Selasa, 08 Juli 2014

Menghormati orang yang tidak puasa



            Suatu siang saya ke toko bangunan. Setelah pembayaran selesai, pegawai toko membantu mengangkat barang. Dengan terengah-engah pegawai tersebut membawa dan mengikatkan pada sepeda motor saya sambil berucap. “Panas, Pak. Ini tenaga saya hampir habis, buka masih lama lagi”. Hebat! Batin saya. Dengan beban kerja berat ia tetap berpuasa, dan menjalankan tugas dengan sekuat tenaga. Sementara, warung-warung di pinggir jalan tidak sepi dari pelanggan. Meski mereka kelihatan berpakaian rapi dan tidak berbasah-basah dengan peluh.
            Bagi kebanyakan orang, puasa memang masih menjadi beban dari pada suatu kewajiban apalagi kebutuhan. Jika selama ini kita sering mendengar kata-kata bijak,” hormatilah orang yang berpuasa”, nasehat itu perlu diubah dengan kalimat “hormatilah orang yang tidak puasa”. Kalimat ini di pasang di pusat keramaia, di dekat warung atau rumah makan. Dengan kalimat itu orang yang tidak berpuasa akan lebih malu jika  berbuka di siang hari sementara yang berpuasa tetap bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya. Karena masyarakat kita kini lebih terbangun rasa empati ketika membaca atau mendengar kata-kata bersifat kontradiksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar