Minggu, 26 November 2017

KUDA LUMPING, KUDA ADUAN DAN KUDA-KUDAAN





Setiap kali lihat kuda, kasihan dia. Awalnya diberi makan, tak tahunya dipekerjakan. Semula didandani, eeh kemudian disuruh narik pedati.

Sepertinya kuda sudah jadi perlambang kehidupan sebagai hewan kasta sudra. Kadang juga dijunjung setinggi langit bak dewa. Jadi kuda hitam saat dia tidak diperhitungkan. Disia-siakan ketika disulap jadi kuda kepang dan disuruh main kuda lumping. Diberi makan beling, jumpalitan kayak kucing gering.

Kuda-kuda memang kuat. Dijadikan penyangga rumah buat menyangga atap. Dijadikan moment bersejarah di Kuda Tuli. Dagang sapi pun jadi ajang jual beli komiditi para politisi. Mainkan nasib rakyat mirip adu dadu di meja judi.

Namun kuda tetap hewan. Tak punya otak hanya andalkan naluri. Jangan salahkan dia berhenti di depan tanda tak boleh parkir, memang dia tak bisa mikir. Saat lelahpun bisa amarah, maka jangan ganggu kuda, biarlah dia tertidur rebah. Kalau kakinya payah, inginnya ia singgah. Tak peduli di tempat jorok atau bersanding di tempat mewah.

Kita juga tak bisa meniru ketahanan nafas kuda. Larinya kencang bak lesetan kereta. Mungkin karena malu tak berbaju, hingga larinya secepat bayu. Atau tubuhnya dicubit dengan cemeti, agar tubuhya bisa terbang seperti peri. Jadi kuda aduan, dan dijadikan ajang judi.

Yang penting jangan main kuda-kudaan di tempat sembarangan. Karena anda nanti dikira tak mempunyai perikehewanan. Kedigdayaan kuda simbol kejantanan, kalau tidak percaya lihat kuda saat kawinan.

Kuda ternyata juga takut kedinginan. Seperti saat lihat kuda di Sarangan kemarin. Ketika hujan turun dia bersama tuannya berteduh di loby hotel. Takut kedinginan karena tak punya selimut kehangatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar