Kamis, 30 Juni 2016

Zakat Jadi Alat Pancing



           Zakat bisa dipakai mengukur  kesejahteraan masyarakat. Semakin besar zakat terkumpul menunjukkan semakin baik tingkat kemakmurannya. Meski tidak dipungkiri juga masih banyak masyarakat yang hidup kekurangan. Trend pengumpulan zakat pun setiap tahun menunjukkan grafik meningkat. Bahkan di beberapa tempat terjadi surplus zakat. Tentunya ini bisa dimanfaatkan lebih optimal.
            Disamping zakat berlebih tersebut bisa didistribusikan ke luar wilayah, besaran zakat terutama jatah fakir miskin perlu diperbesar nilainya. Terutama kaum miskin yang memiliki anak usia sekolah.  Porsinya disesuaikan. Misalnya zakat yang diberikan selain dapat digunakan untuk berlebaran juga bisa digunakan untuk membiayai pendidikan. Syukur bisa untuk satu tahun.
Porsi yang lebih besar kepada fakir miskin ini sebagian zakatnya bisa diarahkan sebagai modal kerja. Nantinya lembaga penyalur zakat memberikan pelatihan. Sehingga selepas lebaran mereka siap berusaha mengentaskan diri dari kemiskinan. Jadi zakat tidak lagi sekedar memberi ikan, tetapi memberi kail. Agar zakat mempunyai kemanfaatan lebih banyak.

Rabu, 29 Juni 2016

Satu Siswa Tanam Satu Pohon



Kelestarian alam menjadi tanggung jawab kita bersama. Kritisnya alam dan perubahan iklim memerlukan penanganan intensif. Pencegahan kerusakan, rehabilitasi hutan, penanaman lahan kritis serta menanam pohon di sekitar kita  merupakan langkah jitu agar lingkungan bisa bersahabat dengan manusia. Langkah dini yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada anak-anak sekolah. Seperti yang dilakukan dinas pendidikan Madiun dengan memasukkan Pendidikan Lingkungan Hidup dalam kurikulum sekolah.
Kalaupun bukan sebagai mata pelajaran, gerakan cinta lingkungan hidup dapat dilakukan dengan memanfaatkan momen masa orientasi siswa baru (MOS). Yaitu para siswa diharuskan membawa bibit pohon dan menanamnya di sekolah. Bagi sekolah yang tidak memiliki lahan cukup, pohon ditanam di sekitar sekolah, tepi jalan, lahan kosong atau lahan kritis. Bisa juga anak-anak menanam bunga. Tanaman ini diberi nama penanamnya. Mereka berkewajiban merawat pohon tersebut hingga tanaman itu mampu tumbuh mandiri. Bila perlu hingga mereka lulus. Dengan cara ini akan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian anak terhadap lingkungan. Lngkungan semakin indah dan sejuk. Satu pohon menyelamatkan bumi.

Selasa, 28 Juni 2016

JIHAD FOREVER



Kata-kata jihad semakin popular, tatkala Hotel JW Marriot dan Ritz Charlton di bom.  Ulah sekelompok orang yang mencoreng citra Indonesia. Celakanya, pengebom bunuh diri dianggap suhada oleh para simpatisan.  Beberapa isu beredar, dan mengkait-kaitkan pengeboman antara Islam dengan pihak-pihak yang dianggap musuh Islam. Sementara, di Riau kompleks lokalisasi dibakar. Ungkapan Jihad terhadap kemungkaran.  Sepertinya jihad diidentikkan dengan kekerasan. Memusuhi, memerangi kalau perlu menghancurkan semua bentuk yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam. Benarkah Islam demikian? Tidak! Islam bukan agama yang suka kekerasan.  Islam bukan teroris.
Islam adalah agama rahmatal lil’alamin, yang mengayomi seluruh umat manusia.  Kalau beberapa hari ini kaum muslim menikmati Ramadan, rasanya hidup begitu indah. Ramadan yang penuh  rohmah dan maghfiroh. Ramadan banyak merubah rutinitas sendi kehidupan manusia.  Ada yang bergembira  dengan datangnya Ramadan ada pula yang  merasa tersiksa.  Seakan dengan datangnya Ramadan, manusia menemukan kembali kebahagian hidup.  Mulai tumbuh lagi kesadaran untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.
Haus dan lapar tak begitu dirasa. Janji-janji Allah yang memberikan pahala berlipat untuk setiacurkan semua bentuk yang dianggapp kebajikan mulai mengubah gaya hidup kaum muslim. Ramadan bukan lagi tugas maha berat.  Kalau perlu berharap, ingin sepanjang tahun menjadi Ramadan. Akankah hal ini pertanda awal kemajuan Islam? Kita berharap Ramadan sebagai wahana kawah candradimuka bagi umat mulim.
Yaa  Selama Ramadhan umat muslim berperang melawan hawa nafsu.   Salah satu bentuk jihad terbesar  bagi yang mampu menjalankannya. Seperti  yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, bahwa berperang melawan hawa nafsu nilai jihadnya tidak kalah dengan jihad melawan kaum musyrikin di kala perang Badar.  Lantas jihad apa yang masih bisa  dilakukan di  jaman kekinian. 
Jihad dapat dilakukan di mana saja, kapan saja.   Jihad tidak harus diberi makna perang mengangkat senjata.  Memerangi kaum non muslim ataupun  menghancurkan kemunafikan dan  kedhaliman dengan aksi anarkis. Islam adalah agama yang sejuk dan damai. Pemberi rahmat, perlingdungan dan mampu menciptakan memakmuran bagi semua makhluk yang ada di atas permukaan bumi.  Janganlah Islam menjadi pobia bagi yang lain. Yang akhirnya bisa merugikan umat Islam sendiri.  Islam menjadi agama menakutkan. Jangan! Jangan sampai hal ini terjadi.
Jika kita perhatikan sekitar, masih banyak proses kehidupan di dunia ini yang  menyimpang.  Sebagai manusi normal, tentu kita tidak senang melihat terjadi penyimpangan, kedholiman, kesewenangan ataupun kemungkaran.  Ini  dapat kita ubah dengan jihad. Jihad dapat dilakukan dengan perbuatan, perkataan bahkan hanya dengan hati.   
Kalau manusia mempunyai keberanian, baik sebagai masyarakat ataupun sebagai pimpinan. Hal terbaik adalah berbuat kebaikan,  mendobrak, merobohkan bahkan menghancurkan kemungkaran dengan cara elegan. Bila tidak bisa melakukannya sendiri, dengan lesan dapat meniupkan hawa perubahan. Nasehat menasehati, amar ma’ruf nahi mungkar untuk mencegah, mengurangi syukur bisa membawa pembaharuan ke hal yang lebih baik.  Dan selemah-lemah iman adalah jihad dalam hati. 
Minimal manusia tidak ikut arus, mampu mempertahankan diri untuk tidak berbuat hal salah.  Berdoa’, bermunajat kepada Alloh agar kemungkaran itu segera sirna dari bumi. Yang berbuat mungkar segera mendapat hidayah serta ampunan dari Alloh.  Sesungguhnya setiap manusia adalah pemimpin.  Dan setiap pemimpin kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Alloh.
            Satu bulan ke depan masih ada waktu untuk memperbaiki diri dan lingkungan. Setelah itu, kita semua kembali beraktifitas seperti   biasa.  Akan dibuktikan apakah tempaan selama satu bulan Ramadan ini berdampak positif dalam kehidupan?  Kalau selama Ramadan setan-setan dibelengu, maka memasuki  1 Syawal setan-setan segera di lepas.     Siap menggoda iman kaum muslimin.   Jika kita mampu memerangi godaan syaiton  kita juga sudah melakukan jihad.  Jihad tidak hanya selama Ramadan. Jihad dapat dilaksanakan setiap saat. Jihad forever!!.

Senin, 27 Juni 2016

MEMBUMIKAN AL QUR’AN DI KEHIDUPAN




Iqra’ bismi robbika alladzii kholaq.  Surat Al Alaq ayat satu ini mengawali wahyu pertama dari rangkaian lima ayat yang dibawa malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.  Awal reformasi kehidupan umat manusia.
 Andai saja lima belas abad lalu ayat ini tidak turun, entah apa yang akan terjadi? Dunia akan diselimuti kegelapan, kebodohan, kebatilan, kekufuran dan kehancuran.  Bukan kehancuran material  tetapi kehancuran akhlaq manusia. Alloh dengan Rohman dan Rohim-Nya mengutus seorang manusia bernama Muhammad untuk  memperbaiki dan menunjukkan manusia ke arah yang benar.  Dengan wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW membawa pencerahan rohani  sebagai uswatun hasanah.
Tepatlah kiranya misi yang diemban nabi, sesuai firman Alloh dalam QS Al Baqoroh 185 : ”Syahru Ramadhana alladzi unzila fihil Qur’an, hudan linnaasi wa bayyinatin minal huda wal fulqon”.  Artinya di bulan Ramdhan yang telah diturunkan Al qur’an sebagai petunjuk (pedoman hidup) bagi manusia dan sebagai penjelasan petunjuk tersebut dan sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil. 
Perintah pertama Alloh kepada nabi adalah membaca. Kini, efek perintah itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan.  Dengan membaca  manusia mampu membuka pikiran dan hatinya dalam berpikir dan bertindak.
Islam sebagai agama samawi telah mempunyai pedoman baku untuk mengatur umatnya, yaitu Al Qur’an.  Tinggal bagaimana manusia yang sudah meng’itikadkan sebagai muslim ini menggunakan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Di bulan suci ini lantunan Alqur’an berkumandang merdu menghiasi rumah-rumah, menyelimuti masjid dan mushola mewarnai kehidupan Ramadhan. Para pembaca dan mustami’ mengharap limpahan berkah dari berkumandangnya ayat-ayat suci  Al Qur’an.
Ayat-ayat Al Qur’an selain mempunyai nilai sastra tingkat tinggi juga mengandung makna yang maha dahsyat yang tidak bisa ditandingi Ayat-Ayat Cinta-nya Rossa.   Andaikan air di seluruh samudra dijadikan tinta dan seluruh langit sebagai media tulis, ilmu yang terkandung tidak akan tuntas untuk dikupas manusia.  Mulai ilmu  agama, pengetahunan, teknologi, kedokteran, matematika dsb, semua bisa merujuk kepada Alqur’an.
Kewajiban untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan Al Qur’an  menitahkan kepada kita untuk mensyiarkannya meski hanya satu ayat.  Ballighu ’anni walau aayatan.   Jikalau dalam setiap sendi kehidupan, dalam setiap tarikan dan hembusan nafas, dan dalam setiap derap langkah, nilai-nilai Alqur’an selalu menyertai, alangkah indahnya hidup ini.
Jangan sampai Al Qur’an hanya untuk pajangan di almari kaca, dijadikan pelengkap ceremonial sumpah jabatan ataupun hanya untuk persyaratan mahar perkawinan.  Alqur’an hendaklah tiap hari dibaca dan dikaji agar rumah penuh barokah mewujudkan baiti jannati.  Al Qur’an haruslah ditanamkan di dalam hati para pemegang amanah, agar ketika bertindak dan mengambil putusan teringat pada sumpahnya.  Jangan sampai sumpah yang dipersaksikan di hadapan Alloh di bawah Al Qur’an menghalang-halangi pengucap sumpah untuk masuk surga. Para pemberi dan penerima mahar hendaklah  menghiasai mahligai rumah tangga dengan Al Qur’an agar menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah.
Dengan demikian dalam hidup ini tidak ada lagi kebohongan, kedholiman, ketidak adilan, kemungkaran, kemaksiatan dan segala perbuatan yang  dimurkai Alloh.  Sungguh suatu kehidupan ideal yang didambakan.
Al Qur’an sebagai mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW semakin hari semakin banyak yang mempelajari.  Tidak hanya kaum Islam saja, orang non muslim pun banyak yang tertarik untuk mengupasnya. Di dunia ini banyak ahli tafsir, hafidz/hafidzah ataupun qori’/qoriah.  Tetapi mayoritas umat Islam masih banyak yang belum melek Al Qur’an. Yang bisa membaca banyak yang tidak tahu arti.  Yang tahu arti belum bisa memahami.  Yang sudah mengerti banyak juga yang belum mengamalkan.  Dan kita juga harus menyadari, bahwa Alqur’an tidak hanya untuk dibaca, dilombakan, atau dibuat kaligrafi sebagai penghias.
Menjadi fardlu ’ain bagi setiap muslim untuk belajar dan mengamalkan Al Qur’an. Khorun man ta’allama AlQur’an wa ’allamahu. Marilah kita instrospeksi dan bersungguh-sungguh dalam ber-Islam agar Al Qur’an dapat membumi dalam setiap sanubari umat Islam. 


Tulisan dimuat di koran radar madiun  th 2009