Kamis, 01 Februari 2018

KEBEBASAN SEMU


Diculne endase digondeli buntute. Dilepas kepalanya, tetapi dipegang kencang ekornya, begitu kata pepatah kuno. Siapapun pasti tidak mau hidup dikekang. Semua ingin bebas, lepas. Tak terkecuali para hewan.

Lihat saja burung, sapi, kuda, domba dan tenan-temannya. Kelihatannya mereka hidup enak. Diberi makan dan dijaga tuannya dari marabahaya. Jatah makan rutin setiap hari dihidangkan, bak tuan raja di persamuan. Badan kotor disiram, sakitpun diberi pengobatan. Badan kurus digemukkan, wajah buruk dipermak agar indah rupawan dalam pandangan mata. Namun setelah itu, nasib tragis menimpanya. Dipekerjakan, dibuat aduan, dipaksa berteriak lantang, dan dirajah menjadi aneka masakan. 

Namun sayang, ada yang tak sadar bahwa dirinya dijadikan obyek kekuasaan. Mudah tergoda hijaunya rerumputan. Bahkan tak tahu kalau jatahnnya diambilkan dari tetangga kiri dan kanan. Walau kadang berontak, namun apa daya sudah ada tali mengikat di bawah tenggorokan. Jika memaksa diri, nyawa jadi taruhan. Sungguh kasihan.

Kebebasan mereka terenggut. Kebebasan mereka tergadaikan. Kebebasan yang mereka pereoleh hanya semu. Hidup bebas dalam kerangkeng penjara, bagai menunggu malaikat bunyikan sangkakala pertanda akhir dunia. Kebebasan itu tak terkekang oleh tirani. Kebebasan itu juga ada batas, bukan tuk tunjukkan keangkuhan diri. Karena hidup hanya perjalanan menuju mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar