Rabu, 22 November 2017

KUCING VS TOKEK




Ingat cicak vs buaya? Siapa yang menang? Sampai episode terakhir saya kok belum tahu pemenangnya. Yang saya dengar, ceritanya digantung, tidak jelas siapa yang dapat tropy. Yang pasti, saat cicak dan buaya adu argument, para tikus, ular, lintah beserta bolo-bolonya berjingkrak ria. Berpesta sambil menonton opera itu.

Nah, suatu malam saya menyaksikan kucing vs tokek. Jamak orang memelihara kucing buat nakut-nakutin tikus beserta musuh abadinya. Yaa, meski sekarang eranya sudah beralih. Melihara kucing buat senang. Senang. Habisnya, kucingnya gemesin, lucu dan tidak galak lagi. Coba para penggemar kucing peranakan memberi tikus hidup dan menyuruh kucing memburunya. Si kucing pasti hanya melongo menonton tikus. Malah, bisa-bisa lari, melompat ke pangkuan tuannya. Yaa, dasar kucing.
Saat ada tokek terjatuh pun si kucing tidak serta merta menubruknya. Si tokek hanya buat mainan. Padahal, awalnya si tokek sudah ketakutan. Menatahkan ekornya untuk mengelabuhi kucing buat menyelamatkan diri. Tapi si kucing cuma memandangnya, dia pikir kenapa si tokek menyakiti diri dengan mematahkan ekor. Sakit kan? Kasihan.

Akhirnya si tokek sadar, dia pasti tidak akan dimakan kucing. Karena si kucing sudah kehilangan insting. Terlalu nyaman diberi makan tuannnya. Membiarkan musuh-musuh alaminya berkeliaran, mengganggu tuannya. Dan tuannya mengamini, lha wong hewan, memang punya otak. Orang yang punya otak saja kadang tidak menggunakannya. Dasar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar