Jumat, 30 Maret 2018

KENA RAYUAN MAUT



Lidah itu tidak bertulang. Tutur katanya bisa tajam melebihi sabetan pedang. Kalau tak hati-hati, bisa gelincirkan orang. Menyakiti, bahkan memutus persahabatan. Apalagi tutur kata itu didukung bibir manis bersungging senyuman.
Maka, waspadalah dengan tutur kata manis. Awalnya bisa jadi enak di telinga nyaman di hati. Tapi kalau tak waspada, kita bisa tertipu. Menurut apa kata yang ia mau. Dan sesal kemudian datang kepadamu.
Bujuk rayu itu memang senjata ampuh. Bisa buat lancarkan rencana atau kalahkan musuh. Karena manis kata, kita bisa tunduk,takluk bersimpuh. Luluskan permintaan yang mulanya mungkin tak bisa direngkuh. Namun, demi si jantung hati, harus rela wujudkan keinginan dengan segala daya bak jagoan nan tangguh.
Hari ini saya kena rayuan maut. Begitu keluar kelas, ditodong anak dengan muka tak bersungut. Sambil sodorkan barang dari kain perca. "Pak Hakim, ini handmade lho. Buat hadiah istrinya, Pak?" Beberapa jurus rayuan maut dimainkan. Aku tanggapi dengan senyum ramah mengembang. Akhirnya terjadi kesepakatan. Dompet kutarik, terjadilah barter lembaran kertas bergambar pahlawan. Hasta karya anak-anak sekolahan inipun berpindah tangan. Rayuan maut anak-anak ini moga bisa membahagiakan mereka yang telah bersusah payah merajut asa untuk masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar