Selasa, 13 Februari 2018

KEPALA TANPA OTAK




Pemikiran orang itu ada di kepala, bukan di dengkul. Ya, karena di kepala itu ada otak, tempatnya mikir. Maka perhatikan kepalanya. Karena konon semakin besar kepala,kapasitas otak semakin besar, berarti semakin besar kapasitas memorinya. Gampangnya, otaknya makin gampang buat mikir.

Tapi itu umumnya. Kan sekarang banyak yang tidak umum. Pemikiran otak banyak yang tidak lagi dipakai secara istiqomah. Kebenaran logika dikalahkan oleh nafsu. Memenuhi hasrat yang memburu, demi gengsi, harga diri atau ambisi. Kalau sudah begitu, ya jangan salahkan diri jika suatu saat mendekam di bui. Gara-gara isi kepala tak dihargai. Termasuk kepala yang kena polusi, kurang siraman rokhani. 

Tentunya, kepala itu beda-beda. Ada kepala berisi otak encer, lumer, mbeler, ada pula yang beku serupai otak udang. Ada yang otaknya setajam pedang, ada yang tumpul. Tumpul tak mengapa, karena setumpul-tumpulnya pisau masih bisa buat mengiris tahu, aaal pisau tidak karatan. Yang jelas, otak itu ada di kepala.

Jangan sampai punya kepala tanpa isi. Seperti saat makan di rumah makan prasmanan. Bebas memilih lauk, diantaranya kepala ikan. Begitu dimakan, isinya cuma tulang doang, otaknya kosong, plus dua mata ikan yang melotot. Ya salah sendiri. Lha wong sudah tahu bunyinya kepala,kok tetap ambil.

Itu tadi kepala yang jelas punya otak. Lha kalau dengkul, otaknya di mana? Kalau masih ada yang mengandalkan dengkul untuk mengambil keputusan, masih mau percaya? Rasakan sendiri akibatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar