pengambilan keputusan dan pertanggung jawabannya. Jika pungutan tersebut melebihi kewajaran dan perutukannya tidak banyak menunjang pembelajarn dan peningkata kompetensi siswa, kebijakan sekolah tersebut perlu di tinjau kembali bahkan dibatalkan. Namun jika pungutan tersebut karena pemerintah belum mampu menyediakan, tetap diijinkan dan menganggarkannya pada waktu yang akan datang. Ke depan BOS harus bisa menjadi Boss di sekolahnya sendiri, tanpa ada pungutan lagi.


Tulisa ini dimuat di majalah Media edisi April 2012

Jumat, 13 April 2012

Reality Show UN

Beberapa waktu lalu Pak Dahlan Iskan melontarkan acara reality show pengguna BBM bersubsidi, agar masyarakat tahu siapa penikmat terbesar BBM bersubsidi. Gagasan serupa perlu diterapkan pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kejujuran UN. Acara diawali dengan pengeluaran naskah dari percetakan, distribusi, pengamanan di kepolisian hingga pelaksanaan. Untuk efektifnya, di beberapa ruang ujian dipasang hidden kamera.
Penyelenggara acara berasal dari tim independen di bawah koordinasi perguruan tinggi sebagai tim pemantau. Hal ini juga sebagai pengganti pengurangan hak-hak tim pemantau dalam mengawasi UN yang melarang selain peserta dan pengawas masuk ruang ujian. Acara diusung dalam format live dengan mengambil sampel di beberapa tempat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Apabila dijumpai pelanggaran, pihak penyelenggara reality show menayangkan secara langsung ke pemirsa. Hal ini akan mencegah pihak tertentu yang berniat curang. Yang ketahuan: Kena Dech!

Kamis, 12 April 2012

Asrama bagi siswa terpencil di waktu UN

Suksesnya UN tidak hanya tergantung kepada kemampuan siswa. Ada faktor lain yang dapat mengganggu pencapaian prestasi siswa. Salah satunya jarak tempat UN dengan tempat tinggal, utamanya di daerah terpencil. Siswa pun bisa terlambat datang, kelelahan bahkan terancam keselamatannya di perjalanan. Akibatnya mereka tidak maksimal mengerjakan soal.

Sekolah perlu memfasilitasi siswa yang jauh dari sekolah pada waktu UN dengan menyediakan penginapan. Dapat memanfaatkan ruang kelas yang tidak digunakan UN, atau menginap di rumah penduduk sekitar sekolah. Dengan menginap di sekolah atau sekitarnya, anak-anak lebih tenang belajar. Malam sebelum UN, bapak/ibu guru memberi bimbingan belajar. Sehingga anak-anak lebih siap dan fresh ketika mengerjakan UN.

Senin, 02 April 2012

Listrik dari Putra Bayu dan Putra Baruna

Listrik dari Putra Bayu dan Putra Baruna
Berdasara data, cadangan minyak bumi Indonesia tinggal sedikit. Jika tidak ada tindakan, bukan mustahil dalam kurun waktu belasan tahun lagi cadangan minyak bumi kita habis. Murahnya harga BBM karena tidak jadinya kenaikan BBM, jangan sampai membuat bangsa Indonesia terlena. Bangsa Indonesia harus berpikir cepat dan taktis. Kalau untuk menghemat pamakaian BBM oleh mobil ada program Putra Petir, perlu juga upaya menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan alam. Karena hingga saat ini untuk menghasilkan listrik, PLN masih banyak menggunakan BBM bersubsidi.
Sebagai negara bahari dan terletak di daerah tropis, kita bisa memanfaatkan laut dan angin untuk menghasilkan listrik. Seperti halnya Belanda dengan kincir anginnya. Dari pada melakukan reklamasi laut untuk real estate, lebih baik membuat bendungan sekaligus sebagai pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan pasang surut air laut. Dana subsidi listrik sebagian digunakan untuk pengembangan energi tenaga angin(Bayu) dan pasang surut serta arus air laut. Listrik yang dihasilkan selain ramah lingkungan juga murah. Dewa angin (Bayu) dan dewa Laut (Baruna) akan bangga jika kekuatan alamnya dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh bangsa Indonesia.

Kamis, 29 Maret 2012

Lomba Demonstrasi Kreatif

Menjelang pengumuman rencana kenaikan BBM, berbagai elemen masyarakat menyikapinya dengan berdemonstrasi. Para demonstran rata-rata menolak program tersebut dengan melakukan orasi, membuat poster bahkan menggelar aksi mogok makan. Sayangnya aksi-aksi ini ada yang berujung anarkis. Hal ini mengakibatkan masyarakat bersikap apriori dan tidak simpatik lagi terhadap para demonstran ini.

Sebagai negara yang menjunjung tinggi demokrasi, sepatutnya kesempatan menyampaikan pendapat ini dilakukan dengan cara elegan, santun, menarik dan damai. Untuk mewujudkannya perlu diadakan lomba demonstrasi. Materi lomba dikategorikan dalam berbagai jenis. Lomba poster, yel-yel serta orator terbaik. Dipilih juga demonstran teladan dan penganugrahan demontran paling fair play. Juri berasal dari tokoh demonstran, tokoh masyarakat, pihak keamanan, artis, budayawan dan birokrat. Masyarakat umum memilih demostran favorit melalui SMS. Dengan cara ini demontrasi tidak lagi menakutkan dan akan menjadi tontonan menarik.

Minggu, 25 Maret 2012

Soal Inti UN Beda Soal Cadangan

Jargon UN 2012 Jujur dan berprestasi terancam. Masih ada kekuatiran kecurangan ujian nasional (UN). Perbedaan paket soal UN belum menjamin berlangsungnya UN yang jujur. Salah satu penyebabnya adalah adanya soal cadangan. Dengan soal cadangan inilah ditengarai praktik perjokian dan penyebaran kunci jawaban. Apalagi soal cadangan sama dengan soal yang dikerjakan peserta UN.

Perlu pencegahan kecurangan UN yang memanfaatkan soal cadangan. Yaitu dengan memberikan cadangan yang berbeda dengan soal inti, namun berbobot sama. Soal cadangan juga terdiri dari 5 paket beda. Toh selama ini peserta UN dalam satu ruang sudah terbiasa menggunakan paket soal 5 kode. Jadi dengan soal cadangan berbedapun tidak menjadi masalah. Soal cadangan harus tersegel dan tetap berada di ruang ujian..

Soal Inti UN beda Soal Cadangan

Jargon UN 2012 Jujur dan berprestasi terancam. Masih ada kekuatiran kecurangan ujian nasional (UN). Perbedaan paket soal UN belum menjamin berlangsungnya UN yang jujur. Salah satu penyebabnya adalah adanya soal cadangan. Dengan soal cadangan inilah ditengarai praktik perjokian dan penyebaran kunci jawaban. Apalagi soal cadangan sama dengan soal yang dikerjakan peserta UN.

Perlu pencegahan kecurangan UN yang memanfaatkan soal cadangan. Yaitu dengan memberikan cadangan yang berbeda dengan soal inti, namun berbobot sama. Soal cadangan juga terdiri dari 5 paket beda. Toh selama ini peserta UN dalam satu ruang sudah terbiasa menggunakan paket soal 5 kode. Jadi dengan soal cadangan berbedapun tidak menjadi masalah. Soal cadangan harus tersegel dan tetap berada di ruang ujian..

Kamis, 22 Maret 2012

RSBI di perbatasan negara

Banyak permasalahan timbul di perbatasan Indonesia dengan negara lain. Yang paling mencolok adalah adanya upaya pencaplokan wilayah RI oleh negara lain dengan berbagai cara. Salah satunya merayu WNI pindah negara (JP,15/3). Jika tidak tebal rasa nasionalismenya, para WNI bisa terbujuk. Adanya ketimpangan kesejaheraan termasuk pendidikan, membuar WNI di perbatasan merasa lebih dekat dengan negara tetangga. Apalagi untuk pendidikan saja, pemerintah justru lebih memilih membangun sekolah Indonesia di negara tetangga dari pada membangun di wilayah perbatasan.
Ada baiknya, pemerintah membangun fasilitas pendidikan bertaraf internasional sekelas RSBI di wilayah Indonesia dekat perbatasan. RSBI gratis bagi anak Indonesia. Sehingga para WNI diperbatasan merasa lebih diperhatikan. Termasuk anak Indonesia yang orang tuanya bekerja di negara lain. Agar anak-anak Indonesia tertanam nasionalismenya. Tidak goyah pindah negara dan mempertahankan kedaulatan RI . Setelah lulus, alumni RSBI di perbatasan punya tanggung jawab membangun negerinya sendiri. Tidak mau kalah dengan negara lain.

Jumat, 09 Maret 2012

Penerima BLSM bebas rokok

Sebagai kompensasi rencana kenaikan BBM, pemerintah berencana memberikan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) Rp 150 ribu per bulan. Sasarannya rumah tangga miskin, hampir miskin dan sangat miskin. Berkaca pengalaman beberapa waktu lalu, penyaluran BLT banyak yang salah sasaran. Oleh karena itu pendataan harus detail agar BLSM tepat sasaran dan tepat guna.

Di samping itu indikator penerima perlu dipertegas. Tidak hanya memperhatikan kondisi fisik rumah tangga dan mata pencaharian saja. Tetapi juga perilaku hidup calon penerima. Calon penerima yang mempunyai gaya hidup negatif dinomorduakan. Salah satunya perokok. Karena rokok merupakan salah satu pengeluaran tertinggi di rumah tangga. Rokok tidak hanya mengganggu kesehatan tetapi juga memiskinkan masyarakat. Jika perokok dilarang menerima BLSM, otomatis BLSM bisa menjadi alat kampanye larangan merokok. Uang rokok bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, dan dana BLSM mendukung biaya pendidikan putra-putrinya.


Tulisan ini dimuat di gagasan JP Kamis, 8 Maret 2012

Rabu, 07 Maret 2012

GURU BOLOS, GAJI JALAN TERUS

TOLERANSI BOLOS BERUJUNG TRAGEDI
Hari gini guru membolos? Apa kata dunia? Gaji rutin diterima setiap bulan, TPP antri masuk rekening, apa lagi yang diinginkan guru? Kalau bicara hak, sederet tuntutan permintaan tercatat panjang. Bak daftar belanja dapur. Tetapi begitu menyangkut kewajiban, eh...nanti dulu. Ada saja alasannya. Beri dulu hak baru kewajiban. Kalimat yang sering terlontar dari guru-guru malas. Keadaan ini jamak ditemui. Akhirnya terjadilah perselingkuhan moral guru. Guru-guru mulai tidak melaksanakan tugas sesuai janji yang diucapkan tatkala disumpah. Mangkir kerja, bahkan bolos.
Dan ini bentuk indisipliner yang paling banyak ditemui. Tidak disiplin masuk kelas, tidak melengkapi perangkat pembelajaran, dan yang paling parah bolos kerja. Ada banyak sebab, mengapa fenomena guru bolos begitu banyak terjadi. Bagi guru tidak tetap, hal yang paling sering menjadi alasan adalah mencari tambahan penghasilan. Baik itu mengajar rangkap di sekolah lain, atau nyambi bisnis. Yang PNS juga ada yang mengikuti jejak sama.
Budaya buruk ini begitu mudahnya ditemui. Coba saja pembaca melihat di lingkungan kerja saudara. Hampir selalu ada guru model begini. Mengapa hal ini terus terjadi. Tidak adakah tindakan untuk mengingatkan, menegus atau bahkan memberi sanksi? Lantas siapa yang berhak melakukan demikian. Dasar hukum apa untuk menjerat guru-guru pembolos ini?
Penulis yakin, di sekolah pembaca ada saja orang yang merasa kebal hukum, sok jago dan merasa tidak ada yang berani melawan. Bahkan disinyalir ada semacam mafia guru bolos. Merekrut guru teman dekat sealiran bolos, dan saling melindungi. Sehingga tatkala ada sidak kehadiran, data adminstrasi kehadiran selalu lengkap dan selalu ada alasan/alibi ketika tidak ada di tempat kerja Malahan beredar kabar burung, ada oknum guru yang juga merangkap jadi anggota LSM. Berlindung dibalik LSM-nya bertindak seenaknya sendiri. Kepala sekolahpun dibuat kerepotan mengurusnya. Dampaknya, menjatuhkan sanksi beratnya laksana membawa palu godam, beraaaat sekali.
Akibatnya sudah jelas. Sekolah terganggu. Anak-anak, orang tua dan negara dirugikan. Anak tidak memperoleh ilmu. Apalagi jika guru bolos ini mengajar siswa kelas akhir. Bisa-bisa banyak anak tidak lulus. Tentunya orang tua juga dirugikan. Angan-angan menyekolahkan untuk menjadikan putra-putrinya mega bintang bisa pupus. Rekan guru juga terganggu. Jika ada kelas kosong, tetangga kelas terganggu. Tentu saja tugas tambahan guru pembolos ini tidak dapat terlaksana. Guru lain terpaksa menanggung tambahan beban kerja. Tetapi ketika ada tanda tangan SPJ, tak mau ketinggalan. Jelas-jelas merugikan teman kerja dan negara.
Perlu penangan intensif terhadap guru pembolos ini. Pihak sekolah, terutama kepala sekolah menjadi ujung tombak. Keberanian, kebijkan dan keadilan kepala sekolah menjadi langkah awal penegakan disiplin, tanpa pilih kasih. Pendekatan persuasif, pembinaan, peringatan dan tindakan nyata merupakan langkah-langkah untuk membentuk kesadaran guru pembolos agar tidak melakukan tindakan indisipliner. Kepala seolah tidak perlu takut. Ada payung hukumnya, PP RI No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Kalau tetap membandel, pasal-pasal yang ada pada PP tersebut bisa diterapkan.. Berarti guru pembolos memang tidak layak jadi guru. Dikembalikan ke masyarakat saja.
Apalagi dengan akan diberlakukannya Permenegpan dan RB nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya per 1 Januari 2013, dimana penilaian kinerja guru sangat berpengaruh terhadap nasib guru PNS. Permen itu merupakan senjata ampuh untuk menyadarkan guru-guru nakal. Namun sayang, kadang rasa kemanusiaan lebih berpihak dari pada niatan merubah karakter buruk guru bolos. Tidak tega! Ibarat pepatah, tega sakitnya tetapi tidak tega matinya. Toleransi yang diberikan seorang kepala sekolah sering dimaknai keliru dan disalah gunakan. Diberi hati minta jantung. Awal tragedi bagi anak negeri. Jika nalar kalah dengan hati, akan hancur negeri ini.
Untuk mengetahui fenomena guru bolos perlu diteliti. Tidak hanya untuk mengetahui prosentasenya, yang lebih penting mencari penyebab dan solusi tepat. Selanjutnya hasil ini dievaluasi dan dipaparkan di lingkungan pendidikan terbatas. Tujuannya agar institusi dan personal guru bolos tersebut mempunyai rasa malu. Sehingga yang bersangkutan segera berbenah. Langkah selanjutnya, bagi guru bolos dilakukan pembinaan. Jika dalam jangka waktu tertentu tidak ada perbaikan, sanksi sesuai hukum yang berlaku diterapkan.
Yang juga harus diperhatikan adalah nasib anak-anak yang yang ditinggalkan. Bagaimanapun mereka tetap harus menerima pelajaran. Sekolah dapat memberdayakan guru piket untuk mengampunya. Dicarikan guru piket yang sejenis. Sehingga guru piket menggantikan peran guru pembolos untuk melanjutkan materi. Tidak hanya memberikan tugas mengerjakan LKS atau belajar sendiri. Jangan sampai terjadi seperti yang pernah diberitakan di media, para orang tua berdemonstrasi memprotes sekolah utamanya guru bolos agar dipindah/diberi sanksi. Masyarakat sekarang lebih kritis. Melalui putra-putrinya mengorek kehadiran bapak/ibu guru. Jika tidak diantisipasi lebih dini, nasib anak bangsa dipertaruhkan. Saatnya guru introspeksi diri. Sudah disiplinkah bapak/ibu mengajar di kelas? Satnya Kerja, Kerja dan Kerja!!!

Minggu, 04 Maret 2012

Guru BK bagi anak SD

Perkembangan mental dan karier anak sekolah perlu perhatian seksama. Di sekolah, hal ini biasanya diampu guru BK (bimbingan karier). Namun tidak semua sekolah memiliki guru BK, terutama di SD. Padahal keberadaan guru BK sangat diperlukan. Bagi anak usia SD, perkembangan mentalnya perlu diasah dan dimatangkan. Apalagi beban pelajaran anak SD sangat berat. Beberapa kasus diwartakan, banyak anak-anak SD mengalami gangguan psikis. Akibatnya berdampak negatif pada pengusaan materi pelajaran. Yang sangat memprihatinkan, ada anak yang melakukan tindak asusila bahkan kejahatan.
Jika tidak ada pendampingan oleh guru BK, bisa jadi anak-anak ini akan mengalami trauma terhadap pelajaran. Ditambah tuntutan yang memaksa anak mengikuti berbagai kegiatan sekolah yang sering menyita waktu bermain anak. Apalagi saat mereka menghadapi ujian akhir. Sehingga anak kehilangan hidup bersosialisasi di lingkungan sekolah dan rumahnya. Di tengah moratorium pengangkatan PNS dan menunggu hasil pemetaan guru, ada baiknya dalam pengangkatan PNS memperhatikan penyediaan guru BK di SD.

Rabu, 22 Februari 2012

Cepek untuk Kebersihan Sekolah

Beberapa hari lalu ada ancaman dari para tenaga honorer untuk memboikot ujian nasional. Termasuk diantaranya petugas kebersihan sekolah. Jika nanti benar-benar terjadi, sekolah bisa kelabakan. Meski sebenarnya para honorer termasuk petugas kebersihan ini juga tidak boleh memaksakan kehendak.

Sambil menunggu kebijakan pemerintah, para tenaga honorer tetap harus bekerja. Pihak sekolah bersama komite sekolah sepatutnya memikirkan kesejahteraan mereka. Jika dana BOS tidak cukup, ada alternatif lain. Khusus untuk kebersihan, sekolah menyediakan kotak amal. Anak-anak secara sukarela disarankan beramal. Minimal Rp 100,00 (cepek) setiap kali menggunakan WC. Hasilnya dikhususkan menambah honor petugas kebersihan.

Tulisan ini dimuat di Gagasan Jawa Pos hari Rabu, 22 Pebruari 2012

Minggu, 12 Februari 2012

WAJIB MENABUNG BAGI PNS

WAJIB MENABUNG BAGI PNS
Ada langkah menarik yang dilakukan pemda Gorontalo dengan membayarkan gaji PNS ke rekening istri. Sebuah langkah untuk menciptakan rumah tangga mawaddah wa rohmah.
Ada langkah tambahan yang perlu dicoba. Para PNS juga wajib menabung. Karenatidak sedikit kehidupan PNS yang susah. Baik untuk menyekolahkan putra-putrinya atau untuk memiliki rumah. Bahkan ada yang gajinya minus. Para PNS terpaksa gali lubang tutup lubang. Meski sudah ada gaji 13, pada tahun ajaran baru para PNS ini pontang panting mencarikan biaya.
Karena sekarang sudah banyak pembayaran gaji PNS lewat rekening, Pemda beserta bank setempat bekerja sama. Membatasi penarikan uang gaji, dan setiap bulan harus menyisakan 10% dari gaji dalam bentuk tabungan. Sehingga dalam satu tahun sudah terkumpul cukup banyak. Tabungan hanya dapat diambil menjelang tahun ajaran baru atau mau membangun rumah dengan rekomendasi pimpinan instansi PNS.

Jumat, 10 Februari 2012

Koran khusus pendidikan

Koran merupakan sarana komunikasi efektif. Jika menyimak koran yang beredar, sebagian besar mewartakan politik, hiburan, olah raga dan berita-berita khusus. Itupun masih ada yang dibumbui gambar atau tulisan berbau pornografi. Jarang koran yang khusus menyajikan berita pendidikan.

Perlu penerbitan koran khusus pendidikan. Banyak materi dunia pendidikan yang dapat disajikan. Mulai info teranyar kebijakan pendidikan, klinik pendidikan, materi pembelajaran, kiprah sekolah, prestasi guru dan siswa, kuis pendidikan, pernak-pernik kehidupan anak sekolah dsb. Yang penting tampilan dan isi harus menarik minat anak sekolah membacanya.
Sebagai tahap awal dinas pendidikan bekerja sama dengan koran lokal menerbitkan koran khusus pendidikan dalam satu lembaran tersendiri. Jika sudah matang, dikembangkan menjadi terbitan mandiri. Melalui koran pendidikan, para guru punya wadah lebih banyak untuk menyajikan karya tulisnya. Para guru juga tidak akan keberatan berlangganan sebagai kewajiban penggunaan tunjangan profesi pendidik.

Rabu, 08 Februari 2012

Warga peduli listrik

Listrik menjadi kebutuhan pokok. Tanpa listrik ibarat hidup di jaman purbakala. Kehidupan masyarakat sangat tergantung kepada istrik. Makanya, begitu ada kabar tarif dasar listrik akan dinaikkan, warga pun resah. Meski harus disadari pula, bahwa biaya produksi listrik juga tinggi. Apalagi subsidi listrik tersebut juga banyak dinikmati oleh mereka yang berkecukupan.

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat juga harus ikut bertanggung jawab atas keberadaan listrik. Caranya dengan membentuk warga peduli listrik. Warga dalam satu RT/RW atau satu desa ikut menjaga jaringan. Memotong dahan di dekat kabel listrik, menertibkan lampu jalan liar, membayar tepat waktu dan melaporkan jika terjadi pencurian alat dan energi listrik.
Dengan cara ini gangguan listrik dapat diminimalisir. Kehidupan warga lebih aman dan lancar. Kerusakan jaringan listrik pun dapat dicegah. Kalau PLN untung kenaikan TDL bisa ditunda. Semoga!

Selasa, 31 Januari 2012

Poskamling Bersama Antar Kampung.

Belakangan ini banyak tawuran warga antar kampung. Bentrok antar warga ini sering terjadi perbatasan kampung. Peristiwa itu timbul karena disulut masalah sepele hingga yang berbau SARA. Korbanpun berjatuhan, baik dari warga sendiri hingga pihak aparat. Kurang akrab atau kurang kenalnya antar warga kampung itu sendiri merupakan salah satu penyebabnya. Mereka juga kurang dapat memahami sifat, budaya, pantangan serta aturan yang berlaku di kampung lain.

Untuk menciptakan suasana aman antar kampung perlu didirikan poskampling (Pos Keamanan Lingkungan) bersama di perbatasan. Warga dari kedua desa berjaga dan patroli bersama. Dengan cara ini, kedua warga desa bisa lebih mengenal satu sama lain. Kedua desa lebih aman dari gangguan penjahat. Bila terjadi masalah antar warga segera dapat dipecahkan.

Minggu, 29 Januari 2012

Angpao untuk korban bencana

Menjadi kebiasan pada perayaan Imlek, mereka memberikan angpau. Biasanya angpau diberikan kepada anggota keluarga atau warga sekitar. Tradisi itu positif dan perlu dikembangkan sebagai upaya memupuk persaudaraan dan berbagi dengan sesama.

Mengingat saat ini di berbagai wilayah tanah air terjadi bencana, perayaan Imlek jangan berlebihan. Selain itu, uang angpau lebih baik dikumpulkan dan disalurkan kepada para korban bencana. Dengan begitu, mamfaatnya dirasakan oleh mereka yang tertimpa musibah. Kegembiraan pun bisa menyebar kepada yang sedang menderita dan memerlukan uluran tangan sesama anak bangsa.

Tulisan ini dimuat di Jawa Pos, Senin, 23 Januari 2012

Kamis, 26 Januari 2012

Bimbel Uji Kompetensi Guru

Kemendikbud berencana menggelar uji kompetensi guru calon peserta sertifikasi guru pada Februari 2012. Sebuah upaya meningkatkan kualitas guru, agar kelak guru benar-benar profesional seiring tunjangan profesi pendidik yang diterimanya. Namun program uji kompetensi ini menimbulkan kecemasan bagi sebagian guru. Kuatir tidak lulus. Meski nantinya ada empat kesempatan menempuh ujian ulang bagi mereka yang belum lulus.

Kekuatiran itu sebenarnya tidak perlu terjadi. Justru uji kompetensi guru ini sebagai tantangan. Sekaligus ajang pembuktian bagi guru untuk menunjukkan eksistensinya. Masih ada waktu untuk mempersiapkan diri dengan belajar. Salah satunya membuat program bimbingan belajar (bimbel) intensif bagi guru menghadapi uji kompetensi. Di sekolah atau dalam satu wilayah tertentu, calon peserta uji kompetensi diberi penyegaran materi uji kompetensi. Untuk mengetahui kesiapan juga dilakukan try out. Seperti halnya ketika para guru mempersiapkan anak didiknya menghadapi ujian nasional dengan memberikan bimbingan belajar intensif.

Selasa, 24 Januari 2012

Laporan Penggunaan TPP

Upaya peningkatan mutu pendidikan dengan pemberian tunjangan profesi pendidik (TPP) belum sesuai harapan. Salah satu kelemahannya yaitu belum optimalnya penggunaan TPP. Sebagian besar banyak untuk keperluan konsumtif. Keharusan menggunakan TPP untuk pengembangan diri guru tidak terlaksana dengan baik. Penggunaan TPP oleh guru bersangkutan tidak terkendali. Salah satunya karena tidak ada yang mengkontrol penggunanaan TPP.

Agar tujuan pemberian TPP sesuai yang diharapkan, perlu pengawasan penggunan TPP. Dibentuk tim audit penggunaan TPP. Guru penerima harus membuat laporan penggunaannya. Bagi guru yang tidak menggunakan sebagian TPP-nya untuk peningkatan kualitas profesionalnya, guru tersebut diberi peringatan. Jika berlanjut, diberi sanksi hingga dihentikan untuk sementara waktu. Dengan demikian kemanfaatan TPP akan sesuai tujuannya.

Minggu, 22 Januari 2012

SNMPTN jalur OSN

Ada terobosan baru pada SNMPTN 2012 dengan adanya jalur undangan tanpa tes tulis. Prosesnya berdasar nilai rapor dan ujian nasional dengan klasifikasi tertentu. Tetapi melihat kualitas ujian nasional yang masih dibumbui kecurangan serta nilai rapor yang validitasnya belum baku, model ini dikuatirkan akan melahirkan bentuk kecurangan lain. Dampaknya, kualitas calon mahasiswa terpilih kurang sesuai dengan kualifikasi program pendidikan di PTN.

Ada jalur lain yang dapat ditempuh untuk memperoleh bibit unggul. Yaitu jalur OSN (Olimpiade Sains Nasional). Ajang kompetisi tahunan ini diikuti anak-anak unggulan dari setiap sekolah se-Indonesia. Kualitas mereka dijamin diatas kemampuan rata-rata. Peringkat terbaik pada setiap jenjang (mulai kabupaten hingga nasional), mendapat prioritas. Sedangkan peserta yang memenuhi batas tertentu di seleksi ulang oleh PTN sesuai syarat program pendidikan yang dipilih. Hal ini untuk menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan melahirkan anak-anak terpilih berkualitas. Apalagi banyak anak-anak unggul ini berasal dari keluarga miskin. Program Bidik Misi PTN akan sangat membantu mereka.

Jumat, 20 Januari 2012

“REWARDS SEBAGAI DAYA TARIK GUKEPENGPRES”

Bandingkan animo guru, kepala sekolah, atau pengawas (GuKePeng) yang mau mengikuti sertifikasi dan seleksi GuKePengPres? Mana yang lebih bersemangat memilih keduanya. Pasti banyak yang mengikuti sertifikasi. Ada saja alasan bagi calon peserta GuKePengPres untuk menolak dipilih mewakili instansinya. Kebanyakan merasa belum siap, dan terlalu berat. Padahal melihat persyaratan administrasi dan prosesnya, tidak jauh beda. Ada perbedaan sedikit, misalnya adanya presentasi, tes tertulis ataupun wawancara. Itu pun juga hampir sama yang dilakukan para GuKePeng yang membuat portofolio, tetapi akhirnya harus lewat jalur PLPG.
Disamping, ada penyebab lain yang membuat peserta GuKePengPres minim. Usut punya usut, ternyata para calon peserta GuKePengPres ini banyak yang tidak tertarik. Rewardsnya tidak sepadan dengan persiapan administrasi dan kerja kerasnya. Apakah ini pertanda GuKePeng mulai kehilangan idealismenya? Mengukur kerja dengan imbalan materinya? Entahlah. Yang jelas mereka (GuKePeng) juga tidak sepenuhnya salah. Curhat beberapa teman penulis dari berbagai daerah ketika bertemu di suatu forum, banyak yang mengeluh. Hadiahnya tidak sepadan. Kalah jauh jika dibandingkan dengan lomba lain. Tidak sedikit peserta GuKePengPres harus merogeh kocek sendiri. Kasihan sekali. Untuk hadiah uang saja, kadang jumlahnya masih kalah dengan HR panitia. Bagaimana peserta GuKePengPres berminat? Meski ada pemda yang sangat peduli dengan GuKePengPres. Teman penulis Gupres kab/kota Solo dan dari salah satu kabupaten di Kalimantan mendapat hadiah beasiswa S2. Menggiurkan sekali. Bagaimana di tempat bapak ibu guru?
Memang setiap daerah punya kebijakan sendiri. Kemampuan anggaran pemda sering menjadi alasan, mengapa rewardsnya belum memuaskan. Sementara pemda berharap banyak putra daerahnya berprestasi setinggi langit sebagai wujud pengabdiannya. GuKePeng harus tetap bersemangat dan berdoa agar sukses. Padahal sukses tidak cukup dengan do’a kan? Meminjam istilah pak Dahlan Iskan di Jawa Pos awal Desember 2011, para GuKePeng jangan hanya sekedar mengabdi. Kalau semangat mengabdi terus dibawa, kelak akan menagih janji dan minta imbalan atas jasa pengabdiannya. Toh selama ini masih mau bekerja karena digaji, ya kan? Yang diperlukan adalah semangat kerja keras, kreatif, pantang menyerah dan tidak mudah mengeluh. So pasti rewards atas kerja kerasnya juga harus sepadan. Seperti yang dicontohkan jajaran direksi BUMN-nya pak Dahlan Iskan.
Okelah, kalau hadiah jadi ukuran. Jika nilainya dinaikkan, apakah nanti juga akan menarik animo lebih banyak lagi? Nah ini yang kita tunggu. Karena menilik proses GuKePengPres yang sudah berlalu, masih ada sikap pesimis para calon. Ada saja kesan negatif dalam seleksi GuKePengPres. Sudah ada juaranya sebelum lomba-lah, syaratnya terlalu banyak dan sebagainya. Alasan yang dibuat-buat, berdasar pengalaman atau sekedar gosip?
Yang jelas proses GuKePengPres sudah ada pedomannya. Kalau toh ada perbedaan, baik pelaksana, model penilaian dan sebagainya sesuatu yang wajar. Perbedaan adalah rahmat dan memperkaya wawasan kita. Selama perbedaan itu berlaku untuk tingkat satuan pendidikan berbeda, tetapi sama dalam jenjang yang sama pula. Dan yang lebih penting lagi, buku pedoman tersebut sudah diberikan ke level terbawah sebelum pelaksanaan kegiatan. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan saling menyalahkan. Apalagi menjatuhkan mental peserta GuKePengPres sebelum berkompetisi. Oleh karena itu sosialisasi dan komunikasi penting dilakukan untuk menyampaikan hal urgen bilamana ada perubahan pedoman.
Karena ajang GuKePengPres menjadi agenda rutin tahunan, seyogyanya setiap sekolah hingga dinas pendidikan dan kebudayaan harus siap lebih dini. Baik calon maupun programnya. Satu tahun sebelum pelaksanaan para calon GuKePengPres telah ditetapkan dan dianggarkan pembiayaannya. Sehingga ketika ajang GuKePengPres digelar, semuanya sudah siap. Pemda juga memberikan anggaran cukup, baik untuk pelaksanaan maupun rewardsnya. Rewards harus mampu menarik minat peserta GuKePengPres. Tidak hanya dalam bentuk finansial, tetapi juga dalam bentuk lain. Memberdayakan pemenang GuKePengPres di daerahnya dalam berbagai kegiatan. Sekaligus sebagai pembuktian, bahwa yang terpilih benar-benar yang terbaik, bukan pesanan.
Kekuatiran tidak transparansinya pada GuKePengPres ini bisa diatasi. Diantaranya dengan memampangkan hasil pada setiap level. Pembobotan pada setiap bagian juga perlu dipertimbangkan. Diutamakan pada uji kompetensi peserta GuKePengPres. Pembobotan terlalu tinggi pada porto folio misalnya, dirasa terlalu menguntungkan bagi GuKePeng di kota atau pun yang sering berkesempatan ikut pengembangan diri. Termasuk pembobotan yang tinggi untuk gelar kesarjanaan., sebaiknya ditinjau. Validitas portofolio perlu diuji, agar tidak sekedar bukti fisik hitam putih. Pada sesi presentasi atau wawancara dilakukan dalam forum terbuka. Peserta lain juga diberi kesempatan aktif dalam sesi tanya jawab. Dengan model ini GuKePengPres terpilih benar-benar teruji dihadapan publik dan dewan juri. Dan tentu saja menghilangkan kecurigaan tidak transparansinya penilaian.
GuKePengPres barulah sebagain potret keunggulan personal pendidikan. Keteladanan, kreatifitas, dan kemampuan menjadi inspirator kepada rekan sejawat, peserta didik beserta lingkungannya menjadi tolok ukur keberhasilan. Semoga lencana yang disematkan sebagai GuKePengPres bisa bermanfaaat bagi diri pribadi, orang lain dan lingkungan sekitarnya.


tulisan ini dimuat di majalah media edidi Januari 2012

Senin, 16 Januari 2012

Siswa SMK Fokus menghadapi Ujian Nasional

Keberhasilan siswa SMK di berbagai bidang belakangan ini mampu membuka cakrawala pandang terhadap kemampuan anak SMK. Mulai kemampuan membuat mobil, merakit laptop, rancang bangun serta kemampuan lainnya. Berbagai pihak pun bersimpati dan berempati dengan memberikan dukungan. Baik dalam bentuk kebijakan maupun kesediaan mendukung sarana prasarananya.

Namun jangan sampai keberhasilan ini melupakan tugas utama anak-anak SMK ini yaitu belajar. Terutama kelas tiga. Karena sebentar lagi siswa kelas 3 SMK menempuh Ujian Nasional beserta serangkaian ujian lainnya. Seperti ulangan semester genap, uji kompetensi keahlian kejuruan, ujian sekolah dan gongnya Ujian Nasional. Dimana satu dengan lainnya berpengaruh terhadap kelulusan.

Untuk sementara waktu siswa kelas 3 SMK jangan banyak disibukkan dengan berbagai aktivitas yang tidak terkait dengan pembelajaran. Mereka harus disiapkan intensif lebih dini. Usai ujian nasional mereka dilibatkan kembali dalam pengembangan produk ungggulan SMK-nya. Jangan seperti timnas Garuda yang dielu-elukan di fase awal serta mengikuti banyak ceremonial, begitu di final justru anti klimaks.

Rabu, 11 Januari 2012

Selasa, 10 Januari 2012

Pejabat memakai produk mobil dalam negeri

Ada teladan dari Walikota Solo. Memasuki tahun 2012, pak Jokowi mengganti mobil dinasnya dengan mobil buatan anak negeri, rakitan anak-anak SMK. Bukti, bahwa nasionalisme tidak sekedar slogran. Ini ironi dengan banyak pejabat lain yang justru memasuki tahun anggaran baru mengalokasikan dana besar untuk mengganti mobil dinas mewah baru buatan luar negeri. Meski mobil dinas lama masih layak dipakai.
Langkah awal walikota ini patut menjadi pilot projek, berupa gerakan pemakaian mobil produk dalam negeri bagi pejabat. Selain menghemat devisa, gerakan ini juga akan menjadi cermin pemimpin untuk hidup sederhana. Membangkitkan industri, dan menyerap tenaga kerja terutama lulusan SMK. Penggunakan komponen lokal juga akan menciptakan lapangan kerja baru.

Selasa, 03 Januari 2012

SAYEMBARA PENULISAN NASKAH BUKU PENGAYAAN TAHUN 2012

Dalam rangka menggali, mengembangkan, dan mendayagunakan potensi menulis di kalangan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan. Kegiatan sayembara ini diperuntukkan bagi para peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaantahun 2012 ini memperebutkan hadiah total lebih dari Rp 1.000.000.000,00 untuk 57 pemenangdari 19 jenis naskah buku pengayaan.
Tema Penulisan
“Membangun manusia Indonesia yang berkarakter, berbudaya, dan kompetitif di era global”
Peserta Sayembara
Peserta sayembara adalah siswa SMA/MA/SMK/MAK, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. Pendidik meliputi guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik,pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.
Naskah yang Disayembarakan
NO JENIS NASKAH PERUNTUKAN KODE PESERTA
SISWA PENDIK DAN TENDIK UMUM
A Pengayaan Pengetahuan
a. Bidang MIPA SD 01 I, II, III
SMP 02 I, II, III
SMA 03 I, II, III
b. Bidang Sosial & Humaniora SD 04 I, II, III
SMP 05 I, II, III
SMA 06 I, II, III
B Pengayaan Keterampilan SD 07 I, II, III
SMP 08 I, II, III
SMA 09 I, II, III
C Pengayaan Kepribadian
a. Kumpulan Pantun SMP 10 I, II, III
b. Kumpulan Puisi SD 11 I, II, III
SMA 12 I, II, III
c. Kumpulan Cerita Pendek SD 13 I, II, III
SMP 14 I, II, III
SMA 15 I, II, III
d. Novel SMP 16 I, II, III
SMA 17 I, II, III
e. Drama SMA 18 I, II, III
f. Biografi SMA 19 I, II, III
Jumlah Pemenang Sayembara 9 33 15
Keterangan: Naskah Peruntukan SD = SD/MI; SMP = SMP/MTs;
SMA = SMA/MA/SMK/MAK
Ketentuan-ketentuan naskah buku sayembara adalah sebagai berikut.
a. Ketentuan Umum
1. Jenis naskah buku pengayaan pengetahuan alam dan matematika, dapat berupa pengetahuan alam fisik, hayati, flora, fauna; pengetahuan matematika; pengetahuan teknologi dan rekayasa; pengetahuan kebaharian, kedirgantaraan, dan kebumian.
2. Jenis naskah buku pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, dapat berupa pengetahuan sejarah dan kemasyarakatan; pengetahuan keagamaan; pengetahuan perekonomian dan manajemen; pengetahuan budaya, bahasa, seni dan sastra.
3. Jenis naskah buku pengayaan keterampilan vokasional yang meliputi:
• Keterampilan membuat kriya;
• Penerapan teknologi rekayasa sederhana;
• Penerapan teknologi pengolahan;
• Penerapan teknologi budidaya.
4. Jenis naskah buku pengayaan kepribadian, dimaksudkan untuk mengembangkan karakter: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab yang dituangkan dalam:
• Kumpulan pantun
• Kumpulan puisi
• Kumpulan cerita pendek
• Novel
• Drama
• Biografi
Naskah buku Biografi, tentang:
• seseorang yang berjasa dalam suatu bidang yang berguna bagi masyarakat;
• seorang tokoh di daerah yang mendapat penghargaan dari pemerintah;
• seseorang yang memiliki karakter yang dapat dijadikan contoh bagi bangsa;
• seseorang yang memiliki keunggulan dan kelebihan yang berguna bagi masyarakat.
5. Naskah buku ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Naskah diberi identitas: (a) judul naskah; (b) jenis naskah; dan (c) peruntukan pembaca buku (misalnya untuk SD/MI; SMP/MTs; SMA/MA/SMK/MAK), (d) kelompok peserta.
6. Naskah dijilid rapi berupa cetak asli (bukan fotokopi atau dummy).
7. Naskah yang diterima Panitia tidak dikembalikan.
b. Ketentuan Peserta
1. Peserta adalah perorangan.
2. Peserta yang mengirimkan naskah harus melampirkan biodata.
3. Peserta dari siswa SMA/MA/ SMK/MAK harus melampirkan surat pengantar dari sekolah dan fotokopi kartu pelajar.
4. Peserta dari pendidik dan tenaga kependidikan harus melampirkan surat pengantar dari lembaga tempat bekerja dan fotokopi SK pendidik atau tenaga kependidikan.
5. Peserta dari masyarakat umum harus melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku.
6. Peserta yang pernah menjadi pemenang sebanyak tiga kali atau lebih sejak tahun 2001 tidak diperbolehkan mengikuti sayembara ini.
c. Ketentuan Naskah
1. Naskah yang diajukan adalah: a. karya asli, b. tidak berseri, c. tidak sedang diikutsertakan pada sayembara lain, sebagian ataupun seluruhnya, d. belum pernah menjadi pemenang sebagian ataupun seluruhnya dalam sayembara mana pun, dan e.belum pernah diterbitkan sebagian ataupun seluruhnya.
2. Persyaratan di atas harus dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani di atas meterai Rp 6.000,00 oleh penulis naskah.
3. Naskah diketik dan dicetak pada kertas A4, spasi 1½, jenis huruf arial, times new roman, atau tahoma, ukuran huruf 12 pt, batas margin tepi kertas 3 cm.
4. Jumlah halaman isi naskah yang ditulis oleh siswa minimal 50 halaman dan yang ditulis oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan umum minimal 75 halaman.
5. Penggunaan ilustrasi harus proporsional dan terintegrasi dengan teks, mendukung materi/isi teks serta mencantumkan sumber secara jelas.
6. Naskah buku pengayaan tidak dilengkapi dengan ungkapan tujuan mempelajari/membaca dan tidak dilengkapi latihan, soal, tes, lembar kerja, atau jenisevaluasi lainnya.
7. Naskah buku pengayaan tidak bertentangan dengan idiologi negara, ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, tidak bias gender, serta tidak menimbulkan masalah SARA.
8. Naskah buku pengayaan pengetahuan dan keterampilan harus menggunakan daftar pustaka atas rujukan yang dikutip.
9. Naskah yang dinyatakan sebagai pemenang sayembara, jika ditemukan dan terbukti sebagian atau seluruhnya merupakan jiplakan/plagiasi, segala tanggung jawab hokum yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta berada pada penulis naskah. Pusat Kurikulum dan Perbukuan akan membatalkan kemenangannya dan hadiah yang diterima harus dikembalikan kepada negara.
10. Jika suatu naskah buku pengayaan dinyatakan memenangi sayembara, penulis berhak atas penghargaan sayembara tersebut, sedangkan hak cipta (baik hak ekonomi maupun hak moral atas naskah) tetap berada pada penulis sehingga penulis berhak menerbitkannya kepada penerbit yang dipilih.
11. Pemegang hak cipta (hak ekonomi) naskah pemenang sayembara adalah Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan hak moral berada pada penulis.
12. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu judul naskah sayembara.
13. Hasil keputusan Dewan Juri Sayembara tidak dapat diganggu gugat.
d. Hadiah Sayembara
Untuk menghargai kualitas naskah yang memenangi sayembara, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud menyediakan hadiah uang sebagai berikut:
Kelompok Pelajar:
Juara I = Rp. 15,000,000
Juara II = Rp. 10,000,000
Juara III = Rp 7,500,000

Kelompok Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Masyarakat Umum
Juara I = Rp 25,000,000
Juara II = Rp 20,000,000
Juara III= Rp 15,000,000
e. Pengiriman Naskah
Naskah diterima paling lambat tanggal 3 September 2012 dan dialamatkan kepada :
Panitia Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2012
Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jl. Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusat
f. Pengumuman Pemenang
1. Pengumuman dan pemberian hadiah kepada para pemenang akan dilaksanakan padabulan November 2012.
2. Calon pemenang sayembara akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti wawancara dengan Dewan Juri dan menghadiri pengumuman pemenang bagi calon yang dinyatakan sebagai pemenang. Jika calon pemenang tidak dapat mengikuti wawancara, maka yang bersangkutan dianggap mengundurkan diri.
Informasi lebih lanjut tentang sayembara dapat menghubungi Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan website : http://puskurbuk.net , telp.: 021 3804248 , e-mail:sayembara_puskurbuk@yahoo.com facebook: sayembarapuskurbuk
Twitter: @puskurbuk