Jumat, 15 November 2013

BERPIKIR KREATIF DENGAN TEHNIK BEDAH ORTHOPEDI PADA PEMBELAJARAN JARING-JARING BANGUN RUANG



Bagi siswa, materi matematika yang dianggap paling sulit adalah geometri. Cabang matematika yang satu ini tidak hanya memerlukan kemampuan hitung, tetapi juga menuntut kemampuan imajinatif. Guru tidak cukup hanya berceramah, menggambar dan memberi contoh soal ketika membelajarkan materi geometri, terutama geometri ruang. Seperti ketika guru mengajarkan materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII semester dua.  Para guru matematika pasti merasakan bagaimana susahnya membelajarkan geometri ruang tanpa menggunakan media yang sesuai.
Untuk materi jaring-jaring bangun ruang sisi datar pada bangun kubus misalnya, para guru biasanya menugaskan siswa menemukan/membuktikan jaring-jaring berdasar gambar yang sudah ada pada buku sumber atau LKS. Dari gambar-gambar seperti  di bawah ini siswa disuruh membuktikan, apakah gambar tersebut jaring-jaring kubus atau bukan.



        .
         
         
                    .
            
               
           





Untuk membuktikan gambar mana yang merupakan jaring-jaring dan yang bukan, siswa ditugaskan menyalin gambar pada sebidang kertas. Gambar tersebut digunting pada sisi luarnya dan dirangkai/dilipat kembali menurut garis sisi. Berikutnya diteliti,  jika setelah potongan tersebut dilipat-lipat dapat membentuk kubus, maka gambar yang dimaksud merupakan jaring-jaring kubus, atau sebaliknya.
Cara ini tidak membelajarkan siswa belajar kreatif. Siswa cenderung hanya sebagai perangkai bagaikan tukang jahit, bukan seorang pemikir ataupun penemu. Karena gambar yang diberikan tinggal dipotong dan dilipat. Untuk itu siswa perlu diberdayakan. Apalagi dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific, cara lama tersebut memasung kreatifitas siswa. Sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk berkreasi dan berinteraksi di lingkungan belajarnya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Dienes dalam Ismail (1998:10), bahwasannya matematika sebagai sebuah ilmu kreatif, sebaiknya dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
Untuk membelajarkan jaring-jaring kubus, siswa diberi kesempatan berkreasi menemukan pola jaring-jaring sendiri. Menemukan sebanyak mungkin model jaring-jaring hasil penelitian bersama teman-temannya. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberi pembimbingan seperlunya. Proses yang dilakukan siswa ini seperti yang dilakukan dokter bedah orthopedi. Ketika dokter bedah tulang mengoperasi pasien yang mengalami patah tulang (bahkan tulangnya patah tak beraturan), dokter bedah tulang akan membuka daging, menata dan merakit tulang hingga membentuk susunan seperti semula serta menutup kembali daging pembungkus tulang. Dokter juga perlu kemampuan, kreatifitas dan jiwa seni agar hasil operasinya berhasil dan memuaskan pasien.Hal itu pula yang dilakukan siswa. Meniru langkah-langkah dokter bedah tulang, siswa dapat melakukan bedah bangun ruang untuk membentuk jaring-jaring. Diperlukan imajinasi dan jiwa seni agar pemotongannya bangun ruang sisi datar menghasilakan jaring-jaring dengan bentuk bervariasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk pembelajaran jaring-jaring bangun ruang (misal kubus/balok) dengan tehnik bedah orthopedi sebagai berikut:
1.        Membentuk kelompok siswa, misal satu kelompok 4 anak. Untuk menyingkat waktu, pada pertemuan sebelumnya setiap anak diberi tugas membuat kubus/balok dengan ukuran tertentu atau membawa barang bekas berbentuk kubus/balok minimal 4. Agar mudah dan seragam kubus/balok yang dibuat dibuat berdasar satu jaring-jaring yang sederhana. Guru memberi pola dasar jaring-jaring yang ada lidahnya (seperti membuat kotak kue), agar kubus/balok tertutup rapat dan bisa dilem antar sisinya.
2.        Setiap anak dalam kelompok memberi nama pada titik-titik sudut kubus dengan nama yang sesuai (Misal: ABCD.EFGH)
3.        Siswa dalam kelompok diberi tugas memotong rusuk-rusuk kubus/balok hingga kubus/balok terbuka dan tidak ada bidang yang terlepas.  Dalam satu kelompok disuruh membuat sebanyak  mungkin membuka kubus/balok  dengan pola berbeda. Jika hasil pemotongan kubus/balok sama dengan sebelumnya, siswa disuruh membuka kubus/balok  lainnya. Semakin banyak  pemotongan berbeda semakin baik. Pola yang sudah jadi ditempel pada selembar karton
4.        Potongan yang terbentuk polanya digambarkan pada kertas berpetak.
5.        Kelompok yang sudah selesai menempelkan karyanya di papan tulis
6.        Setelah waktu untuk membuat jaring-jaring cukup, diantara kelompok mempresentasikan karyanya. Kelompok lain menanggapi dan membandingkan hasil karyanya
7.        Setelah presentasi, guru bersama-sama siswa mendiskusikan hasil kerja bersama dan menarik kesimpulaan
Gambar aktifitas dan hasil bedah orthopedi

Penerapan tehnik orthopedi ini membuat anak-anak aktif belajar. Semua terlibat langsung berkarya. Mereka saling berdiskusi mencari pola berbeda. Disitulah kemauan bersosialisasi dan kemampuan berfikir kreatif siswa nampak. Pembelajaran dengan tehnik bedah orthopedi ini merupakan bentuk aktivitas kreatif karena didalamnya melibatkan suatu pendekatan  yang baru atau unik, dan hasilnya berguna dan dapat diterima (Alan J Rowe, 2005:12). Tentunya aktifitas kreatif memerlukan pemikiran kreatif juga.
Bagi siswa yang tingkat kreatifitasnya tinggi akan cepat menemukan pola berbeda. Dengan belajar bersama-sama kemampuan kreatif itu ditularkan kepada temannya. Yang mempunyai kemampuan lebih akan merasa senang jika mampu menyampaikan ide-ide kepada temannya. Guru  cukup berkeliling dan membimbing seperlunya sambil melakukan penilaian berdasarkan rubrik. Diantaranya menyangkut kerjasama, keaktifan/peran siswa dalam kelompok, kerapian dan hasil akhir. Diantara mereka kadang ada yang mampu menemukan semua pola yang bisa membentuk jaring-jaring dan ada yang menemukan beberapa saja. Hasil akhir bukan tujuan utama. Tetapi proses menemukan lebih bermakna.

Tulisan ini dimuat di Majalah Media Dinas Prop Jatim edisi Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar