Senin, 08 April 2019

MENAMBAL MENDUNG


Di atas langit ada langit. Lha di atas genteng? Ada aku berjalan pakai sandal jepit. Merayap pelan sambil jalan berjinjit. Mengamati sisi-sisi genteng yang saling menjepit. Saling berkait. Harus hati-hati agar kaki tidak terjepit. Kan sakit? Masa aku menjerit?

Kuamati genteng satu persatu. Adakah lubang yang kala hujan mengganggu. Teteskan air di atas lantai tanpa beludru. Membuat lantai licin, kotor ternoda debu. Bila ketemu, kan kutambal dengan semen berwarna abu-abu. Berharap air tak merembes ke kayu. Lalu turun ke lantai rumahku

Andai aku mampu, bukan genteng yang kubuntu. Aku ingin menambal mendung yang ada di atas kepalaku. Biar air tidak turun mengganggu. Saat aku menjemur baju di hari Minggu. Sayang, letak mendung terlalu tinggi diraih dengan tanganku. Aku tak punya sayap tuk terbang ke langit biru. Menambal mendung, jelas aku tak mampu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar