Jumat, 12 Mei 2023

Stunting Mengancam Masa Depan Anak

 

Dulu, orang pendek atau boleh dikata kerdil itu terlihat unik, lucu. Dan jamak dijumpai di lingkungan kita. Apalagi melihat film Putri Salju, Lord of Rings, The Hobbits, orang kerdil menjadi idola. Imut, lucu, punya kelebihan. Dan kita belum menganggap hal itu sebagai suatu keganjilan. Istilah stunting belum familiar.

Tetapi di era sekarang, orang yang  melihat orang atau anak kerdil akan tumbuh rasa kasihan. Anak yang biasa kita sebut kerdil, adalah anak-anak yang gagal tumbuh, yang popular dengan sebutan stunting. Stunting sendiri merupakan kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan seseorang yang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit infeksi berulang selama masa kanak-kanak. Walau bisa jadi karena gen. Anak yang gagal tumbuh, tidak hanya terganggu dari sisi fisik, tetapi juga psikis. Dibullly, misalnya.  Anak stunting akan terbatas kapasitas fisik dan kognitif yang bisa melemahkan tingkat kompetisi anak. Bahkan jiga berefek pada perkembangan otak, akan berpengarh kemampuan berpikir di sekolah, juga berdampak pada kreativitas serta produktivitas seseorang dalam berkarya.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya. Lima propinsi yang persentasenya tinggi itu di NTT, Sulbar, Aceh, NTB, dan Sultra. Nusa Tenggara Timur (NTT)  menempati posisi teratas dengan angka balita stunting sebesar 35,3%.  Tetapi kalau dihitung secara jumlah, beda lagi, yang paling banyak adalah Jawa Barat, kemudian Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumut, dan Banten. (https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/angka-stunting-tahun-2022-turun-menjadi-216-persen/)

Ada banyak artikel hasil penelitian yang menjelaskan dampak stunting. Tidak hanya dari sisi estetis atau sosial, tetapi juga untuk kehidupan sehari-hari bahkan masa depan. Mereka yang stunting beresiko rentan terkena penyakit menular, gangguan kognitif, kesulitan belajar, daya tahan tubuh lemah, dan produktivitas menurun. 

Untuk itulah pencegahan dan penangan stunting harus menjadi fokus peningkatan sumber daya manusia. Diantaranya dengan mencukupi kebutuhan gizi anak. Mulai protein hewani, lemak, kalori, vitamin A, kalsium, zat besi, zinc, dan yodium. Mencukupi asupan gizi ibu mulai pra, masa hamil hingga pasca melahirkan. Memberikan ASI eksklusig pada bayi beserta asupan gizi yang cukup, serta memberikan imunisasi kapada balita yang lengkap. Tak lupa menerapkan hidup bersih dan sehat kepada di keluarga. Menjaga sanitasi sehat serat segera mengobati penyakit yang beresiko menular.

Tak lupa rutin melakukan pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil dan balita. Menggiatkan posyandu dengan melakukan pengukuran berat, tinggi badan serta ukuran kepala, agar bila ditemukan tanda-tanda stunting lekas tertangani. 

 

(Disarikan oleh Abdul Hakim dari beberapa sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar