Jumat, 31 Desember 2010

OLAH RAGA BERDIKARI

Ajang AFF 2010 menjadi pelajaran bagi sepakbola Indonesia. Bahwa untuk menjadi juara tidak bisa diraih secara instan. Naturalisasi pemain dan merekrut pelatih asing bukan jaminan suksesnya sebuah tim. Lihat saja Malaysia. Bermaterikan pemain dan pelatih dalam negeri mampu menjadi juara AFF 2010. Termasuk kesuksesan sebelumnya meraih emas Sea Games Laos.
Pembinaan secara kontinu, kompetisi yang sehat, pengurus yang kredibel dan kemauan politik kiranya akan membangkitkan sepakbola tanah air. Bukan malah mempolitisi olah raga. Untuk saat ini, okelah menaturalisasi pemain karena mepetnya waktu turnamen. Ke depan, PSSI atau induk cabang olah raga lain harus lebih mengintensifkan pembinaan. Memberi kesempatan lebih banyak kepada kaum muda baik sebagai pemain atau manajer untuk mengelolanya.
Seperti pak Azrul Ananda yang memajukan basket hingga membuat liga basket yang sukses. Di tangan kaum muda berdedikasi tinggi dan menggunakan pemain anak negeri dapat memompa semangat untuk maju. Nasionalisme dan kepercayaan merupakan modal dasar bagi kemajuan olah raga. Olah raga harus mampu berdiri dengan kaki sendiri seperti ajaran Bung Karno.

Kamis, 30 Desember 2010

Klasifikasi soal unas 2011

Gong unas 2011 sudah ditabuh. Berpedoman uji statistik terhadap rapor dari sekolah terakreditasi berbeda, formula dan syarat kelulusan telah ditetapkan. Nilai kelulusan = 0,6x + 0,4 y. Dengan x nilai unas dan y nilai sekolah. Batas nilai kelulusan 5,50. Formula ini memang menampung asas komprehensif dan kontinuitas. Namun demikian masih perlu tinjuauan terhadap bobot soal unas.

Perbedaan standar pendidikan nasional di daerah tentunya dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan soal. Jangan sampai tingkat kesulitan soal disamaratakan. Sangat naif jika sekolah dengan pelayanan pendidikan masih rendah harus mengerjakan soal berbobot sama untuk sekolah maju.

Jika untuk penentuan formula kelulusan didasarkan kualifikasi sekolah terakreditasi beda, soal unas juga perlu demikian. Menggunakan pemetaan hasil unas 2010, daerah yang tingkat kelulusannya rendah karena fasilitas dan pelayanannya belum memadahi, tingkat kesulitan soalnya dibuat lebih rendah dibanding yang lain. Kode harus beda demi kejujuran, tetapi bobot soal harus berkeadilan sesuai kondisi siswa dan daerah. Agar formula kelulusan tidak menjadi bumerang dan kontraproduktif.

Rabu, 29 Desember 2010

Fair Play Suporter Merah Putih

Kekalahan tim merah putih dari Malaysia akibat teror penonton tuan rumah menjadi kambing hitam. Namun demikian, kita tidak perlu balas dendam. Kesiapan dan semangat pemain menjadi kunci untuk meraih kemenangan. Tentunya dukungan pemain ke-12 sangat membantu meninggikan moral bertanding.

Sebagai bangsa yang dikenal ramah dan santun, menjadi kewajiban kita menjadi tuan rumah yang baik tatkala menjamu Malaysia di leg kedua final AFF. Menang dan kalah dalam suatu pertandingan hal wajar. Yang diperlukan adalah kebesaran hati menerima hasil pertandingan.

Jika para pemain dibudayakan fair play, suporter juga harus menjunjungnya. Tidak perlu meniru atau balas dendam ulah supporter Malaysia. Jika kita ikut-ikutan, supporter Indonesia tidak ada bedanya. Dan kita bisa kena sanksi ganda. Gagal menjadi juara dan tidak diperkenankan menggelar even sepak bola internasional.

Selasa, 28 Desember 2010

Libur sekolah belajar hidup di kampung

Dalam sepekan ke depan anak-anak sekolah libur. Seperti biasa, pada masa liburan sekolah-sekolah memprogramkan kegiatan khusus. Tamasya, berkemah atau melaksanakan program sekolah dalam bentuk pelatihan kepemimpinan ataupun out bound.
Program itu dapat juga dikemas dengan berbagai versi. Salah satunya mengajak siswa hidup bersama masyarakat di pedesaan, terutama bagi anak-anak kota. Seperti program Kuliah Kerja Nyata para mahasiswa. Dengan mengajak anak-anak hidup bersama masyarakat di desa, mereka dapat merasakan kehidupan masyarakat yang sederhana dan masih menjunjung tinggi semangat gotong royong.
Di desa, anak-anak juga dapat mererapkan ilmu yang biasanya hanya dibaca lewat buku. Termasuk juga memberi bantuan bagi masyarakat desa yang memerlukan. Menjalin persahabatan dengan anak desa agar tercipta jaringan pengetahuan antar siswa desa-kota. Sehingga sepulang melaksanakan program akan terbentuk karakter anak yang baik. Berlibur sambil belajar dengan biaya murah dan membawa kemanfaatan bagi perkembangan jiwanya.

Senin, 27 Desember 2010

Formula Lulusan berbobot beda

Ungkapan pak Nuh di JP (20/12), bahwa unas sebagai cek darah tepat sekali. Salah diagnose, akibatnya fatal. Apalagi jika yang mendiagnose tidak kompeten dan tidak jujur melaporkannya, bisa lebih parah lagi. Diperlukan kemaun kuat untuk melaksanakan unas dengan jujur untuk melahirkan generasi berprestasi.
Meski secara politis sudah oke, namun formula kelulusan masih digodok. Kita berharap formula yang dihasilkan berkeadilan. Adil tidak harus sama. Hasil evakuasi unas tahun lalu tentunya dapat dijadikan patokan. Tidak menyamaratakan formula sama untuk seluruh siswa ditanah air.
Formula dapat dipilah menjadi beberapa golongan berdasar klasifikasi pemetaan mutu pendidikan. Sekolah yang stándar pelayanan pendidikan baik, bobot unasnya lebih tinggi. Dan sebaliknya. Misal, ada 3 kategori A,B,C.Jika nilai unas = x, nilai sekolah =y, formula klasifikasi A=0,5x+0,5y, B=0,6x+0,4y dan C=0,7x+0,3y. Formula beda untuk satu tujuan, mencerdaskan kehidupan bangsa yang berkeadilan dan berperikemanusiaan.

HADIAH NATAL UNTUK KORBAN BENCANA

Natal identik dengan hadiah. Seperti halnya pada peringatan atau acara hari-hari istimewa, juga banyak dilakukan pengumpulan dana. Disaat masih banyak korban bencana yang memerlukan uluran tangan, ada baiknya hadih Natal disalurkan bagi mereka yang membutuhkan.
Saling membantu dn berbagai di kala suka dan duka. Berbagi kasih di hari kudus dapat meningkatkan kerukunan umat beragama tanpa membedakan agama. Natal tidak hanya dirayakan kaum Kristiani yang berpunya, tetapi dapat dirasakan kemanfaatannya bagi mereka yang tidak sempat merayakan dan hidup kekurangan.

Minggu, 26 Desember 2010

TIM MERAH PUTIH DIGULUNG TSUNAMI?

Masih terngiang dalam kenangan, 26 Desember 2004, ratusan ribu nyawa melayang digulung tsunami. Tragedi tsunami terbesar yang pernah ada di nusantara. Peristiwa itu tidak akan pernah dilupakan rakyat Indonesia, terutama rakyat Aceh. Memori buruk itu menjadi peringatan bagi kita. Bahwa manusia tidak boleh sombong. Kekayaan, kekuatan dan kepandaiana manusia tidak akan mampu menolong dirinya sendiri tatkala Tuhan berkehendak, Kun Fayakuun.

Dan hari ini Indonesia harus bersiap menghadapi tsunami. Bukan ancamam air bah. Tetapi balasan Negeri Jiran Malaysia di ajang AFF. Yaa, beberapa hari lalu Indonesia meluluhlantakkan Malaysia dengan menggelontor gawang Malaysia 5-1. Kemenangan demi kemengangan di raih tim PSII dengan mayakinkan. Tampil sempurna hingga babak semifinal, membuat kepercayaan diri tim Garuda kian besar. Termasuk harapan Rakyat Indonesia.

Lihat saja topik masyarakat, mulai warung hingga presiden tidak lepas perhatiannya terhadap sepak bola Indonesia. Kerinduan kemenangan yang terlalu mendalam ini membuat rakyat sangat antusias memberi dukungan. Baik langsung maupun doa. Niatan memberi dukungan sangat jelas dari animo masyarakat yang akan menonton secara langsung di stadion Gelora Bung Karno. Mahalnya tiket bukan menjadi penghalang. Rela antri berjam-jam demi tim kebanggaannya.

Sementara para pemain mulai menjelma menjadi selebritis baru. Bukan hanya karena kemampuan skillnya saja. Ketampanan wajah mereka membuat anak bangsa ini terkesima. Meski mereka baru menyandang sebagai WNI, seperti Gonzales dan Irfan Bachdin. Masyarakat mengelu-elukan para pemain secara berlebihan. Dan inilah sebenarnya yang ditakutkan.

Pengharapan dan kepercayaan diri berlebihan dikuatirkan menjadi bumerang. Dan Bola itu bundar. Kemenangan dilaga awal tidak bisa dijadikan jamininan.. Konsistensi dan semangat pantang menyerah diperlulkan untuk mengjahadapi laga krusial ini. Kelengahan, rasa puas hanya akan membuat petaka. Malaysia sebagai tuan rumah tentunya akan berupaya sekuat tenaga meraih kemenangan. Kalau Tim Garuda tidak siap, bukan mustahil kado pahit akan diterima, digulung Malaysia. Kado terindah untuk menghilangkan duka tsunami akan musnah . Dan kita akan melilitkan kain hitam. Duka nasional.

Akankah ini yang kita inginkan? Kita berdoa saja. Semoga Tim Merah Putih jaya dan siap menghadapi tsunami pulang membawa kemenangan. Kalah menang biasa. Tidak perlu nantinya mencari kambing hitam.

Sabtu, 25 Desember 2010

Doa bersama buat tim merah putih

Final AFF tinggal beberapa hari lagi. Malaysia dan Indonesia berkeinginan memecahan telur, menjadi jawara AFF kali pertama. Perang urat saraf mulai dilontarkan. Tak terkecuali, kedua pendukung siap memberi semangat. Termasuk dukungan yang bisa melemahkan lawan.
Ibarat pejuang, pasukan merah putih siap berperang hingga titik darah penghabisan. Mengeluarkan segala daya upaya meraih kemenangan. Tetapi ada satu kekuatiran. Gangguan non teknis dapat membuyarkan keinginan. Baik itu datang dari dalam stadion kala bertanding, atau dari luar arena. Bahkan bisa jadi dari gangguan magis.
Untuk itu masyarakat Indonesia perlu memberi tambahan dukungan dalam bentuk doa bersama. Seperti halnya ketika akan menghadapi ujian nasional, atau ada musibah besar kita biasanya mengadakan doa bersama. Semoga dengan doa bersama, para pemain mendapat suntikan moral dan pulang membawa kemenangan.

Jumat, 24 Desember 2010

TOLERANSI NATAL UMAT NON KRISTIANI

Satgas non Kristiani jaga Gereja
Malam Natal merupakan malam istimewa bagi umat kristiani. Seperti halnya umat beragama lain, di malam Natal kaum Kristiani melakukan peribadatan khusus. Menghaturkan doa dan pujian kepada Tuhannya demi kebahagian kaum Kristiani dan seluruh umat di jagat raya ini.
Setelah beberapa tahun perayaan Natal dihantui gangguan, kini umat kristiani bisa bernafas lega. Terbunuh dan tertangkapnya gembong teroris setidaknya membuat petugas keamanan lebih ringan. Yang beribadah di gereja pun juga lebih khusuk. Namun demikian kita harus waspada. Gangguan keamanan tidak hanya dari teroris. Tenaga pengamanannya juga tidak harus dari pihak berwajib. Alangkah baiknya keamanana malam Natal juga melibatkan ormas atau satgas dari pemeluk agama lain. Selain sebagai bentuk solidaritas dan toleransi, dengan melibatkan pemeluk agama lain saling menjaga, kecurigaan dan gangguan yang diduga dari agama berbeda bisa diminimalisir.

Kamis, 23 Desember 2010

HADIAH TANAH BAKRIE UNTUK KORBAN LAPINDO

Boss Bakrie Goup memberi hadiah tanah 25 ha kepada PSSI. Kado spesial atas keberhasilan tim merah putih melaju ke final AFF. Wujud kecintaan pak Aburizal Bakri terhadap perkembangan sepakbola Indonesia. Ini baru lolos final, jika juara mungkin saja pak Aburizal akan membangun fasilitas sepak bola yang lengkap.
Namun sayang, beliau melupakan korban lumpur Lapindo. Berbeda sekali perhatian boss Lapindo ini terhadap nasib ribuan orang yang terusir dari kampung halamannya sendiri karena mall praktek pengeboran. Andai saja rasa empati Lapindo setara dengan rasa simpati terhadap keberhasilan belasan pemain sepakbola, para korban Lapindo ini segera bisa menikmati hidup layak.
Jika perlu para korban luapan lumpur ini dibangunkan pemukiman baru lengkap dengan fasilitas oleh raga. Siapa tahu dari anak-anak korban lumpur ini muncul talenta sepakbola yang kelak membawa harum Indonesia.

Rabu, 22 Desember 2010

LIBUR SATU HARI BUAT IBU

Untuk hari Ibu 22 Desember, perlu ada kado istimewa buat ibu. Meliburkan ibu dari aktivitas rutin selama satu hari. Di rumah, anak dan bapak menggantikan peran ibu. Mengerjakan semua pekerjaan ibu saharí-hari, mulai memasak, mencuci dll.
Agar anggota keluarga bisa merasakan beratnya tugas seorang ibu di rumah. Ini sekaligus sebagai pendidikan bagi anak-anak. Dan bapak juga dapat merasakan tanggung jawab mendidik putra-putrinya, yang biasanya banyak diambil perannya oleh ibu. Begitu juga di tempat kerja. Sekali waktu ibu-ibu diberi dispensasi pekerjaan.Kalau perlu hari ibu dibuat hari libur nasional.

Selasa, 21 Desember 2010

KADO HARI IBU

EMAK
Garis-garis tua menggurat di atas alis
Kulit keriputmu kian menipis
Rambut beruban tertutup kerudung
Nampakkan wajah sendu murung
Rindukan anakmu yang tinggalkan kampung

Lima warsa anak tinggalkan dirimu
Di perantaun menuntut ilmu
Berperang lawan kerasnya jaman
Buat bekal mencari makan

Emak...
Ratusan suratku tak pernah ada balasan
Ku tak tahu apa sampai tujuan
Emak memang buta huruf
Tak bisa baca, tetapi
Goresan tinta itu jadi pengikat hati

Emak....
Aku ingin pulang
Kan kubawa cerita sukses di negeri orang
Berkat doamu hantar anakmu
Wujudkan mimpi berkah restumu


Puisi ini terbit di majalah Media dinas pendidikan prop Jatim edisi Desember 2010

Senin, 20 Desember 2010

BIMBEL PELAJARAN NON UNAS

TIDAK BOLEH ADA LAGI ANAK EMAS DAN ANAK TIRI
Ketika kelulusan siswa banyak ditentukan oleh hasil ujian nasional, mata pelajaran yang tidak diunaskan seperti anak tiri. Ujian sekolah dianggap seperti formalitas. Tidak jarang pada semester genap menjelang ujian nasional, hanya mata pelajaran unas yang diajarkan. Mata pelajaran non unas dinomor duakan. Mata pelajaran unas ada bimbingan belajar, yang lain tidak.
Dengan rencana Kemdiknas menetapkan ujian sekolah dilaksanakan sebelum unas dan nilai rapor semester III, IV dan V mata pelajaran non unas digunakan sebagai nilai sekolah yang digunakan untuk penentuan kelulusan, diharapkan sekolah dan siswa menyiapkan sejak dini semua mata pelajaran penentu kelulusan. Bimbingan belajar juga perlu untuk pelajaran non unas. Tidak boleh ada anak emas dan anak tiri lagi terhadap mata pelajaran. Dengan tiadanya perbedaan perlakuan terhadap mata pelajaran, anak-anak akan lebih menghargai ilmu dan gurunya.

Minggu, 19 Desember 2010

PROFESI ABADI SEORANG IBU







Tak banyak orang yang sanggup bertahan dengan keadaan statis. Apalagi keadaan itu berupa keadaan standar minimalis. Diperlukan kekuatan mental dan kemampuan managerial baik agar sesuatu yang minimalis itu mampu mendukung secara maksimal.

Seperti seorang ibu penjual jenang susum ini. Lik Wiji namanya. Saban hari ia menjajakan jenang susum plus jenag ketan hitam dari sekolah ke sekolah. Profesi ini sudah ditekuninya puluhan tahun. Dengan bentuk dan jumlah barang dagangan sama. Satu panci sedang jenang susum, satu panci kecil jenag ketan hitam, santan dan air gula. Barang dagangannya dimasukkan dalam keranjang bambu di letakkan di atas sepeda kumbang tua.

Jenang Lik Wiji ini dijamin sehat. Terbuat dari bahan alami tanpa pemanis dan pengawet buatan. Jadi kalau pelanggan membeli, tidak akan basi hingga sore hari. Dijual seharga Rp 500,00 setiap hari Lik Wiji berkeliling dari sekolah satu ke sekolah lain

Inilah potret seorang ibu sejati. Tidak bergeming perubahan jaman. Satu produk satu tujuan, memenuhi kebutuhan hidup. Toh selama puluhan tahun tidak pernah merugi. Meski juga tidak memperoleh keuntungan besar. Yang penting balik modal dan cukup untuk makan. Sebuah pemikiran sederhana.

Dan yang pasti Lik Wiji tidak pernah mengajukan kredit ke bank. Sebaliknya bank juga tidak pernah melirik usaha dagang seperti lik Wiji. Andai Lik Wiji mau berinovasi, tentunya jenangnya bisa berkembang menjadi usaha waralaba. Sekali lagi, Lik Wiji tetap Lik Wiji. Wanita desa yang tidak tergiur oleh keuntungan rupiah semata. Kesetiannya hanya dipersembahkan bagi mereka yang sekedar memerlukan jajanan ringan pengganjal perut dikala lapar.

Di hari ibu 22 Desember lusa, Lik Wiji ini layak mendapat penghargaan. Buah kesetiannya selalu ditunggu pelanggan. Memenuhi nutrisi anak-anak Play group, TK, MI/SD hingga masyarakat yang kangen dengan jenang sederhana olahan Lik Wiji. Beliau tidak akan pernah berhenti melayani konsumennya sebelum ajal menjemputnya.

Sabtu, 18 Desember 2010

Akreditasi Lembaga Pencetak Doktor

Langkanya dosen bergelar doktor membuat Kemendiknas berencana membuat program percepatan pendidikan doktor. Langkah strategis meningkatkan kualitas para dosen. Namun demikian rencana ini perlu antisipasi.
Berkaca pengalaman program S1 dan S2 kilat yang beberapa waktu lalu marak, ternyata banyak melahirkan sarjana-sarjana instan. Contoh lain, program guru minimal S1 untuk sertifikasi juga ada yang dimanfaatkan sebagai ajang bisnis pendidikan oleh pihak tertentu. Program kuliah jauh, kuliah Sabtu-Minggu dan berbagai pernak-pernik kuliah ekstention juga melahirkan budaya plagiatisme.
Oleh karena itu, program percepatan mencetak doktor harus dirancang dengan baik dan diberi rambu-rambu tegas. Kemendiknas harus mengakreditasi terlebih dahulu lembaga/PT yang membuat program doktor. Agar nantinya doktor yang dilahirkan benar-benar berkompeten di bidangnya. Selain itu perlu ditumbuh suburkan budaya ilmiah di kalangan pendidik, mulai guru hingga dosen. Sebagai cikap bakal pendidik menapak pendidikan hingga mencapai gelar doktor.

Jumat, 17 Desember 2010

KEUNTUNGAN PSSI UNTUK BEASISWA

Mungkin baru kali ini PSSI meraih keuntungan ganda. Tim PSSI sukses,di leg I Indonesia ungguli Filipina 1-0. Penyelenggarannya pun terbilang sukses juga. Panitia meraup untung dari penjualan karcis. Harga tiket yang tergolong mahal untuk ukuran rakyat Indonesia, tidak memupus minat penggila bola membelinya demi kejayaan merah putih.

Meski masih fase semifinal, kesuksesan PSSI ini sinyal positif sepak bbola tanah air. PSSI tidak boleh bangga dan menggunakan keuntungan untuk kegiatan yang kurang berguna. Keuntungan ini seyogyanya untuk pembinaan lebih lanjut mencetak pemain Indonesia asli yang handal.

Mengirim pemain berbakat ke klub di luar negeri seperti era Kurniawan Dwi Yulianto. Memberi bonus bagi pemain berprestasi belajar sepak bola ke luar negeri seperti halnya pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi melanjutkan pendidikan hingga level trtinggi dengan gratis. Saatnya membuktikan, bahwa kesuksesan sepakbola bukan karena pemain naturalisasi.

Kamis, 16 Desember 2010

UJIAN NASIONAL MODEL JADUL PLUS, KENAPA TIDAK?

Tahun 2010 tinggal beberapa hari. Namun hal ihwal ujian nasional belum kelar juga. Model ujian nasional tahun 2011 belum jelas. DPR dan Kemendiknas masih mencari formula terbaru. Padahal jadwal sudah ditetapkan, April 2011.

Ketidak jelasan model ujian nasional dan ketentuan kelulusan ini tentu saja membuat sekolah dan anak-anak semakin cemas. Kalau siswa menunggu dan terus menunggu, akan membuat mereka stress sebelum ujian berlangsung. Atau jangan-jangan, formula yang diharapkan mempermudah kelulusan ini malah kontradiktif. Mudah meluluskan tetapi mengesampingkan kualitas.

Jika ujian nasional dan kelulusannya diharapkan bersifat komprehensif dan mewadahi kontinuitas pendidikan, pelaksanaannya bisa menggunakan sistem ujian jadul (jaman dulu) plus. Kecuali muatan lokal, mapel ketrampilan, seni dan pendidikan jasmani, semua mata pelajaran diunaskan. Tanpa batas nilai minimum, pengawasan dan koreksi silang penuh. Rapor digunakan untuk formula kelulusan, tetapi tidak digunakan untuk penentuan nilai ijazah. Karena setiap sekolah mempunyai idealisme dan kriteria tersendiri. Sekolah diberi hak menentukan kriteria kelulusan tambahan sesuai nafas KTSP. Dengan demikian wajib belajar pendidikan oke, kualitas terjamin.

Rabu, 15 Desember 2010

INDONESIA JAYA DI IJSO

APRESIASI BUAT GURU PEMBINA SISWA BERPRESTASI
Kabar gembira bagi siswa Indonesia. 12 anak SMP yang dikirim ke Nigeria 1-11 Desember 2010 mengikuti IJSO (International Junior Science Olimpiad) mendapat medali, 3 emas, 5 perak dan 4 perunggui. Ada hadiah tambahan membanggakan bagi mereka. Mendapat beasiswa gratis sampai S1. Sebagaimana siswa berprestasi di ajang lomba internasional lain yang memperoleh beasiswa hingga S3, sesuai medali dan level lomba.
Prestasi anak ini tentunya diperoleh dengan kerja keras dan tidak luput dari pembinaan gurunya. Harapan guru hanya satu, ingin siswanya berprestasi. Gelar pahlawan tanpa tanda jasa yang terlanjur mendarah daging, membuat guru tidak terlalu berharap banyak dengan hasil kerja tangan dinginnya.
Jadi, jika siswa binaannya berprestasi dan memperoleh beasiswa pendidikan, alangkah baiknya bila guru pembinanya juga mendapat apresiasi, dalam bentuk apapun. Termasuk juga melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi, S2/S3. Agar guru tidak menjadi pahlawan yang terlupakan.

Selasa, 14 Desember 2010

BANTU BIBIT TANAMAN BUAT MERAPI

Hampir dua bulan pasca letusan, Merapi masih menyisakan ancaman, banjir lahar dingin. Banyaknya material vulkanik dan minimnya penahan air menjadi ancaman tersendiri. Setiap saat bahaya mengintai. Apalagi saat ini musim hujan. Banjir bandang bukan mustahil menimpa mereka tanpa bisa diprediksi.

Di saat para pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing, mereka tentu kurang memperhatikan keselamatan dari bahaya sekunder. Banyaknya pohon-pohon yang tumbang dan hangus akibat wedus gembel, memerlukan penanganan. Salah satunya dengan menanami kembali hutan dan lahan masyarakat Merapi dengan tanaman.

Jika saat letusan bantuan banyak berwujud barang konsumsi dan untuk kesehatan, kini saatnya kita membantu masyarakat Merapi berupa bibit tanaman. Mumpung ini musim penghujan, bibit tanaman mudah tumbuh. Agar lereng Merapi hijau kembali dan mampu menahan laju air lahar dingin.

Senin, 13 Desember 2010

SEPEKAN TANPA TV

Mulai minggu ini anak-anak sekolah mengikuti ulangan semester gasal. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan ulangan semester sering terganggu sarana hiburan. Mulai PS, HP, hingga televisi. Himbauan selama ada ulangan semester atau ujian agar tidak menyalakan televisi belum terlaksana dengan baik.
Perlu diingatkan kembali kepada masyarakat untuk tidak menyalakan televisi selama anak-anak sekolah ulangan semester, khususnya di jam belajar. Mengingat ada rencana kebijakan Kemendiknas untuk menyertakan nilai rapor dalam penentuan kelulusan, tentunya anak-anak dari awal harus mempersiapkan diri lebih baik lagi. Agar nilai rapor bisa menolong nasib mereka.
Ajakan sepekan tanpa hiburan, terutama mematikan televisi ini disosialisasikan kepada orang tua siswa, aparat desa atau ketua RT. Jika perlu untuk mensukseskan program ini, masyarakat melakukan ronda. Mensweeping rumah yang melanggar kesepakan bersama. Yang melanggar diberi sanksi sesuai keputusan bersama. Dengan sepekan tanpa TV, anak pintar semua senang.

Minggu, 12 Desember 2010

RAPOR TENTUKAN KELULUSAN

PERLU UJI VALIDASI NILAI RAPOR

Rencana Kemendiknas menyertakan nilai rapor dalam kelulusan siswa merupakan angin segar bagi siswa dan guru. Nasib anak tidak lagi ditentukan hanya oleh nilai ujian nasional. Guru bisa menjadi hakim bagi siswanya sendiri. Siswa juga akan berusaha maksimal sebelum unas, agar nilai rapor bisa membantu kelulusannya

Namun demikian berdasar pengalaman masa lalu, banyak kejadian nilai rapor diobral untuk mengkatrol kelulusan siswa. Sulit membedakan kemampuan siswa hanya dengan melihat nilai rapor. Bahkan antar sekolah berlomba-lomba menaikkan gengsi sekolahnya dengan memberi nilai super kepada anak. Tidak jarang, nilai rapor anak-anak pintar di sekolah favorit/unggulan kalah dengan nilai anak dari sekolah yang kualitasnya lebih rendah.

Hal itu tidak boleh berulang. Rapor harus bisa berfungsi ganda. Baik untuk melihat kemampuan anak sesungguhnya atau meluluskan siswa. Perlu standarisasi penilaian raport. Untuk kelulusan, dilakukan uji validasi antara nilai rapor dan nilai ujian nasional. Nilai rapor yang tidak valid, diturunkan bobotnya. Sehingga praktek-praktek mengkatrol nilai bisa diminimalisir. Guru harus menjadi hakim yang adil. Agar sekolah tidak menghasilkan lulusan berkualitas semu.

Sabtu, 11 Desember 2010

LOMBA DESA ANTI KORUPSI

Banyak lomba diadakan bagi desa. Mulai lomba kebersihan hingga sekedar lomba menghias gapura. Untuk mengikutinya pun perlu biaya tidak sedikit. Bahkan tidak jarang dalam pelaksanaannya terjadi manipulasi data dan dana. Desa juaranya akhinya dijadikan desa percontohan.

Perlu inovasi lomba desa dalam bentuk lomba desa anti korupsi. Desa yang melaksanakan budaya anti korupsi diukur dari kebiasaan warga dan aparat desa dalam kehidupa sehari-hari yang tidak mempraktekkan hal-hal yang tergolong tindak korupsi dan manipulasi. Kejujuran dan keberhasilan pemerintahan desa dijadikan parameter kejuaraannya.

Lomba ini bisa bertingkat hingga level pemerintahan lebih tinggi. Dengan melaksanakan seperti ini, warga dan aparatur negara serta pihak swasta bisa berperan serta secara aktif. Baik sebagai pelaku maupun pencegah tindak korupsi sejak dini. Yang lebih penting, jangan sampai terjadi menjadi juara lomba desa anti korupsi dengan melakukan manipulasi dan suap menyuap

Jumat, 10 Desember 2010

SATU SEKOLAH SATU LAPANGAN OLAH RAGA

Hari-hari kita cukup berbangga hati. Tim sepak bola merah putih berjaya di ajang AFF 2010. Masuknya pemain naturalisasi boleh dikata menjadi pemacu prestasi . Meski tim PSSI baru masuk semifinal, belum juara. Namun demikian jangan sampai naturalisasi menjadi tren olah raga di masa datang. Cara instan ini bisa membuat pembinaan olah raga melempem. Toh pemain naturalisasi ini sebelumnya juga melewati pembinaan intensif. Pembinaan dan fasilitas yang mewadai serta kompetisi yang sehat bisa menghasilan produk atlit berkualitas.

Sekolah bisa menjembatani dari awal untuk melahirkan atlit berprestasi. Sayangnya, saat ini banyak sekolah yang tidak punya lapangan olah raga sendiri. Untuk berolah raga pergi ke tanah lapang atau lapangan olah raga bukan miliknya sendiri. Akibatnya, pembinaan olah raga mulai dini tidak efektif. Aneh memang, jika ada mata pelajaran olah raga, tetapi tidak mempunyai lapangan/fasilitas olah raga memadai.

Seharusnya setiap sekolah harus mempunyai lapangan/fasilitas olah raga sendiri. Pemerintah bersama komite sekolah perlu segera memfasilitasi sarana olah raga bagi siswanya. Agar kelak dari sekolah muncul atlit produk dalam negeri. Bukan mengharap atlit naturalisasi.

Kamis, 09 Desember 2010

HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA

Hukuman Mati Bagi Koruptor
9 Desember merupakan hari anti korupsi sedunia. Kita akan menunggu, di rangking berapa Indonesia diposisikan sebagai negara terkorup. Sulitnya menghilangkan korupsi di tanah air, bukan saja karena mentalitas aparatur saja. Tetapi masyarakat sendiri mempunyai andil membudayakannya. Suap menyuap, memberi uang pelicin, sekedar tips, atau ucapan terima kasih dalam bentuk amplop, membuat menghilangkan penyakit korupsi seperti membersihkan rumput di tanah lapang. Begitu satu bagian dicabut yang lain tumbuh lagi.
Perlu gerakan bersama agar korupsi terkikis hingga akarnya. Rendahnya hukuman membuat pelaku koruptor tidak jera. Kita dapat meniru negara lain, seperti Cina atau Jepang yang memberi sanksi hukum dan sanksi moral tinggi terhadap koruptor. Hukuman mati layak diberikan kepada koruptor.
Jika ditetapkan, hukuman pun harus segera dilaksanakan. Tidak mengulur-ulur waktu, hingga terdakwa mengajukan keringanan hukuman. Hukumanpu akhirnya diperingan, bahkan bisa melengang bebas. Koruptor pun tidak jera, sementara masyarakat harus menanggung kerugian.

HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA

Hukuman Mati Bagi Koruptor
9 Desember merupakan hari anti korupsi sedunia. Kita akan menunggu, di rangking berapa Indonesia diposisikan sebagai negara terkorup. Sulitnya menghilangkan korupsi di tanah air, bukan saja karena mentalitas aparatur saja. Tetapi masyarakat sendiri mempunyai andil membudayakannya. Suap menyuap, memberi uang pelicin, sekedar tips, atau ucapan terima kasih dalam bentuk amplop, membuat menghilangkan penyakit korupsi seperti membersihkan rumput di tanah lapang. Begitu satu bagian dicabut yang lain tumbuh lagi.
Perlu gerakan bersama agar korupsi terkikis hingga akarnya. Rendahnya hukuman membuat pelaku koruptor tidak jera. Kita dapat meniru negara lain, seperti Cina atau Jepang yang memberi sanksi hukum dan sanksi moral tinggi terhadap koruptor. Hukuman mati layak diberikan kepada koruptor.
Jika ditetapkan, hukuman pun harus segera dilaksanakan. Tidak mengulur-ulur waktu, hingga terdakwa mengajukan keringanan hukuman. Hukumanpu akhirnya diperingan, bahkan bisa melengang bebas. Koruptor pun tidak jera, sementara masyarakat harus menanggung kerugian.

Rabu, 08 Desember 2010

PEREMPUAN BERKEPALA DUA

PEREMPUAN BERKEPALA DUA

Pasar kecil bertengger
Dipucuk kepala tersangga leher
Berteduh di bawah surya
Beralas bumi berpayung mega

Sang bayu sibakkan rambutmu
Yang terurai perlihatkan kekarnya bahu
Bawa debu menambah ayu
Pada wajah yang mulai kuyu
Tatap dagangan yang tak laku

Perempuan itu terus berjalan
Berhias mahkota tak bertahta
Ubah wanita berkepala dua
Topang keluarga hidupi jiwa

Di atas nampan jajanan berjubel
Susun mozaik bagai puzzle
Liuk badan saingi sales girl
Tawarkan produk tanpa ngedumel

Selasa, 07 Desember 2010

BANJIR MALAM 1 SURO







Musim tahun ini benar-benar tidak bisa diduga. Boleh dikata, tahun tanpa kemarau. Dalam satu tahun ini mungkin hanya sekitar tiga minggu tanpa hujan pada akhir Juli hingga awal Agustus. Selebihnya hari-hari dihiasi hujan. Hujan datang tanpa bisa diterka. Pagi terang benderang dan panas, siang mendadak hujan.

Hujan tahun ini pun lain dari hujan tahun lalu. Banyak hujan yang dibarengi angin kencang dan petir. Air yang dicurahkan dari langit juga lebih dari biasanya, deras sekali. Seperti yang terjadi kemarin siang hingga sore.

Menjelang pergantian tahun baru Islam 1 Muharram/Suro, sejak pukul 12.30 hujan turun sangat lebat. Masih lumayan hujan kali ini tidak banyak petir dan tenang. Hujan pun berlangsung berjam-jam. Jalan raya jurusan Madiun-Ponoroo tidak sedikit yang tergenang. Para pengendara harus berjalan pelan. Ada juga mobil yang mogok. Mesinnya kemasukan air ketika melintas jalan yang tergenang air setinggi lutut.

Bahkan, di desa saya di Krandegan, kec Kebonsari Madiun. Hujan kali ini termasuk hujan paling deras selama jangka waktu 20 tahun terkahir. Dukuh Kradegan terendam banjir. Air kiriman dari atas meluap dan menggenangi kebun, sawah, jalan,dan masuk ke dalam rumah. Ada pagar yang ambruk tergerus air, tanaman padi yang baru ditanam dan diberi pupuk terbenan dan mungkin hanyut terbawa arus. Menurut penduduk asli, kejadian seperti ini terakhir sekitar 20 tahun lalu.

Nampaknya ini adalah berkah dari yang kuasa. Menjelang 1 Suro, diharapka manusia bertafakur. Merenung, berinstroskpeksi diri di rumah. Bermunajat agar diber ampunan di tahun lalu dan berdoa untuk kebaikan satu tahun ke depan. Karena kebiasaan malam suro banyak yang memperigatinya dengan berhura-hura, dengan diberi hujan lebat ini kemaksiatan bisa berkurang. Meski hujan mendatangkan kerugian, ini hanya sebagai peringatan. Saatnya manusia selalu mawas diri dan beribadah lebih baik demi kemashlahatan manusia itu sendiri.

Senin, 06 Desember 2010

AJAK ANAK SEKOLAH BERSEPEDA

Rencana pemerintah membatasi konsumsi BBM pasti berdampak terhadap biaya angkutan anak sekolah. Terutama bagi mereka yang berkendara sepeda motor. Meski rencana kenaikan itu tidak berlaku untuk angkutan umum, tetapi dampak ikutan lain tetap membebani. Termasuk biaya konsumsi/uang saku anak sekolah. Jatah uang saku mereka harus menyesuaikan diri.
Hal ini bisa dikurangi dengan menganjurkan anak-anak sekolah menggemari kembali bersepeda untuk pergi ke sekolah. Budaya bersepeda yang sementara ini mulai ditinggalkan karena gengsi dan kemudahan memiliki sepeda motor.
Dengan bersepeda anak-anak tidak saja belajar hidup hemat, tetapi juga mendidik anak mengurangi polusi. Dan yang lebih peting lagi anak-anak semakin sehat dengan berolah raga bersepeda. Serta mengurangi kecelakaan yang sering menimpa anak-anak sekolah yang berkendara dengan sepeda motor.

Minggu, 05 Desember 2010

PEREMPUAN MALAM

PEREMPUAN MALAM

Duduk menyendiri
Di pojok jalan tak takut memedi
Sapa mereka yang lewat
”Monggo mas, mampir sini”
Rayuan manis persilakan diri

Kata manis terus meluncur
Dari bibir merah tak bergincu
Tembakau basah di relung udzur
Penuhi rongga berasesoris susur
Berputar, berotasi alirkan liur
Kekalkan gigi bercampur kapur

Perempuan malam tak beranjak pergi
Duduk terpaku di atas kursi
Tunggui jajanan yang mulai basi
Demi dibarter sesuap nasi

Balutan kulit itu tak lagi seksi
Kelokan tubuh tak undang birahi
Simbok tua setia temani
Mereka yang tak dengkur
Sambut kokok jago bangunkan tidur

Sabtu, 04 Desember 2010

KORUPSI REFORMASI BIROKRASI DAN RENUMERASI GAJI

JADIKAN HUKUM SEBAGAI PANGLIMA

Di awal reformasi, Gus Dur pernah menyatakan. Bahwa untuk membasmi korupsi, gaji birokrat harus ditingkatkan. Disinyalir awal terjadinya korupsi karena tingkat kesejahteraan birokrat masih rendah. Gebrakan awal pun dilakukan. Kala itu dilakukan impassing gaji PNS. Lumayan untuk mengimbangi biaya hidup yang membumbung tinggi akibat krisis ekonomi. Untuk menegakkan hukum, Gus Dur bertindak tegas. Pejabat yang ditengarai gagal mengemban amanah, tidak segan-segan dicopot. Shock terapi ini membuat kalangan birokrat berhati-hati. Sayang pemerintahan Gus tidak berlangsung lama. Program kenaikan gaji berlipat tinggal wacana. Sementara gurita korupsi kembali beraksi. Penyakit lama kambuh.lagi.
Korupsi kian menjadi. Pergantian pemerintahan yang selalu mendengungkan penumpasan KKN tak kunjung kelar. Pola korupsi kian kreatif dengan berbagai modus operandinya. Praktek-praktek korupsi yang kasat mata, di depan hakim menjadi sulit dibuktikan. Para koruptor, penasehat hukum, penegak hukum adu pintar menjerat atau membebaskan pelaku. Masyarakat dibuat terbengong oleh kelihaian para koruptor menyiasati hukum di negeri ini. Hukum yang diharapkan menjadi panglima belum mampu menunjukkan ketegasannya. Palu hakim terasa berat diketukkan. Membuktikan para tersangka koruptor bersalah masih kalah cepat vonis terhadap para pencuri ayam, pengambil coklat atau buah asam. Neraca keadilan terlihat jomplang. Sulit bergerak hanya sekedar untuk berkata salah terhadap mereka yeng secara de facto salah. Neraca pengadilan perlu katalis.
Berbagai upaya pencegahan tindak pidana korupsi di kalangan penegak hukum, birokrat dan pegawai negeri sipil terus dirintis. Salah satunya dengan memberikan renumerasi gaji. Perlakuan terbatas pemberian renumerasi ini setidaknya sebagai pilot projek. Apakah benar pemberian renumerasi efektif mencegak korupsi. Alih-alih mencegah, belum lama ujicoba, terkuaklah kasus Gayus. PNS direktorat pajak penerima renumerasi ini menggugurkan teori awal, bahwa renumerasi bisa mencegah korupsi. Pandangan sinis berdatangan. Termasuk upaya membatalkan renumerasi gaji. Toh sudah diberi renumerasi, korupsi masih terjadi. Kinerjanya pun belum menunjukkan peningkatan meyakinkan. Lantas bagaimana sebaiknya?
Perlu penyadaran sejak dini, agar generasi mendatang tidak korupsi. Pendidikan anti korupsi di sekolah diluncurkan. Kantin kejujuran sebagai pioner pendidikan anti korupsi diujicobakan. Meski sampai saat ini belum menampakkan hasil memuaskan. Masih ada lagi kemasan pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Belakangan terjalin kerjasama KPK dan Kemendiknas, melaunching pengintegrasikan pendidikan anti korupsi ke dalam kurikulum sekolah mulai tahun ajaran 2011/2012. Dan saat ini modul dan model pembelajarannya terus diujicobakan dan digodok.
Anehnya niatan penyadaran bahaya korupsi ini, medio Oktober lalu ditentang ICW. Seperti diberitakan Jawa Pos, ICW berpendapat bahwa pendidikan anti korupsi sebaiknya ditunda dulu. Alasanya, sekolah masih belum bersih dari praktek korupsi. Ini dibuktikan oleh guru dari beberapa sekolah di tanah air yang melapor ke ICW tentang kecurigaan terjadi tindak pidana korupsi di sekolah tempat guru itu mengajar. Keberanian guru seperti itulah yang diharapkan ICW untuk mencegah bahkan membongkar praktek korupsi. Bagaimana mungkin mendidik anti korupsi, jika penyelenggaranya saja masih belum bisa membebaskan diri dari korupsi. Apa yang dilontarkan ICW ini patut menjadi renungan.
Tetapi tanpa usaha tidak akan ada hasil. Berbagai pandangan sumir terhadap penciptaan aparatur negara yang bebas korupsi, mestinya menjadi pelecut dan kontrol. Bukan malah membabi buta dan ikut-ikutan korupsi. Karena yang terlibat korupsi banyak diputus ringan bahkan bebas. Keluar penjara makin kaya, mengacu hitungan matematika koruptor. Bahwa hasil korupsi lebih menguntungkan daripada gaji pengabdian PNS seumur hidup.
Sayangnya, semakin hari kita disuguhi berbagai paradoks. Berbagai program, ajakan, slogan untuk tidak korupsi dan hidup hemat justru kontradiksi dengan kenyataan. Kita bahkan semakin mengernyutkan dahi, tatkala banyak anggaran pembangunan dibungkus dengan berbagai program dan proyek yang rentan korupsi. Baik dilakukan di lingkungan pemerintahan atau parlemen. Dari model kunjungan kerja/studi banding misalnya, kita bisa menilai ini model korupsi santun. Menyakiti hati rakyat.
Para birokrat setidaknya bisa meniru budaya di negeri tetangga. Mereka yang korupsi tidak sedikit yang dihukum mati. Bandingkan di Indonesia. Bahkan ada ide menggelitik yang ditulis pada gagasan Jawa Pos 25 Oktober 2010. Untuk menumbuhkan malu, jika perlu melakukan kunjungan ke Jepang. Meniru budaya malu dan hara kiri, bila melakukan korupsi.
Sulitnya memutus mata rantai korupsi terletak pada budaya dan sistem pemerintahan kita. Budaya ketimuran yang dibawa dalam dunia kerja membuat penegakan hukum sulit dilakukan. Ini diperparah sistem promosi dan reward yang tidak seimbang. Sistem penjenjangan karier berdasarkan DUK dan kekerabatan membuat peningkatan profesionalisme kerja kurang. Sistem penggajian yang memberlakukan sama berdasar tabel, membuat PNS stagnan. Berprestasi atau tidak, gaji tetap sama. Parahnya, yang mangkir kerja malah dapat proyek tambahan. Tiadanya rewards dan punishment membuat kinerja adem ayem saja.
Untuk itu sistem kerja dan penggajian perlu dirombak. Tabel gaji yang berdasarkan pangkat dan masa kerja dijadikan standar. Kepada PNS berprestasi, mulai gol terbawah hingga top manajer diberikan rewards. Sedangkan yang melanggar aturan diberi hukuman. Salah satunya pemotongan gaji/tujnjangan. Agar ini membuat PNS bersaing secara sehat serta mengurangi kecemburuan sosial, rewards dan punishment berupa uang langsung dibayarkan lewat rekening di bank. Pemberian rewards di luar renumerasi ini pasti akan memacu pegawai untuk berkarya lebih baik lagi. Jika renumerasi gagal menciptakan birokrasi bersih, guru bisa terkena imbasnya. Renumerasi dicabut, tunjangan profesi pendidik dihentikan, andai para guru tidak menunjukkan peningkatan profesionalismenya. Maukah para guru kehilangan TPP? Silahkan ini menjadi renungan.

Tulisan ini dimuat majalah Media dinas pendidikan prop Jatim edisi Desember 2010

Jumat, 03 Desember 2010

JELANG 40 HARI MBAH MARIJAN

MBAH MARIJAN

Di kaki gunung engkau bernaung
Berlindung dibalik sisi punggung
Pegang kunci areal tak berpintu
Berdinding udara beratap langit biru

Laksanakan titah pegang amanah
Tunggui gunung yang sedang merekah
Tak goyah rayu bujukan
Pantang satria lari dari gelanggang

Batuk sang Merapi bangunkan mimpi
Panasnya awan selimuti bumi
Mengalir di hamparan ladang
Hempaskan semua yang menghadang

Mbah Marijan bersembah sujud
Bertafakur haturkan syukur
Mbah Marijan tak seroso dalam iklan
Terpanggang dalam lautan awan

Nyawa dicabut malaikat maut
Kala bersujud berhias ta’awud
Bermunajad mohon jauhkan bala
Pada jiwa yang tak baqa
Mbah Marijan berpulang ke hadirat-Nya.
Inna lillahi wa inna ilaihi roo ji’uun

Puisi ini dimuat di jalah Media dinas pendidikan prop jatim edisi Desember 2010

Kamis, 02 Desember 2010

GURU BK JADI KONSULTAN SEX

Hasil survey banyaknya gadis di kota besar belum menikah yang sudah tidak perawan lagi mendapat respon positif. Kemendiknas berencana memasukkan pendidikan sex ke dalam kurikulum tanpa menambah mata pelajaran baru. Inklusif dalam mapel biologi, pendidikan jasmani dan lainnya. Program yang sejak lama diusulkan berbagai kalangan perlunya pendidikan sex di sekolah.

Tetapi pandangan masyarakat dan anak yang masih tabu membahas sex di sekolah membuat pendidikan sex agak terhambat. Bahkan guru-guru perempuan masih malu-malu kucing ketika membahas materi yang berbau sex di depan kelas. Anak-anak akhirnya hanya tahu setengah-setengah dan makin penasaran.

Agar pendidikan sex tidak vulgar di ajarkan, perlu juga membuka unit konsultasi sex di sekolah. Guru Bimbingan Konseling (BK) bisa lebih efektif memberi pembelejaran sex. Baik secara klasikal atau dengan tatap, muka face to face dengan siswa. Membuat program secara kontinu memanggil siswa dan diajak dialog. Anak-anak (terutama putri) dengan bebas mencurahkan isi hati dan bertanya. Sedang guru BK bisa memberi pendidikan sex yang santun sesuai tingkat pengetahuan sex siswa yang dihadapinya. Memberi nasehat.dan mendata siswa yang rentan terjerumus dalam pergaulan bebas untuk diberi pembinaan lebih intensif.

Rabu, 01 Desember 2010

MPR DI HARI AIDS SEDUNIA

Pemberitaan Jawa Pos Senin 29/11 yang mewartakan banyaknya gadis usia sekolah di kota besar tidak perawan lagi cukup memprihatinkan. Di tengah pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter, berita ini menohok kalangan dunia pendidikan. Tidak salah kiranya, ketika beberapa waktu lalu ada ide melakukan tes keperawanan bagi siswi yang masuk sekolah di Sumatra Barat.

Pergaulan bebas, longgarnya pengawasan orang tua dan kurang pedulinya masyarakat terhadap perilaku remaja saat ini, salah satu faktor begitu mudahnya remaja terjerumus ke dalam perilaku menyimpang. Bisa dilihat dengan leluasa di sekeliling kita, baik di area terbuka, mall, fasilitas umum, tempat keramaian, kafe apalagi tempat pariwisata dan tempat-tempat sepi, muda-muda lain jenis bermesraan tanpa rasa malu. Ironi sekali, sebagai masyarakat timur tidak lagi menjunjung tinggi sopan santun, kehormatan dan harga diri.

Perlu pencegahan agar remaja-remaja kita tidak semakin terjerumus ke hal yang lebih buruk. Di hari AIDS/HIV se dunia 1 Desember ini, layak kiranya para remaja ini diingatkan bahaya pergaulan bebas yang bisa berujung terjangkit HIV. Kita perlu membentuk Masyarakat Peduli Remaja (MPR). Di hari AIDS dan seterusnya, MPR melakukan kegiatan penyadaran terhadap remaja. Baik yang masih belum tertular virus kenakalan ataupun yang pergaulannya sudah mengarah ke hal negatif. Program ini utama dimulai dari sekolah.