Kamis, 29 Januari 2015

BUDAYA TEBANG PILIH DAN SIDAK TERENCANA


Entah apa yang menjadi budaya politik dan kenegaraan kita. Termasuk kita yang orang sipil, juga tidak begitu paham tentang sistem komando di militer atau kepolisian. Beratnya tanggung jawab menjadi pejabat yang diangkat karena faktor balas budi dan kedekatan seringkali tidak mengenakkan. Pejabat juga manusia, punya rasa benci dan dendam. Awalnya kawan bisa jadi musuh. Dan musuh paling berbahaya ádalah teman kepercayaan terdekat, terbukti sering terjadi. 
Penyidikan  kasus bank Century, CicakVs Buaya, dan yang terkini KPK Vs Polri, serta sikap parpol koalisi dalam menyikapi kasus ini memberi gambaran kepada masyarakat. Bahwa berteman itu ada etikanya. Tidak asal baik ketika menikmati kesuksesan, dan berbagi kesusahan tatkala ada musibah, meski mengorbankan idialesme.
Kita juga melihatnya dalam perbedaan perlakuan tahanan.    Perbaikan pelayanan kepada masyarakat juga seringi tergantung karena kejanggalan dan sidak. Sidak yang masih menunggu komando. Nah ini lucunya, kalau sidak tergantung rencana panjang komando, yang disidak sudah menyiapkan make up baru.
Jika demikian kapan negeri ini menjadi negeri madani? Untuk memperlakukan hukum saja masih tergantung pesanan dan komando.  Bukan dari kesadaran dan tanggung jawab abdi negara sebagai abdi masyarakat. Saatnya hukum menjadi panglima di negeri ini dan para pemimpin menjadi jendralnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar