Jumat, 29 Desember 2017

KESEIMBANGAN HIDUP




Adil itu mustahil, bagi manusia yang masih dipenuhi nafsu. Yang bisa berupaya mencari keseimbangan, agar hidup terasa nyaman. Untuk nyaman butuh bantuan, kekuatan diri serta uluran tangan kiri dan kanan. Jika memaksa hidup sendiri, lambat laun badan bisa mati.

Untuk bertahan tak hanya butuh kekuatan, karna kekuatan pasti ada batasnya. Kekuatan diri kadang jadi bumerang, kala dirinya jadi jemawa. Kekuatan perlu ditata agar bisa ada manfaatnya.
Kadang yang lemah bisa menjadi kuat, saat dirinya bijak mengambil manfaat. Menyeimbangkan kiri dan kanan, beban beratpun menjadi ringan.

Namun kini keseimbangan sulit dibuat, mungkin manusia merasa dirinya sudah kuat. Mampu mencipta aneka rupa benda, hingga Tuhan pun mulai dilupakannya. Bolehlah manusia memburu harta benda, agar bisa menolong sesama dan besar zakatnya. Namun jangan lupakan agama, karna ia penuntun jalan terang menuju surga.

Urusan dunia akhirat haruslah berimbang, agar hidup tidak bimbang. Jangan takut melarat saat memburu akhirat, karena kita tidak tahu bagaimana saat kita sekarat. Keinginan orang sama, nyaman di dunia, selamat di akhirat.

Selasa, 26 Desember 2017

IBU PEJUANG




Tak ada pejuang yang lebih hebat, selain ibu. Pertaruhkan nyawa, keluarkan orok yang sudah dirindu. Bangun setiap saat demi bayi yang minta susu. Belum lagi diganggu bapaknya yang lagi nafsu.

Ibu itu tak kenal lelah mengarungi hidup di sepanjang waktu. Dari terbit fajar hingga ke peraduan yang tak berkelambu. Kadang terpaksa susuri dan jelajahi jalanan tak pakai sepatu. Cari rejeki demi menyambung hidup yang tak menentu.

Kepada ibu banyak orang menaruh asa. Kelola keluarga dan membimbing anaknya. Di telapak kakimu terdapat surga. Jasamu tak bisa terbayarkan harta benda. Perjuanganmu takkan pernah terlupa. Hanya munajat doa yang bisa kumintakan kepada

Senin, 25 Desember 2017

TAK ADA LIBUR DI HARI MINGGU


Biasanya, setelah sepekan bekerja, Minggu menjadi hari keluarga. Bercengkrama dengan anak istri, berkunjung ke sanak saudara atau jelong-jelong ke plaza. Tidak lupa, cek dulu dompet yang ada di celana. Cukup buat beli pizza atau sekadar buat sekilo gorengan ketela. Jangan sok gengsi, maunya gaya ujung-ujungnya kasbon kepada mertua. Aduh malunya.

Bisa juga Minggu bukan hari istimewa. Sama dengan hari-hari lain yang diisi dengan bekerja. Memeras keringat di bawah terik matahari atau berbasah ria diguyur hujan yang tak juga reda. Tak ada tergurat rona lesu di mukanya. Mereka menikmati setiap embus nafas paru-parunya. Yang ia pikir, segera ia bisa menuntaskan tugasnya. Pulang membawa upah yang bisa buat makan esok hari,syukur sisanya bisa buat lusa. Dan berharap segera ada yang meminta jasanya, agar anak-anaknya tidak kelaparan dan membeli paketan pulsa. Dunia... Oh dunia....

Minggu, 24 Desember 2017

KETIKA TUHAN DIMINTA NGURUSI MATEMATIKA





Ngeles itu jurus handal. Tatkala tak mampu ngerjakan, mereka pandai cari akal. Bukan mencari solusi bagaimana pekerjaan bisa kelar. Tetapi mencari alasan, lari dari tanggung jawab, lalu menghindar.

Saat bolak balik pekerjaan siswa. Saya terpaku pada sebuah soal yang membuat saya tertawa. Bukan jawaban atau sekadar corat-coret mengulas pemecahannya. Tetapi sebuah alasan yang tak terkira.

Masa, soal gampang tak bisa dikerjakannya. Justru guru dan Tuhan jadi tumpuannya. Memang, Tuhan disuruh-suruh ngerjakan matematika? Jangankan soal matematika, menciptakan sejuta Habibie pun bisa. Apalagi memberi cobaan kepada anak malas belajar, hanya perlu waktu sekedip mata.

Yaa, masih untung ada kata Tuhan di otaknya. Berarti ia masih punya iman dalam hatinya. Mereka memang belum terlalu banyak dosa. Hanya kurang fokus dalam belajarnya. Lebih banyak bermain, update status dan ber-WA ria. Termasuk kurang perhatian dari orang tuanya. Ulah kids jaman now memang ada-ada saja.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2062675243968039&set=a.1775166526052247.1073741828.100006767506631&type=3&theater

Kamis, 21 Desember 2017

EFEK E-RAPOR




Akhir semester tinggal menghitung hari. Sudah biasa guru-guru menyibukkan diri. Olah nilai tuk segera dibagi. Lembur siang malam hingga dini hari.

Jaman semakin canggih. Dulu rapor yang ditulis tangan kini dibantu mesin yang tak pilih kasih. Tinggal entri data yang sudah diperoleh. Asal data lengkap, tak tunggu menagih. Rapor tercetak, guru bisa tidur, tenagapun pulih.

Saat E Rapor datang, akupun ikut senang. Kukira pekerjaan kan lekas beres tak takut dibagi paling belakang. Dengan antusias tenaga aku galang. Siap lembur hingga remuk tulang.
Namun kerja E Raport haruslah lewat jaringan. Sementara laju data merambat seperti hewan. Kadang ngadat antri nyantol di awan. Kalau terus begini, kapan akan tuntas pekerjaan.

E raport akhirnya bikin repot. Mata dipaksa pandangi layar sampai melotot. Tak kuat duduk tubuh terpaksa nglesot. Guru-guru berubah sewot. Semangat yang menyala meredup melorot. Tubuh lunglai butuh mak Erot.

E raport itu boleh jadi rumus. Formula jitu tuk membuat badan kurus. Tak perlu diet tak usah ikut terapi khusus. Cukup lembur dengan makan nasi bungkus.