Senin, 02 Juli 2018

RATAPAN CINTA SANG KAPAL





Janganlah cinta dilambangkam bak bahtera. Saat berjaya dipuja dan dimanja. Dibanggakan, dipamerkan kepada siapa saja. Dijanjikan berbulan madu keliling dunia.
Namun, saat dirinya tak lagi punya kuasa, ditelantarkam begitu saja. Raganya tak lagi bisa diharapkan, tak mampu sumbangkan karya. Badannya tak lagi berharga, dipinggirkan, dibiarkan diam sendiri merana. Tak ada lagi tegur hangat menyapanya.


Sang kapal itu tak tahu harus berbuat apa. Menunggu keajaiban, siapa yang kan merawatnya. Setidaknya, menghanyutkan tubuhnya ke deburan air samudra. Agar bisa bercengkrama dengan sahabat setia hingga akhir masa. Karna tetesan hujan takkan mampu menolongnya. Airnya kan habis meresap ke gundukan pasir yang menggunung bak di gurun sahara.
Sang kapal hanya pasrah, kapan tsunami atau datang seorang nakhoda yang kan membawanya berlayar mengarungi buana. Nyatanya cinta itu tidan seindah dan abadi, seperti kata pujangga
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar