Selasa, 12 April 2016

SEMAR OBESITAS



Tidak semua orang bisa melukis atau membuat patung dengan baik. Yang baik menurut pembuat, belum tentu dianggap baik oleh yang melihat. Yang dikatakan buruk orang yang melihat, sebenarnya bernilai tinggi oleh pembuat dan orang lain. Yang orang lain dianggap tidak sopanpun, masih dianggap biasa bagi penciptanya. Mungkin itulah yang dikatakan seni.
Jadi orang sebenarnya berhak mengatakan dan membuat sesuatu sesuai kemauannya. Membiarkan orang lain berbicara tentang apa yang sudah dikerjakan adalah hal wajar. Karena orang lain hanya melihat, mendengar dan merasa. Sementara orang yang membuat sudah berpikir, mengerjakan dan mengorbankan banyak hal untuk menghasilkan sesuatu. Tetapi jika seseorang terlalu ego, merasa benar sendiri, hal itu justru kontra produktif. Seperti contoh patung Semar di atas. Mungkin pembuatnya merasa Semar itu sudah tua, tidak mau berolah raga, kerjanya cuma makan minum, dan sesekali turun gunung untuk mengecek dan memberi petua, akhirnya Semarnya obesitas. Tua tidak, gagah bukan, justru Semar kelihatan mirip perempuan. Lha wong membuat bagian dadanya saja seperti wanita yg pakai bra ukuran 44. Bagaimana??
                                                                  ***
Semakin tua, orang harus bisa mengontrol diri. Kalo terlalu banyak makan bisa kegemukan. Tubuh tambun, perut buncit, dada ..... hiiii......
Tubuh tambun rentan penyakit. Penyakit jasmani pergi ke dokter, penyakit rohani ke psikiater... jika berlanjut datang ke orang pinter.
Mumpung belum kebacut... , setiap orang harus mawas diri, ati2, eling marang Ilahi. Jangan hanya takut memedi, polisi, ataupun kuatir menghuni jeruji besi.
Contohnya semar penghuni perempatan klepek ini. Nggak mau tirakat, kegendutan dan diam saja melihat orang melanggar lalu lintas.... Semar yg konon kabarnya tukang memberi nasehat disumpah jadi patung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar